ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KARSINOMA TIROID
Karsinoma tiroid termasuk kelompok
penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya
sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid
mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.
Perawat memperoleh data dasar klien berdasarkan tingkat pengetahuannya
mengenai penyakit, coping skills dan dari hubungan keluarga. Perawat menganjurkan klien untuk
mengungkapkan rasa takutnya dan mendiskusikan penyakitnya.
Gambaran
Histologis
Menurut WHO,
tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:
- Karsinoma Folikuler.
- Karsinoma Papilar.
- Karsinoma Medular.
- Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
- Lain-lain.
Menurut Mc Kenzi
(1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai untuk
pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
- Karsinoma Tiroid Papilar.
- Karsinoma Tiroid Folikular.
- Karsinoma Tiroid Medular.
- Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk
menyendiri dan suatu nodul dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa
sakit. Tanda dan gejala tambahan
tergantung pada ada tidaknya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel
kanker) itu sendiri.
- KARSINOMA PAPILAR
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada
wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun.
Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat
muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid,
prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
- KARSINOMA FOLIKULAR
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada,
terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian
menyebar ke tulang dan jaringan paru.
Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di
trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan
dispnea serta disfagia. Bila tumor
mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih
sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
- KARSINOMA MEDULAR
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan
menyerang struktur di sekelilingnya.
Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine
Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana
terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
- KARSINOMA ANAPLASTIK
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa
agresif. Kanker jenis ini secara
langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
-
Stridor (suara serak/parau,
suara nafas terdengar nyaring)
-
Suara serak
-
Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal
kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan.
Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan
pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Gambaran Klinis
Kecurigaan
klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan
rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi
adalah:
-
Riwayat neoplasma endokrin
multipel dalam keluarga.
-
Pertumbuhan tumor cepat.
-
Nodul teraba keras.
-
Fiksasi daerah sekitar.
-
Paralisis pita suara.
-
Pembesaran kelenjar limpa
regional.
-
Adanya metastasis jauh.
Kecurigaan
sedang adalah:
-
Usia < 20 tahun atau > 60
tahun.
-
Riwayat radiasi leher.
-
Jenis kelamin pria dengan nodul
soliter.
-
Tidak jelas adanya fiksasi
daerah sekitar.
-
Diameter lebih besar dari 4 cm
dan kistik.
Kecurigaan
rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Secara klinis karsinoma tiroid
dibagi menjadi kelas-kelas, yaitu:
I. Infra Tiroid.
II. Metastasis Kelenjar Limpa Leher.
III. Invasi Ekstra Tiroid.
IV. Metastasis Jauh.
Gejala klinis
yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit
waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat
terjadi metastasi jauh. Paling sering ke
paru-paru, tulang dan hati.
Penatalaksanaan
- Operasi (Tiroidektomi).
- Radiasi internal/eksternal.
- Kemoterapi.
- Hormonal.
- Lain-lain.
Evaluasi
Dilakukan dengan
pemeriksaan sidik seluruh tubuh, dikombinasi dengan pemeriksaan kadar
tiroiglobulin (Tg) serum secara berkala pada 3-6 bulan pertama. Tg dipengaruhi oleh TSH dan cenderung
meningkat bila masih ada sisa kelenjar tiroid.
Kadar Tg kurang dari 1 ng ml selama hormon dihentikan, menunjukkan
terapi ablasi telah berhasil. Tg
dianggap sebagai pertanda karsinoma tiroid yang cukup sensitif tetapi tidak
spesifik. Pemeriksaan kadar kalsitonin
untuk karsinoma medular merupakan petunjuk adanya metastasis.
Evaluasi berkala sangat penting
karena karsinoma tiroid yang sudah dinyatakan berhasil ablasinya ternyata
setelah 5-10 tahun proses keganasan bisa timbul kembali. Dianjurkan kontrol 1 tahun untuk 5 tahun
pertama setelah dinyatakan ablasi total berhasil, kemudian tiap 2 tahun sekali.
Laboratorium
dan Radiologi
- DL
-
SGOT
-
SGPT
-
BSH
-
> 40 tahun EKG
-
Foto Servikal ® Foto Thoraks
-
BMR (Basal Metabolic Rate) ® 3 hari berturut-turut pada malam hari.
