BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga
atau orang tua mempunyai peranan penting yang sangat mendukung selama masa
penyembuhan anak sakit, apabila dukungan ini tidak ada maka keberhasilan
penyembuhan akan berkurang (Friedman, 1998). Adanya ancaman terhadap keutuhan
seseorang terhadap keamanan dan pengendalian akan menyebabkan ansietas (cemas)
hal tersebut merupakan salah satu setres, respon psikologis, nadi cepat,
peningkatan darah, peningkatan pernafasan (Mary C Tow serd, 1998).
Kecemasan merupakan respon
psikologis terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologic,
perasaan takut dan tidak tenang yang sumbernya tidak diketahui, kecemasan
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologik.
Misalnya harga diri, gambaran diri dan identitas diri (Long, 1996).
Keadaan stress dan cemas yang dialami
klien selama dirumah sakit untuk mengurangi masalah tersebut salah satunya berhubungan dengan cara
berkomunikasi dengan petugas rumah sakit, khususnya perawat. Beberapa situasi
yang menyebabkan stress dan cemas
yang tinggi adalah kurangnya komunikasi aatau kurangnya
informasi tentang keadaan penyakit.
Situasi tersebut dapat di atasi dengan meningkatkan komunikasi antara perawat
dan klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk caranya berkomunikasi
sebelum melakukan komunikasi dengan klien. Dalam berkomunikasi therapeutik
untuk membantu dan bekerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi
masalah kesehatan klien(Maramis, 1995).
Secara umum respon yang muncul dari
orang tua terhadap hospitalisasi anak adalah rasa tidak percaya, marah, merasa
bersalah, takut, cemas dan frustasi. Orang tua merasa tidak pecaya jika anaknya
jatuh sakit secara tiba-tiba sehingga harus dirawat dan frustasi ini merupakan
pengalaman pertama kali bagi sianak
untuk masuk rumah sakit, yang akhirnya mendorong orang tua berusaha mencari
penyebab dari penyakit anaknya. Takut dan cemas biasanya berkaitan dengan
kurangnya komuikasi atau kurangnya informasi antara perawat dan klien yang
menimbulkan kecemasan kepada orang tua (maramis, 1995).
Dari
beberapa penelitian dari RS Siti Khotijah Sepanjang dari wawancara maupun
observasi langsung terhadap beberapa orang tua yang anaknya dirawat di Rumah
Sakit menunjukkan bahwa terdapat 90% dari 14 keluarga (orang tua) pasien mengalami kecemasan dan hal
tersebut banyak di sebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan
anaknya.
Pandangan
orang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang menegangkan atau ketidak
tenangan. Sering kali penderita dan keluarganya berada dalam ketidak pastian
dan kecemasan mengenai apa saja yang selanjutnya yang mereka hadapi,
pertama-tama mereka tidak pasti dan cemas menghadapi keadaan penderita,
disamping itu mereka harus pulang menghadapi keadaan dan lingkungan yang sama
sekali asing bagi mereka ( Bouwhuizen, 1996).
Dari latar belakang diatas maka
penulis ingin mengadakan penelitian
tentang hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan
keluarga (orang tua) anaknya pertama kali dirawat di rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan pada latar balakang masalah dan kenyataan yang ada maka penulis
merumuskan masalah keperawatan sebagai berikut
Adakah hubungan antara komunikasi
terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga (orang tua) anaknya pertama kali
dirawat di Rumah Sakit Siti Khoijah Sepanjang.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengiidentifikasi hubungan antara
komunikasi terapeutik terhadap kecemasan keluarga (orang tua) yang anaknya
pertama kali dirawat di Rumah Sakit Siti khodijah sepanjang.
1.3.2
Tujuan khusus
1.
Mengidentifikasi mengenai
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga yang
anaknya pertama kali dirawat di Rumah Sakit
2.
Mengidentifikasi tingat
kecemasan orang tua yang anaknya dirawat di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
3.