-
Pemeriksaan T3 dan T4.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul:
- Diagnosa Pre Operasi:
1.
Ansietas berhubungan
dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan pasca
operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : Klien mengungkapkan ansietas
berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi:
Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pe-mahaman tentang
kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Jelaskan apa
yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test
laboratorium pra op, persiapan kulit,
alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal
diruang pemulihan dan program pasca operasi.
Informasikan klien bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri
sebelum nyerinya bertambah hebat.
Informasikan
klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan menelan dapat dialami
setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya
bengkak ± 3-5 hari.
Ajarkan &
biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher untuk menghindari
tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk.
Biarkan klien
dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan, perbaiki
jika ada kekeliruan konsep. Rujuk
pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.
Lengkapi
daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada kelainan
dari test Lab. pre op.
|
Pengetahuan
tentang apa yang diper-lukan membantu mengurangi ansie-tas & meningkatkan
kerjasama klien selama pemulihan, mempertahankan kadar analgesik darah
konstan, memberikan kontrol nyeri terbaik.
Pengetahuan
tentang apa yang diper-kirakan membantu mengurangi an-sietas.
Praktek
aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi membantu menjamin penurunan program pasca
operasi terkomplikasi.
Dengan
mengungkapkan perasaan membantu
pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi
kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi
klien. Agar efektif, sistem pendukung
harus mempunyai mekanisme yang kuat.
Daftar cek
memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan
klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko
lamanya penyembuhan.
|
2.
Perubahan proses
keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan diagnosis kanker
yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan:
- Klien dan keluarga dapat
beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis.
- Klien dan
keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara anggota
keluarga.
Kriteria:
- Sering
mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
- Berpartisipasi
dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
-
Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota
keluarga.
Rencana Tindakan
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Bantu klien
& keluarga dalam menghadapi ke-khawatiran terhadap situasi: resikonya,
pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.
Ciptakan
lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung untuk klien
& keluarga.
Libatkan
anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila
memungkin-kan.
Bantu anggota
keluarga untuk mengubah ha-rapan-harapan klien yang sakit dalam suatu si-kap
yang realistis.
Buatlah daftar
bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-batas
ke-perawatan.
|
Klien &
keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan
kekha-watiran serta dapat mengatasi nya.
Klien merasa
terlindungi rasa amannya.
Klien mendapat
perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat berpe-ran
lebih aktif dalam merawat klien.
Harapan yang
tidak realistis membuat kelurga berpikir ti-dak objektif.
Dengan
mengetahui bantuan profesional diharapkan klien & keluarga dapat mencari
al-ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat klien.
|
- Diagnosa Post
Operasi
3.
Bersihan Jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem
pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar
paratiroid.
Tujuan:
- Paru-paru klien bersih.
- Pola nafas klien berada dalam batas normal.
- Klien dapat berbicara dengan suara biasa.
NO.
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Monitor
tanda-tanda respiratori distres, sia-nosis, takipnea & nafas yang
berbunyi.
Periksa
balutan leher setiap jam pada perio-de awal post op, kemudian tiap 4 jam.
Monitor
frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan balutan.
Periksa
sensasi klien karena keketatan dise-keliling tempat insisi.
Pertahankan
klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag)
untuk mengurangi bengkak.
Anjurkan klien
untuk berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada atau keparauan suara.
Kaji adanya
tanda Chvostek & Trousseau.
Identifikasi
adanya mati rasa.
Monitor
tingkat serum kalsium.
Siapkan
peralatan emergency untuk trache-ostomy, suction, oksigen, perlengkapan
be-nang jahit bedah dan kalsium IV, dalam keadaan siap pakai.
|
Memonitor
& mengkaji terus-mene-rus dapat membantu untuk mende-teksi & mencegah
masalah pernafas-an.
Pembedahan
didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya edem
post op.
Dengan
mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi pembengkakan.
Kerusakan pada
saraf laringeal sela-ma pembedahan tiroid dapat menye-babkan penutupan
glottis.
Hipokalsemia,
akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat menyebabkan
tetani & laringo-spasm.
Persiapan
untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat & tepat.
|
4.
Nyeri berhubungan dengan
tiroidektomi.
Tujuan :
Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria: Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
|
Berikan
analgesik narkotik yang diresep-kan & evaluasi keefektifannya.
Ingatkan klien
untuk mengikuti tindakan-tindakan untuk mencegah peregangan pada insisi
seperti:
- menyokong
leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.
- menghindari
hiper ekstensi & fleksi akut leher.
|
Analgesik
narkotik perlu pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Peregangan
pada garis jahitan ada-lah sumber ketidak nyamanan.
|
5.
Resiko tinggi terhadap
komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi,
pengangkatan tak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf
laringeal.
Tujuan: Tidak terjadi
komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-7 – 10 post op).
Kriteria : Tidak ada
manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf
laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Perdarahan:
a. Pantau:
- TD, nadi,
RR setiap 2x24 jam. Bila stabil setiap
4 jam.
- Status balutan: inspeksi dirasakan dibe-lakang
leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya.
b. Beritahu
dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai
pe-ningkatan frekuensi nadi & nafas.
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur &
ins-truksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak atau sensasi tekanan
pada daerah insisi terasa. Bila gejala
itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, perta-hankan klien
pada posisi semi fowler, beri-tahu dokter.
Obstruksi
jalan nafas:
a.
Pantau pernafasan setiap 2x24
jam.
b.
Beritahu dokter bila
keluhan-keluhan ke-sulitan pernafasan, pernafasan tidak tera-tur atau
tersedak.
c.
Pertahankan posisi semi fowler
dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
d.
Anjurkan penggunaan
spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafas-an dalam.
e.
Jamin bahwa O2 &
suction siap tersedia di tempat.
Infeksi luka:
a. Ganti
balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
b.
Beritahu dokter bila ada
tanda-tanda in-feksi.
Kerusakan
saraf laringeal:
a.
Instruksikan klien untuk tidak banyak bi- cara.
b.
Laporkan peningkatan suara
serak & ke-lemahan suara.
Hipokalsemia:
a.
Pantau laporan-laporan
kalsium serum.
b.
Beritahu dokter bila
keluhan-keluhan ke-bal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam
otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a.
Pantau kadar T3 & T4
serum.
b.
Berikan penggantian hormon
tiroid sesu-ai pesanan.
|
Untuk
mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan.
Temuan ini
menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Temuan ini
menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Untuk
mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
Temuan-temuan
ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebab-kan oleh perdarahan,
perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
Posisi tegak
memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan bengkak.
Pernafasan
dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.
Untuk
digunakan bila terjadi kom-presi trakea.
Untuk
melawan/mencegah masuknya bakteri.
Temuan ini
menandakan infeksi luka & perlu terapi antibiotik.
Untuk
menurunkan tegangan pada pita suara.
Perubahan-perubahan
ini menunjuk-kan kerusakan saraf laringeal, dima-na hal ini tidak dapat
disembuhkan.
Perubahan
kadar kalsium serum ter-jadi sebelum manifestasi ketidak se-imbangan kalsium.
Temuan ini
menandakan hipokalse-mia & perlunya penggantian garam kalsium.
Untuk
mendeteksi indikasi awal keti-dakseimbangan hormon tiroid.
Hormon tiroid
penting untuk fungsi metabolik normal.
|
6. Resiko
tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan
: Klien mampu memenuhi rencana
pemeliharaan dirumah.
Kriteria:
Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan latihan
dengan benar, mengungkapkan kepuasan dengan rencana perawatan dirumah.
Rencana
Tindakan:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2.
3.
4.
|
Berikan
instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi & latihan rotasi setelah
jahitan di angkat hari ke-7.
Hubungi dokter
bila ada tanda-tanda infeksi
Bila
tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi tentang obat pengganti &
harus digunakan untuk sepanjang hidup.
Berikan
instrumen tertulis untuk aktifitas perawatan diri, perjanjian, evaluasi &
obat-obatan, klien kemudian evaluasi pemaham-an instruksi.
|
Latihan-latihan
ini untuk memban-tu mencegah kontraktur otot leher.