Mengidentifikasi hubungan
antara komunikasi terapeutik dengan tingkat
kecemasan keluaga(orang tua) yang anaknya pertama kalidi rawat di Rumah
Sakit Siti Khodijah Sepanjang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti
Menambah pemahaman tentang tingkat
kecemasan orang tua terhadap anaknya yang di rawat di rumah sakit
2.
Bagi perawat (tenaga kesehatan)
Sebagai masuknya bagi petugas kesehatan
guna meningkatkan pelayanan tentang perawatan anak
3.
Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat di gunakan
sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut
4.
Bagi Penderita
Dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
keluarga (orang tua).
1.5
Relevansi
Masuk Rumah Sakit merupakan peristiwa yang
menegangkan, dimana penderita dan keluarga berada dalam keadaan ketidak pastian
dan kecemasan. Kecemasan tersebut merupakan dampak psikologis terhadap stress
berkaitan dengan kondisi anak dari seorang ibu dapat memberikan dampak yang
kurang baik bagi ibu atau anaknya, dan tingkatan kecemasan seeorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah komunikasi yang kurang
antara perawat dan pasien penggunaan komunikasi therapeutik merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian perawat karena proses komunikasi yang baik dapat
membantu pasien mengatasi masalah atau persoalan yang dihadapi pada tahap
perawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan di bahas tentang landasan teori sebagai landasan
dalam penelitihan yaitu meliputi : 1) konsep komunikasi terapeutik 2) Konsep kecemasan 3) Konsep kecemasan, 4) konsep keluarga, 5)
konsep hospitalisasi.
. 2.1 Konsep Dasar Komunikasi Therapeutik
2.1.1 Pengertian komunikasi therapeutik
Komunikasi adalah hubungan, hubungan perawat klien yang
therapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi. (Budi Anna keliat ,1996 )
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Heri Purwanto,1996 )
2.1.2 Proses Komunikasi
Cultp dan Center mengatakan bahwa komunikasi yang
efektif harus melalui 4 tahap :
1.
Fact Finding : adalah
mengumpulkan data dan informasi tentang kebutuhan sasaran, tentang pesan yang
akan disampaikan.
2.
Planning : Perlu disusun
rencana berkaitan dengan anggaran yang diperlukan, pesan yang akan diberikan,
media yang akan digunakan, menentukan sasaran penyuluhan kesehatan.
3.
Communication : Bila rencana
telah disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran yang mantap, baru
dilanjutkan dengan pelaksanaan komunikasi terhadap sasaran.
4.
Evaluasi : adalah menilai kegiatan komunikasi yang
telah dilaksanakan, apakah telah mencapai sasaran atau belum (nasrul efendy
1998)
2.1.3 Kegunaan komunikasi therapeutik
Kegunaan komunikasi therapeutik
adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien
melalui hubungan perawat klien. Proses komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam rangka mengatasi
persoalan yang dihadapi.
2.1.4 Tujuan Komunikasi Therapeutik
Tujuan komunikasi therapeutik adalah sebagai berikut :
1.
Membantu pasien untuk
menjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2.
Mengurangi keraguan, membantu
dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3.
Mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Komunikasi therapeutik merupakan
keterampilan dasar untuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam praktek
keperawatan, wawancara digunakan untuk berbagai tujuan misalnya : pengkajian,
memberi penyuluhan kesehatan dan perencanaan perawatan serta sebagai media
therapeutik.(Heri purwanto, 1994 )
2.1.5 Kekacauan-kecauan Yang Terjadi Dalam Komunikasi Therapeutik
Proses komunikasi antara perawat
dengan klien, tidak selamanya berjalan dengan mulus dan berfungsi secara
optimal, tetapi mungkin akan terjadi kekacauan yang disebut dengan istilah
distorsi.
Terjadinya distorsi dalam proses
komunikasi antara perawat dengan klien dapat disebabkan karena beberapa hal
yaitu :
1.
Pasien kurang tepat
mempersiapkan pesan, bimbingan, dorongan yang diberikan oleh perawat. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1)
Pasien merasa cemas karena
penyakit yang dideritanya
2)
Pikiran pasien dipengaruhi oleh
faktor luar misalnya memikirkan keadaan keluarga, rumah dan lain-lain.
3)
Hubungan antara perawat dengan
klien kurang bersahabat.
2.
Kekurangan yang dimiliki oleh
perawat dalam mengadakan komunikasi dengan pasien yang disebabkan karena :
1)
Kurang pandai mengemukan buah pikiran
2)
Bicaranya kurang jelas atau
terlalu cepat
3)
Bahasa yang digunakan tidak
dapat dimengerti oleh pasien
3.
Kebisingan (Noise)
Kebisingan dapat menggau komunikasi,
kebisingan mungkin muncul pada saat seorang perawat berkomunikasi dengan pasien
dalam bentuk
1)
Rintihan atau tangis pasien
2)
Suara air gemerincik di
Wastafel atau kamar mandi
3)
Suara brancara untuk mendorong
pasien
4)
Suara antara pasien yang sedang
bergurau
5)
Dan lain sebagainya
2.1.6 Teknik Komunikasi Therapeutik
Dalam menanggapi pesan yang
disampaikan klien. Perawat dapat menggunakan teknik komunikasi therapeutik sebagai berikut (stuart dan Sundeen, 1987)
1.
Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam
komunikasi. Dengan mendengar, perawat mengetahui perasaan klien, beri
kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara perawat harus menjadi pendengar
yang aktif.
2.
Pertanyaan Terbuka (Broad
Opening)
Memberi kesempatan untuk memilih,
contoh : apakah yang sedang saudara pikirkan ? apa yang kita bicarakan hari ini ? beri dorongan dengan cara
mendengar atau mengatakan, saya mengerti, atau ya….
3.
Mengulang (restating)
Mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat mengikuti pembicaraan klien.
4.
Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak
jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukan informasi yang diperoleh
tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah contoh : dapatkah anda
jelas kembali tentang …… gunanya untuk kejelasan atau kesamaan ide perasaan dan
persepsi perawat dan klien.
5.
Refleksi
Refleksi dapat berupa : refleksi isi,
memvalidasi apa yang didengar klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan
pengertian perawat, dan refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien
terhadap pemberitaan, agar klien mengetahui dan menerima perasaan, gunaya untuk
mengetahui dan menerima ide dan perasaannya, mengoreksi, memberi keterangan
lebih jelas, ruginya ialah mengulang terlalu sering dan sama, dapat menimbulkan
marah, iritasi dan frustasi.
6.
Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang
telah dipilih dan yang penting, dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan
yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan terfokus pada realitas, contoh :
Klien :
Wanita sering jadi bulan-bulanan
Perawat :
Coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita.
7.
Membagi Persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal
yang perawat rasakan dan pikirkan, dengan cara ini perawat dapat meminta umpan
balik dan memberi informasi. Contoh : anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah
pada saya.
8.
Identifikasi Tema
Latar belakang masalah yang dialami
klien yang muncul selama percakapan gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi masalah yang penting. Misalnya : saya lihat dari semua
keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang
masalahnya ?
9.
Diam (Silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan
setelah mengajukan pertanyaan, tujuan memberi kesempatan berfikir dan
bermotifasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam
berarti perawat menerima klien.
10.
Informing
Memberi informasi dan fakta untuk
pendidikan kesehatan
11.
Saran
Memberi alternatif ide untuk
memecahkan masalah, tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase
awal hubungan.
Perawat perlu menganalisa teknik yang
tepat pada setiap komunikasi dengan klien, melalui komunikasi verbal dapat
disampaikan informasi yang akurat, namun aspek emosi dan perasaan tidak dapat
diungkapkan seluruhnya melalui verbal.
Dengan mengerti proses komunikasi dan
mempunyai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai
dirinya secara utuh (verbal dan non verbal)
1.3
Konsep Kecemasan
1.3.1
Pengertian Kecemasan
Pengertian adalah suatu perasaan
kuatir yang samar, sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak di ketahui
oleh individu tersebut (Mary C Towserd, 1998).