Terapi
antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Pemahaman
hubungan antara kon-disi & terapi membantu mengem-bangkan kepatuhan
klien.
Instruksi
verbal mungkin mudah dilupakan.
|
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa :
Subhan
Tempat
Praktek : Ruang Bedah A
Tanggal
:23 s/d 27 April 2001
I. Identitas Klien
Nama :
Nn. ULF
Umur :
21 tahun
TTL : 21 Maret 1980
Jenis kelamin :
Perempuan
Alamat :
Tambak Rejo Waru, Sidoarjo.
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Buruh Pabrik Sepatu
Lama bekerja :
2 tahun
MRS :
18 April 2001
Keluarga terdekat : Kakak Kandung
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Swasta
Alamat : Tambak Rejo Waru, Sidoarjo
II. Status Kesehatan
Saat Ini:
1.
Alasan kunjungan ke RS: timbul benjolan sejak ± 3 bulan
yang lalu dan benjolan makin besar.
2.
Keluhan utama saat ini: suara serak, benjolan makin besar, waktu menelan terasa mengganjal.
3.
Lama keluhan : ± 3 bulan.
4. Timbulnya
keluhan: tiba-tiba, sehingga klien
tidak menyadarinya
5.
Faktor yang memperberat: tidak ada.
6. Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi: berobat ke
poliklinik perusahaan di Sidoarjo dan dirujuk ke rumah sakit. Klien kemudian melanjutkan pengobatannya ke
Poliklinik Bedah Dr. Soetomo Surabaya.
7. Diagnosa medik: Struma Uni Nodusa Non Toxica/Ca Tiroid
(tanggal 18 April 2001). Tanggal 23
April klien menjalani operasi Hemi Thyroidectomy.
III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Sebelumnya
klien hanya mengeluh suaranya yang berubah menjadi serak, terasa ada gangguan
waktu menelan serta teraba benjolan kecil.
Klien tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti
yang dialaminya kini.
IV. Pengkajian Fisik
Tanggal 23 April 2001 pukul 12.30 WIB:
TB= 147 cm,
BB= 36 kg.
1.
Sistem Pernafasan (B 1)
RR = 18 x/mnt, tidak ada sesak nafas, suara nafas normal.
2.
Sistem Hemodinamika (B 2)
TD = 110/70 mmHg, nadi = 76 x/mnt, suhu = 36,5 oC, drain
terpasang, perdarahan ± 10 cc,
tidak ada hematom. Suara jantung
vesikuler, perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus
RL:D5 = 2:3.
3.
Sistem Kesadaran dan Otak (B 3)
Keadaan umum baik, compos mentis, pusing masih. Klien tampak masih mengantuk, tidak ada
muntah, pupil normal, orientasi baik, GCS 4 5 6.
4.
Sistem Perkemihan (B 4)
BAK spontan (tanpa kateter), warna kuning jernih.
5.
Sistem Pencernaan (B 5)
Puasa sampai ada bising usus dan flatus. Minum susu dan diet TKTP. Klien memiliki riwayat sakit maag. BMR dilakukan 3x (I= 13,5, II=13,2, III=
13,7).
6.
Sistem Integumen dan
Muskuloskeletal (B 6)
Luka post op Hemi Thyroidectomy di leher di verban dengan baik. Terjadi perda-rahan dalam bentuk rembesan
luka post op pada malam hari, pukul 24.00 WIB dan pukul 03.00 WIB. Dressing dan rawat luka dilakukan 3x (tanggal 24 April 2001, pada pagi
hari). Kulit leher sekitar luka operasi
terlihat kemerahan dan bengkak.
V. Pengkajian Psikososial
1.
Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien merasa terganggu dengan adanya
benjolan di lehernya.
2.
Persepsi diri: klien khawatir benjolan yang ada di lehernya akan membesar
sehing-ga ia bersedia dioperasi.
3.
Suasana hati: klien merasa lega karena benjolan di lehernya sudah tidak ada
lagi.
4.