Kecemasan adalah rasa
khawatir, takut yang tidak jelas penyebabnya
(Singgih d Gunarsa, 1989).
1.3.2
Penyebab Kecemasan
Menururt (Mary C Towserd, 1998) penyebab kecemasan antara lain :
1).
Teori Biologi
·
Biokimia dan neurofisiologis
perpengaruh pada etiologi dan kelainan-
kelainan.
·
Genetika penyelidikan
akhir-akhir ini mengidentifikasi bahwa kelainan kecemasan paling sering
ditemukan pada populasi umum.
2) Teori Psikososial
·
Psikodinamik : teori ini
menganggap prediposisi untuk kelainan kecemasan saat tugas diberikan untuk
tahap perkembangan awal belum terpecahkan
·
Interpersonal : respon
kecemasan untuk kesuksran dalam hubungan interpersonal berhasal dari hubungan
awal orang tua dalam perawatan anak.
·
Sosiokultural : bahwa kelainan
kecemasan dipengaruhi oleh suatu kontraindikasi yang banyak terjadi dalam
masyarakat yang mengkonstribusikan perasaan tidak aman.
1.3.3
Tingkat kecemasan
1). Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah
kecemasannormal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas kemam puan
untuk melakukan dan memecah kan masalah, karakteristik dari kecemasan ringan
adalah gelisa, perubahan nafsuh makan, pengulangan pertanyaan, mudah marah,
peningkatan kewaspadaan.
2)
Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang adalah cemas yang mem pengaruhi pengetahuan baru
dengan penyempitan lapang persepsi sehingga individu kehilangan pegangan tetapi
dapat mengikuti pengarahan dari orang lain, karak teristik dari kecemasan
sedang adalah ketidak nyamanan, perubahan dalam nada suara, tekanan darah
meningkat, gemetaran.
3)
Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah dimana lapang pandang dipersmpit sampai titik
dimana individu tidak dapaat memecahkan atau mempelajari masalah, karak
teristik dari kecemasan berat adalah perasaan terancam, mual, muntah,
ketidakmampuan konsentrasi, pusing dan diare atau kontipasi.
1.3.4
Penilaian Tingkat Kec emasan
Untuk
test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan langsung,
mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non verbal. Hal
ini berguna untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat kecemasannya
(Maramis, 1995).
Dalam
penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang
dianggap baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS terdiri dari 14 item
dengan perincian sebagai berikut :
1)
Perasaan Cemas
·
Firasat buruk
·
Takut pada pikiran sendiri
·
Mudah tersinggung
2)
Ketegangan
·
Merasa tegang
·
Lesu
·
Mudah terkejut
·
Tidak bisa istirahat dengan
nyenyak
·
Mudah menangis
·
Gemetar
·
Gelisa
3)
Ketakutan
·
Pada gelab
·
Ditinggal sendiri
·
Pada orang asing
·
Pada binatang besar
·
Pada kerumunan orang banyak
4)
Gangguan Tidur
·
Sukar masuk tidur
·
Terbangun malam hari
·
Tidak pulas
·
Mimpi buruk
5)
Gangguan kecerdasan
·
Daya ingat menurun
·
Sering bingung
6)
Perasaan Depresi
- Kehilangan minat
- Berkurangnya kesenangan pada hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7). Gejala Somatik
- Nyeri otot
- Kaku
- Gigi gemeretak
- Iman tidak stabil
8). Gejala Sensorik
- Penglihatan kabur
- Merasa lemah
9). Gejala kerdiovaskuler
- Berdebar-debar
- Nyeri dada
- Denyut nadi lemas
- Rasa lemah seperti mau pingsan
10).Gejala Pernafasan
- Rasa tertekan didada
- Perasaan tercekik
- Merasa sesak
11).Gejala Gastroinsterinal
- Sulit menelan
- Gangguan pencernaan
- Mual-munta
- Berat badan berkurang
- Konstipasi
12) Gejala Urogenitalia
- Sering kencing
- Tidak dapat menahan kencing
- Amenorrhoe
- Impoten
13). Gejala Vegetatif / Otonom
- Mulut kering
- Muka kering
- Mudah berkeringat
- Sakit kepala
- Bulu roma berdiri
14). Perilaku Saat Wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Muka tegang
- Mengerutkan kepala
- Jari gemetar
- Muka marah
- Napas pendek
Penentuan derajat kecemasan
adalah:
·
Apabila skore <6 maka tidak ada kecemasan
·
Apabila skore 6-14 terdapat
kecemasan ringan
·
Apabila skore 15-27 terdapat
kecemasan sedang
·
Apabila skore > 27 terdapat kecemasan berat
Cara penilaian tingkat kecemasan
:
0
apabila tidak ada gejala sama
sekali
1.
apabila satu dari gejala yang
ada
2.
apabila separuh dari gejala
yang ada
3.
apabila lebih dari separuh dari
gejala yang ada
4.
apabila semua ada gejala
1.3.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan
1). Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan, hubungan
perawat klien yang therapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi. (Budi
Anna keliat ,1996 )
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien (Heri Purwanto,1996 )
1.5 Konsep keluarga
1.5.1 Pengertian keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai
cara, definisi keluar berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis
“pendefinisi”yaitu menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan
keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu
yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Nasrul
Efendi,1995).
1.5.2
Peran Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung
utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit
penderita. Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak
sanggup lagi merawatnya.
Tugas keluarga menurut friedman (1998),adalah:
1).
Mengenal masalah keluarga
2).
Membuat keputusan tindakan
kesehatan
3).
Memberi perawatan pada anggota
keluarga
4).
Menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat
5).
Mengunakan sumber yang ada
dalam masyarakat
Untuk dapat menjalankan peran tersebut diatas maka
perawat dalam merawat pasien sebaiknya selalu melibatkan keluarga dalam aspek
keperawatan.
1.6
Konsep Hospitalisasi
1.6.1
Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan
sakit dan harus dirawat di rumah sakit, yang terjadi pada anak maupun
keluarganya yang mana menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi anak maupun
bagi keluarganya (Wong, 1985).
Krisis hospitalisasi dapat disebabkan
oleh :
1).
Stres asana perubahan status
kesehatan dan kebiasaan sehari-hari
2).
Anak mempunyai keterbatasan
terhadap mekanisme koping untuk memecahkan kejadian-kejadian sters.
Tingkah laku
dari pasien yang dirawat di rumah sakit bisa dilihat dari :
-
Kelemahan untuk berinisiatif
-
Kurang atau tak ada perhatian
tentang hari depan
-
Tak berminat atau tak ada daya
tarik
-
Ketergantungan dari orang-orang
yang membantunya.
1.6.2
Reaksi dan Mekanisme Koping
Keluarga Terhadap Hospitalisasi Anak
1).
Reksi orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit
anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
-
Seriusnya ancaman tersebut pada
anak
-
Asana suport sistem
-
Asana stres lain dalam sistem
kelurga
Penglaman sebelumnya Kecemasan adalah suatu perasaan kuatir yang
samar,sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu
tersebut (Mary C Towserd, 1998)
Kecemasan adalah
rasa khawatir, takut yang tidak jelas penyebabanya(Singgih D Gunarsa,
1989)
-
terhadap penyakit dan
hospitalisasi
-
Agama, kepercayaan dan adat
-
Pola komunikasi dalam keluarga
2).