Hubungan/komunikasi: klien mudah diberikan penjelasan dan cepat memahami maksud dan
tujuan dari penjelasan tersebut. Klien
selalu didampingi oleh nenek, kakak dan teman sekerjanya.
5.
Kehidupan keluarga:
-
Adat istiadat yang dianut: Jawa.
-
Pembuat keputusan dalam keluarga: kakak
laki-laki tertua.
-
Pola komunikasi: melalui perantaraan nenek.
Klien setiap ingin sesuatu selalu disampaikan melalui neneknya terlebih dahulu
untuk kemudian disampaikan kepada kakaknya atau kepada saudara lain yang lebih
tua.
- Keuangan: memadai.
VI. Data Laboratorium dan Radiologi:
Tanggal 12 April 2001:
Patologi
Anatomy (PA); kesimpulan: Thyroid, FNA.
Papillary
Carsinoma Thyroid.
Tanggal 16
April 2001:
Thorax
Foto:
-
Cor : besar dan bentuk normal.
-
Pulmo: tidak tampak proses
metastase.
-
Kedua sinus Phrenice Costalis
tajam. Tidak tampak osteolitik dan
osteoblastik pro-cess.
-
Pada Trakea: trakea tampak
deviasi ke kanan.
Tanggal 23
April 2001:
Laboratorium:
-
Leukosit: 12,7 x 1000/UL
-
Hb: 10,4 g/dl.
-
PCV: 30,7.
-
Diff: - SEG
= 85
- Lym = 11
- Mono = 1
- LED = 24 mm/jam.
VII.
Terapi/Pengobatan
Tanggal 23 April 2001:
-
Injeksi Clindamycin 300 mg 3x1
hari.
-
Injeksi Gentamycin 80 mg 2x1
hari.
-
Injeksi Novalgin 3x1 amp.
-
Injeksi Transamin 3x1 amp.
Tanggal 25 April 2001 ganti obat oral,
yaitu:
-
Kalnek 10 mg 3x1 tab.
-
Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tab.
-
Diet TKTP.
Analisa Data
NO
|
TGL
|
KELOMPOK DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
DIAGNOSIS
|
1.
2.
3.
|
23/4/
2001
12.30
WIB
24/4/
2001
24/4/
2001
|
DS: Klien mengata-kan kepalanya pu-sing & nyeri
pada daerah operasi.
DO: Hb= 10,4 g/dl.
TD= 110/80 mm Hg.
N=
72x/mnt.
RR=
18x/mnt.
Drainase= ±
10 cc.
Vacuum +.
DS: Klien mengata-kan nyeri waktu
menelan & me-narik nafas.
DO:-Suara klien serak ketika berbicara
-RR= 20x/mnt.
-Hb=
9,8 g/dl.
-Drainase= ± 20 cc.
-Perdarahan pada malam hari 3x
& merembes.
-Klien
tampak pucat.
DS: Klien mengata-kan tubuhnya te-rasa lemah.
DO:-Muka pucat.
-Hb=9,8
g/dl.
-Bengkak & ke- merahan pada luka operasi.
-Rawat luka se-belum waktu-nya.
|
Perdarahan.
Obstruksi
akibat ada
\nya
perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, keru-sakan syaraf laringe-al
atau luka pada ke-lenjar tiroid.
Infeksi luka.
|
Komplikasi.
Bersihan
ja-lan nafas ti-dak efektif.
Komplikasi.
|
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhubungan dengan per-darahan post op. Tiro-idektomi.
Bersihan
ja-lan nafas ti-dak efektif berhubungan dengan obs-truksi akibat adanya
per-darahan atau edema pada tempat pem-bedahan, ke-rusakan sya-raf laringeal
atau luka pa-da kelenjar para tiroid.
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhubungan dengan in-feksi luka.
|
ASUHAN KEPERAWATAN
NO
|
TGL
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
2.
3.
|
24/4/
2001
24/4/
2001
24/4/
2001
|
Resiko tinggi
terhadap kom-plikasi berhubungan dengan perdarahan post op. Tiroi-
dektomi.
Bersihan jalan
nafas tidak e-fektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya per-darahan
atau edema pada tempat pembedahan, kerusa-kan saraf laringeal atau luka pada
kelenjar paratiroid.