Mekanisme koping orang tua
Mekanisme koping merupakan proses
psikologi yang merupakan perlindungan sementara individu dari kecemasan atau
untuk menghilangkan stres. Secara umum koping yang dilakukan orang tua adalah :
a)
Menolak/ Denial
Yaitu sikap menghindari stres di mana
orang tua menolak keadaan anaknya, mereka selalu menganggap anaknya baik atau
tidak ada kelainan.
b)
Intelektualisasi
Yaitu mekanisme koping kelurga
dengan cara menggunakan pengetahuan untuk mengendalikan dampak emosional yang
berlebihan dari arti penyakit.
c)
Regresi
Bisa terjadi pada orang tua dan
anak-anak walaupun reaksi yang ditimbulkan berbeda.
d)
Proyeksi
Memecahkan konflik dengan
memproyeksikan pada orang lain seperti diproyeksikan pada anak, suami/istri.
e)
Displacement
Mentrasfer emosinya pada suatu
obyek atau pada kejadian lain.
f)
Introjek tion
Orang tua melimpahkan semua
kesalahan, kemarahan, rasa bersalah pada diri sendiri, mereka cenderung
menghukum dirinya sendiri.
1.2.1 Fungsi orang tua terhadap perawatan anak
Keluarga dalam
menjalankan fungsinya dikelompokkan menjadim fungsi keluarga secara biologis,
psikologis, sosial, ekonomi, dan pendidikan (Depkes RI, 1995).
1.
Fungsi Biologis, maksud dari fungsi biologis
keluarga adalah fungsi dalam memenuhi kebutuhan biologis dari para anggota
keluarga, fungsi tersebut antara lain : menyediakan makanan bagi anggota
keluarga, melindungi kesehatan dari para anggotanya, membesarkan anak,
meneruskan keturunan.
2.
Fungsi Psikomotorik, maksud
dari fungsi psikologis keluarga adalah fungsi keluarga dalam upaya memenuhi
kebutuhan psikologis antara lain : kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
keluarga lain atau masyarakat, perlindungan psikologis, pendewasaan kepribadian
dari para anggotanya.
3.
Fungsi Sosial, keluarga
dituntut untuk memenuhi kebutuhan sosial dari anggotanya yang meliputi : pada
tiap tahap perkembangan anak serta kehidupan keluarga meneruskan nilai-nilai
budaya, sosialisasi dari anak, pembentukan norma-norma tingkah laku.
4.
Fungsi pendidikan, maksud dari
fungsi pendidikan dalam keluarga adalah fungsidalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan akan pendidikan dari anggota keluarga yang mencakup : peneanaman
ketrampilan, tingkah laku dan pengetahuan, persiapan untuk kehidupan dewasa
masa yang akan datang, memenuhi peranan sebagai anggota dewasa. kecemasan pada
keluarga sakit adapun salah satunya adalah dengan membina hubungan therapeutic
saling percaya serta memberikan penjelasan dan pemahaaman mengenai kondisi anak
yang sebearnya terjadi adalah penting untuk membantu keluarga menjadi pendukung
selama masa stress (Nelson, 1999).
1.7
Kerangka konseptual
Kerangka konsep penelitian yaitu
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diteliti atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 1999).
|
||||||
|
|
|||||
Berat
Sedang
Ringan
Tidak cemas
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka
Konseptual Hubungan antara Komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan
keluarga yang anaknya pertama kali masuk rumah sakit.
Hipotesa
1.
Tidak ada hubungan antara
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga (orang tua) yang
anaknya pertama kali di rawat di Rumah Sakit.
2.
Ada hubungan antara komunikasi
terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga yang anaknya pertama kali di rawat
di Rumah Sakit.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel sesaat. Artinya subyek diobservasi
satu kali saja dan pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan pada
saat pemeriksaan atau pengkajian data (Sastroasmoro dan Ismail, 1985).
3.2
Populasi, Sampel dan
Sampling Penelitian
3.2.1
Populasi Penelitian
Populasi
penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau obyek yang akan
diteliti (Nursalam, 2001).
Dalam penelitian
ini yang dijadikan populasi adalah pasien yang pertama kali dirawat inap di
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang.
3.2.2
Sampel Penelitian
Sampel
adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Nursalam, 2001), kriteria sampel sebagai berikut:
1). Kriteria
inklusi
Kriteria inklusi
adalah karakteristik sampel yang layak untuk diteliti, kriteria tersebut
adalah:
1.Orang tua yang anaknya masuk rumah
sakit
2.Orang tua yang umurnya 22-32 tahun
3.Bersedia untuk diteliti dan
menandatangani surat persetujuan
4.Orang tua yang anaknya dirawat kurang
dari 3 hari
5.Orang tua yang anaknya mempunyai
penyakit diare dan saluran pernafasan
2). Kriteria
eksklusif
Kriteria eksklusif
adalah karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti , kriteria tersebut
adalah:
1.Orang tua yang anaknya pernah masuk
rumah sakit lebih dari satu kali
2. Orang tua yang umurnya 40 tahun
keatas
3.Tidak bersedia untuk diteliti
4.Orang tua yang anaknya dirawat
lebih dari 3 hari
5.Orang tua yang anaknya mempunyai
penyakit selain diare dan saluran pernafasan
Besar
sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel (Chandra, 1995).
Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan
waktu yang dimiliki peneliti, sehingga tidak memungkinkan mengambil populasi
terjangkau oleh karena itu kami mengambil sampel. Dalam peneliti ini sebanyak
10 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
3.2.3
Teknik Pengambilan Sampel
Sampling
adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nurslaam dan Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini pengambilan
sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling yaitu: setiap sampel
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan
Ismail, 1995).
3.3
Lokasi dan Waktu
Penelitian
1.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang.
2.
Waktu penelitian
Waktu penelitian bulan 17 – 26 Juli
2004.
3.4
Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau cita-cita
yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain (Notoatmodjo S, 1993).
Pada penelitian ini variabel dibedakan menjadi:
1.
Variabel independen atau
variabel bebas
Variabel bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi variabel dependen (Srikandi, 1997). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah komunikasi terapeutik.
2.
Variabel dependen atau variabel
tergantung
Variabel tergantung adalah variabel
yang berubah akibat perubahan variabel bebas (Notoatmodjo S, 1993). Variabel
tergantung pada penelitian ini adalah kecemasan
3.5
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan yang
diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberi arti, menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu gambaran tentang langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengukur variabel yang telah didefinisikan (Notoatmodjo S, 1993).
1.
Pengertian komunikasi therapeutik
Komunikasi adalah hubungan, hubungan perawat klien yang
therapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi. (Budi Anna keliat ,1996 )
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Heri Purwanto,1996 )
2. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu
perasaan kuatir yang samar, sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak di
ketahui oleh individu tersebut (Mary C Towserd, 1998).
Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
penyebabnya (Singgih D Gunarsa, 1989).
3.
Keluarga
Keluarga dalah merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit penderita.
Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup
lagi merawatnya.
4.
Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan harus
dirawat di rumah sakit, yang terjadi pada anak maupun keluarganya yang mana
menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi anak maupun bagi keluarganya (Wong,
1985).
.
3.6
Alat atau Instrumen
Penelitian
Pada penelitian ini digunakan data primer
yang diambil dengan menggunakan kuesioner atau wawancara. Sedangkan data
sekunder, diambil dengan memanfaatkan data yang tersedia dengan melihat catatan
rekam medis pasien yang tersedia di Rumah Sakit Dr. SoetomoSurabaya.
3.7
Pengelompokan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan,
selanjutnya dicatat dan dikelompokkan untuk masing-masing variabel sesuai
dengan tujuan penelitian. Kemudian data diolah dengan bantuan komputer yaitu
SPSS.
Pengolahan data dengan cara bertahap mulai
dari editing, coding sampai dengan tahap tabulating.
3.8
Tehnik Analisa Data
Analisa dapat digunakan metode deskriptif
untuk menggambarkan populasi dan metode analitik untuk melihat hubungan antara
variabel yang diteliti dengan menggunakan:
1.
Frekuensi distribusi
Analisa
prosentase menggunakan frekuensi distribusi relatif artinya data dibagi dalam
beberapa kelompok dan dinyatakan dalam prosentase. Dengan cara ini dapat
mengetahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran prosentase
(Suparmoko, 1997).
2.
Tabulasi silang
Yaitu menyajikan saling berpengaruh variabel yang satu
dengan variabel yang lain.