Resiko tinggi
terhadap kom
plikasi
berhubungan dengan inspeksi luka.
|
Perdarahan
tidak terjadi/ berkurang selama 24 jam.
-Pola nafas
berada da-
lam batas
normal.
-Klien dapat
bicara de-
ngan suara
biasa sela-
ma 24 jam.
Infeksi luka
tidak terjadi sampai aff semua jahit-an.
|
Tidak ada
manifestasi
dari perda-rahan.
-Paru-paru
klien ber-sih.
-Obstruksi tidak terja-di.
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
|
1. Pantau:
-TD, nadi,
RR setiap 24 jam/hr, bila stabil tiap 4 jam.
-Status
balut
an:
inspeksi tiap 2 jam, kemudian ti-ap 8
jam.
2. Beritahu dokter bila drainase me-rah terang pada
balutan, penurunan TD disertai peningkatan nadi & nafas
3. Pertahan-kan klien pa-da posisi se-mi fowler/
tempatkan bantal dile-her bagian belakang un-tuk sokong- an.
1. Monitor
tanda-tanda
respiratori distress, ta-kipnea nafas yang berbu-nyi.
2. Monitor
frekuensi
& jumlah drai-nase serta kekuatan ba-lutan.
3. Periksa sen-sasi klien ka-rena keketat-an
disekeli-ling tempat insisi.
-Ganti balutan sesuai prog-ram dengan penggunaan
teknik steril.
-Beritahu dok-ter bila ada tanda-tanda infeksi.
-Anjurkan kli-en untuk
menghabis-kan
diet TKTP atau makanan tambahan.
|
Untuk
men-deteksi tan-da-tanda a-wal perdarah
an.
Temuan ini
menandakan perdarahan berlebihan & perlu perha-tian serta penanganan tenaga medis
dengan
sege-ra.
Untuk
mena-ngani beban pada leher sehingga ti-dak ekstensi & luka insisi tidak
terbuka
Untuk
men-deteksi &
mencegah
masalah per-nafasan.
Pembedahan
didaerah le-her dapat menyebabkan obstruksi ja-lan nafas ka-rena adanya edem
post op
Untuk
men-cegah masuk-nya bakteri.
Temuan ini
menandakan infeksi luka & perlu tera-pi antibiotik.
Gizi yang
cu-kup & baik dapat mem-bangun perta-hanan tubuh & dapat men-cegah
infeksi serta mem-percepat ke-sembuhan.
|
1. Memberikan po sisi tidur semi fowler.
2. Mengukur TTV (TD, nadi, RR).
3. Inspeksi balut-an: pukul 13.25 WIB terdapat
perdarahan.
4. Melapor ke perawat ruang-an/dokter.
5. Mengganti ba-lutan.
6. Memperhatikan drain/vacuum.
7. Mengambil
spesimen
darah untuk pemerik-saan DL.
8. Memberikan
injeksi
Transa-min.
9. Menganjurkan klien untuk me-nahan lehernya bila
mau ba-ngun/duduk dari tempat tidur.
1. Memeriksa tan-
da-tanda
kega-galan pernafas-an, sianosis, ta-kipnea & nafas yang berbunyi.
2. Memonitor jum lah perdarahan/ melihat selang
tabung drainase lancar atau tidak
3. Memeriksa ke-adaan balutan.
1. Mengganti ba-lutan/rawat luka
2. Memberikan
injeksi Clanda-mycin 300 mg; Gentamycin
80 mg, injeksi Tran samin 1 amp.
3.Mengawasi diet
klien, dihabis-kan atau tidak.
4.Menyarankan klien
untuk mi-num susu.
|
TD= 110/70
mmHg, nadi = 80x/mnt, RR= 20x/mnt.
Perdarahan
pada balutan, rem besan dari luka insisi sebelah kiri.
Leuko=
12,7x1000/UL
Hb= 9,8 g/dl
Klien boleh
mobilisasi duduk.
-Pola nafas normal, tan-da kegagal-an pernafas-an
tidak ada
-Tanda Chvostek & Trousseau tidak ada.