3.
Menggunakan uji statistik “Rank
Spearman” dengan menggunakan nilai bermakna a = 0,05 atau 5% dengan r tabel
0,648 yang artinya apabila r hitung
> r tabel maka Ho ditolak yang menunjukkan
adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan apabila r hitung < r tabel
maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel-variabel tersebut:
Rumus yang digunakan untuk menghitung
korelasi:
dimana
keterangan :
r5 : r hitung :
Koefisien Korelasi Rank Spearman
3.9
n : Jumlah responden
Dalam melakukan penelitian, peneliti
mendapatkan rekomendasi dari Akademi Perawatan unuk mengajukan permohonan ijin
kepada Direktur Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang untuk mendapatkan
persetujuan, kemudian kuesioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meli
Lembar permintaan menjadi responden
Lembar permintaan menjadi responden
Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diberikan lembar
pertanyaan peneliti disertai identitas peneliti, judul penelitian dan manfaat
penelitian.
1.
Lembar persetujuan menjadi
responden
Setelah diberikan lembar permintaan menjadi responden.
Responden harus mencantumkan tanda tangan persetujuan menjadi responden, dengan
lebih dahulu diberikan, membaca isi lembaran tersebut. Jika subyek menolak maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.
2.
Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner, tetapi
lembar tersebut diberi inisial.
3.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti data tersebut hanya akan
disajikan atau dilaporkan kepada yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.10
Keterbatasan
1.
Sampel yang digunakan terbatas
jumlahnya sehingga kurang representatif untuk mewakili pasien pasca stroke
dalam melakukan perilaku mobilisasi dini.
2.
Peneliti menggunakan kuesioner
yang belum diuji coba sehingga pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner belum
terjamin kevaliditasannya.
3.
Keterbatasan waktu yang
disediakan peneliti cukup terbatas sehingga peneliti kesulitan untuk memnuhi
jumlah responden yang dikehendaki.
LEMBAR KUESIONER
A.
Petunjuk Pengisian
1.
Bacalah pertanyaan dengan
teliti
2.
Beri tanda silang (x) pada
jawaban yang anda pilih !
B.
Data Demografi
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
C.
Pertanyaan berhubungan komikasi
terapeutik
1.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah yang dimaksud dengan komunikasi
Cara untuk hubungan terapeutik antara parawat dan klien
Komunikasi adalah hal yang negatif
Komunikasi adalah suatu yang dapat manambah masalah
Komnkasi merupakan suatu informasi yang tidak sehat
2.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah manfaat dari komunikasi?
Untuk meningkatkan masalah
Untuk membingungkan suatu masalah
Untuk membantu
menyeleseikan masalah
Untuk
3.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara
apakah sudah diberikan penjelasan atau informasi selama dirumah sakit.
Tidak pernah
Tidak
Kadang- kadang
Ya
4.
Menurut
Bapak/Ibu/Saudara apakah komunikasi itu penting sekali: tung
kai ya
Penting
tidak penting
5.
Menurut Bapak/Ibu/saudara bagaimana komunikasi perawat?
Cukup
Baik
Sangat baik
Kurang baik
6.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa yang menyebabkan anda cemas
Kurangnya komunikasi
Sikap yang baik
Tidak menyilang jari-jari secara bersamaan
Jari-jari tidak membentuk kepala
7.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara anda
termasuk kecemasan tingkat
Tidak cemas
Ringan
Sedang
Berat
8.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara anda merasa tegang termasuk tingkat
kecemasan apa akibatnya jika tidak dpergerakan sejak dini ?
Mudah terkejut
Tidak bisa istirahat dengan nyenyak
GemetarSakit
Gelisah
9.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara mempunyai perasan cemas termasuk sebagai
berikut:
Firsat buruk
Takt pada pikiran sendiri
Mudah tersinggung
Merasa berasalah
10.Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara apakah cemas mempunyai
perasaan ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asing
ConversionConversion EmoticonEmoticon