Tidak ada tanda infeksi atau pera-dangan.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
PERKEMBANGAN
|
Diagnosa I:
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhu-bungan dengan perdarahan post op. Tiroi
dektomi.
Diagnosa II:
Bersihan jalan
nafas tidak efektif ber-hubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan
atau edema pada tempat pem-bedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada
kelenjar paratiroid.
Diagnosa III:
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhu-bungan dengan inspeksi luka.
Diagnosa I:
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhu-bungan dengan perdarahan post op. Tiroi
dektomi.
Diagnosa III:
Resiko tinggi
terhadap komplikasi berhu-bungan dengan inspeksi luka.
|
Tanggal
24-4-2001
S: Klien mengatakan masih lemah & tadi malam
lukanya berdarah merembes.
O:-Leuko 12,7x1000/UL.
-Hb= 9,8
g/dl
-TD=
110/70 mmHg
-Nadi=
80x/mnt
-Suhu= 37oC
-RR=
20x/mnt.
-Klien
tampak pucat.
-Perdarahan akibat rembesan pada luka insisi masih ada.
-Drain
& vacuum terpasang, perdarahan ± 20 cc.
A: Masalah klien belum teratasi, diagnosa diubah
menjadi komplikasi berhubung
an
dengan perdarahan.
P: Rencana
tindakan 1,2,3 tetap diterus-kan.
Tanggal 25-4-2001
S: Klien mengatakan lukanya tidak me-rembes lagi.
O: -TD= 110/80 mmHg, Nadi=
84x/mnt, suhu= 36,7oC, klien masih tampak pu-cat.
-Perdarahan-.
-Drain & vacuum terpasang,
perdarah-an ± 25 cc.
A: Masalah teratasi sebagian, klien masih perlu pengawasan.
P :Rencana tindakan dilanjutkan,
klien bo-leh mobilisasi duduk & berjalan. Tera-pi injeksi diganti dengan
oral.
S: Klien mengatakan tidak sakit lagi wak- tu
menelan.
O: -RR= 18x/mnt.
-Klien
tampak pucat.
-Bicara
klien tidak serak.
-Tidak
ada hematom.
A: Rencana teratasi.
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Pola nafas normal, klien dapat bicara dengan
suara biasa, hematom tidak ada, obstruksi tidak terjadi.
S: Klien mengatakan sekarang ia sudah
boleh duduk & tubuhnya tidak terasa lemah lagi.
O: -LED= 30 mm/jam, leuko= 12,7x1.000
/UL.
-Suhu= 36,7oC
-Demam tidak ada.
-Diet diteruskan.
-Disekitar luka operasi masih tampak kemerahan.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana intervensi diteruskan &
lan- jutkan observa si tanda-tanda infeksi.
I: Melaksanakan tindakan yang telah ada.
Tanggal 26-4-2001
S: Klien mengatakan sekarang ia dapat
berjalan & menyeka tubuhnya.
Kepa-lanya tidak lagi terasa pusing & luka-nya tidak merembes
lagi.
O: -Balutan tampak bersih.
-Drain & vacuum terpasang, perdarah-an ± 25 cc.
-Kemerahan sekitar luka operasi mini-mal.
A: Masalah teratasi.
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Perdarahan tidak terjadi, drain &
va-cuum dilepas. Klien boleh pulang
tapi dianjurkan untuk tetap kontrol ke po-liklinik bedah.
S: -
O: -Suhu= 36,5oC.
-Tidak ada tanda peradangan.
-Luka bersih, tidak ada nanah/pus.
A: Masalah teratasi.
P: Rencana intervensi tidak diteruskan.
E: Infeksi tidak terjadi, klien boleh
pulang tapi dianjurkan untuk tetap kontrol ke poliklinik bedah.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Donna.
1995. Medical Surgical
Nursing; 2nd Edition. WB
Saunders.
Engram, Barbara.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah; volume 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif.
1999. Kapita Selekta
Kedokteran; Edisi 3, Jilid 1. Media
Aesculapius, FKUI. Jakarta.
Soeparman.
1999. Buku Ajar Penyakit Dalam;
Jilid 1, Edisi 2. FKUI. Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon