ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN
ASMA
BRONCHIALE DI PAVILIUN MARWAH
RS.SITI
KHODIJAH SEPANJANG
Disusun Oleh :
AKADEMI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas
terselesainya penyusunan makalah keperawatan dengan kasus ASMA BRONCIALE di
rumah sakit Siti Khodijah Sepanjang.
Dengan diberikannya tugas diharapkan pada mahasiswa
dapat memberikan tindakan atau askep pada pasien untuk berisolasi di
masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih
kepada Direktur Akper Unmuh Surabaya, Direktur RS. Siti Khodijah, pembimbing
baik dari RS. Siti Khodijah ataupun akademik dan teman-teman ku sekalian yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Surabaya,
Juli 2004
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONCHIALE
I. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah keadaan respon abnormal saluran nafas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan saluran nafas (IPD
jilid II, 2001).
Asma bronchiale dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1.
Ektsrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh bahan alergen seperti spora,
jamur, debu, bulu binatang dan yang lebih jarang adalah susu atau coklat. Dan
asma yang umumnya dimulai sejak kanak-kanak dengan anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit seperti hayfever, dermatitis.
2.
Asma intrinsik
Ditandai dengan faktor yang tidak jelas. Asma ini sering
muncul setelah umur 40 tahun. Serangan ini makin lama makin sering sehingga
akan terjadi brontitis kronik.
3.
Asma campuran
Kombinasi ekstrinsik dan instrinsik
2.
ETIOLOGI
Penyebab dari asma bronchiale belum
diketahui secara pasti namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar
gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan. Asma
saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran nafas. Inflamasi ditandai
dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi) dan rubor (kemerahan karena
vasodilatasi), tumor lekssutasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena
rangsangan sensoris) dan fuction laesa (fungsi yang terganggu) ternyata ke enam
syaraf tersebut dijumpai pada asma, sifat saluran nafas pasien asma sangat peka
terhadap berbagai rangsangan iritan (debu), zat kimia (histamin) dan feses
(kegiatan jasmani).
3.
PATOFISIOLOGIS
Destruksi saluran nafas pada asma
merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat mukus edema dan inflamasi
dinding bronkus. Destruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara
fisiologis saluran nafas menyempit. Gejala mengi menandakan adanya penyempitan
di saluran nafas besar, sedang pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan
sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan saluran nafas ternyata tidak
merata di seluruh bagian paru. Ada daerah yang kurang mendapat ventilasi,
sehingga darah kapiler yang melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia. Untuk
mengatasi kekurangan O2 tubuh melakukan hiperventilasi, agar
kebutuhan O2 terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2
sehingga PaCO menurun dan menimbulkan alkalosis
respiratorik pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak saluran nafas
tertutup oleh mukus sehingga tidak memungkinkan lagi terjadi pertukaran gas.
Hal ini menyebabkan hipokremia dan kerja otot-otot pernafasan bertambah berat
serta terjadi peningkatan produksi CO2, peningkatan produksi CO2
dapat mengakibatkan gagal nafas.
4.
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis asma adalah batuk,
mengi dan sesak nafas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti
rasa berat di dada dan pada asma alergik bisa disertai pilek atau bersin.
Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret tetapi pada perkembangan
selanjutnya pasien akan mengeluarkan Sekret, pada asma alergi, sering hubungan
antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien
asma alergi pencetus non alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang
infeksi saluran nafas ataupun perubahan cuaca
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dapat dibagi
atas :
1.
Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan
-
Kristal-kristal charcot leyden
yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
-
Netrofil dengan eosinofil yang
terdapat pada sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
kadang-kadang terdapat mukus plug.
2.
Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin
diharapkan terjadi peningkatan eosinofil sedangkan leokosit dapat meningkatkan
atau normal, walaupun terdapat komplikasi.
-
Analisis gas darah pada umumnya
normal, akan tetapi dapat pula terjadi hipoksomia, asidosis.
-
Kadang-kadang pada darah
terdapat peningkatan dari SGOT dan IDH.
3.
Pemeriksaan radiologi
Kelainan yang didapat adalah :
-
Bila disertai dengan bronchitis
maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
-
Bila terjadi emfirema (COPD)
maka gambaran radiolosan akan semakin bertambah.
-
Bila komplikasi pneumonia maka
terdapat gambaran infiltrasi pada paru-paru.
4.
Pemeriksaan faal paru
Berdasarkan pemeriksaan faal paru
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
-
Setiap pasien menunjukkan
peningkatan resistensi jalan pernafasan dan penurunan expiratory flow rate
(kecepatan aliran ekspirasi)
-
Peningkatan fluktuasi dari
tekanan intrapleura.
5.
Scaning paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi
dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma ternyata tidak
menyeluruh, pada paru-paru sedangkan pada pemeriksaan xenon 133 melalui
pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak menyeluruh pada
kedua paru.
6.
PENATALAKSANAAN
Pada penderita asma
bronchiale dapat ditinjau dari berbagai pendekatan seperti :
a.
Mencegah ikatan alergen IGE
Menghindari alergen, tampaknya
sederhana tetapi sukar untuk dilakukan.
b.
Mencegah pelepasan mediator
Premedikasi dengan
natrium kromolin dapat mencegah spasme bronkus yang dicetuskan oleh alergen
natrium kromolin mekanisme konjungtiva diduga mencegah penglepasan mediator
dari mastosif obat tersebut tidak adapat mengatasi spasme bronkus yang telah
terjadi, oleh karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktif pada terapi
pemeliharaan.
c.
Melebarkan saluran nafas dengan
bronkodilator
Kortikosteroid tidak termasuk obat
golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsung, dapat melebarkan saluran
nafas.
d.
Mengurangi respons dengan jalan
meredam inflamasi saluran nafas.
Implikasi terapi proses inflamasi diatas
adalah meredam inflamasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau secara
lebih paten dengan kartikosteroid baik secara oral, parenteral atau inhalasi
7.
KOMPLIKASI
-
Pneumotoraks
-
Pneumodiastinum dan erofirema
subkutis
-
Atelektasis
-
Gagal nafas
-
Bronkitis
-
Fraktur iga
2. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGUMPULAN DATA
a.
Identitas klien
-
Nama
-
Umur
-
Jenis kelamin
-
Agama
-
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Alamat
-
No Reg
b.
Keluhan utama
Biasanya pada klien dengan asma bronchiale mengeluh
sesak nafas
c.
Riwayat kesehatan
-
Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan :
- Kapan terjadinya
- Sering atau kadang-kadang
- Batuk produktif atau non produktif
- Sputum dan warna
-
Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti sesak
nafas batuk dan disertai dahak dan alergi.
-
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya merupakan faktor keturunan dari salah satu
anggota keluarga.
2.
POLA FUNGSI KESEHATAN
1.
Pola persepsi dan tatalaksana
hidup sehat
Meliputi persepsi klien terhadap kesehatan dan
penyakitnya.
Apa yang dilakukan klien bila merasa sakit
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi makanan klien dalam sehari, adakah alergi
makanan yang bisa menyebabkan sesak.
3.
Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat, akibat sesak
nafas dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari termasuk
pekerjaan harus dibatasi.
4.
Pola eliminasi
Pada pola ini klien tidak mengalami gangguan
5.
Pola tidur dan istirahat
Pada pasien ini mengalami gangguan pada pola tidur yang
diakibatkan sesak nafas dan batunya
6.
Pola sensori dan kognitif
Bagaiman Klien dalam menghadapi penyakitnya, apakah
dapat mengerti cara penanggulangan pertama jika kambuh penyakitnya
7.
Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi klien tentang penyakitnya dan bagaiman konsep
diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya
8.
Pola hubungan dan peran
Dalam hal ini hubungan dan peran klien terganggu karena
klien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan
9.
Pola reproduksi dan sexual
Mengalami gangguan akibat penurunan libido yang
diakibatkan sesak nafas yang ia alami.
10.
Pola penanggulangan stress
Bagaimana klien menghadapi masalah yang membebaninya
sekarang, cara penanggulangannya.
11.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada
hal-hal yang ber sifat ghoib.
3.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan umum
Kesadaran, TTV, sesak nafas dan batuk, suara tambahan
(whezing, ronchi)
2.
Dada
-
Inspeksi : Pada klien asma
terlihat pergerakan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
-
Palpasi : Meliputi pergerakan
dada kanan + kiri simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan.
-
Perkusi : Klien asma suara
ketok sonor antara dada kanan dan kiri.
-
Auskultasi : Terdapat
suara tambahan, berupa whezing ronchi.
3.
Abdomen
-
Inspeksi : Pada klien terlihat
otot bantu pernafasan perut
-
Palpasi : Ada tidaknya nyeri
klien pembesaran hati atau limfe
-
Perkusi : Pada penyakit ini
peristaltik usus tidak ada gangguan.
-
Auskultasi : Meliputi
ada tidaknya kembung, suara pekak atau redup
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplay oksigen bronkospasme.
3.
Ketidak efektifan pola nafas
berhubungan dengan ekspirasi, Peningkatan sekresi.
4.
Ansietas berhubungan dengan
sesak nafas,Takut menderita dan takut serangan.
5.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx I : Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret
-
Tujuan
Menunjukkan keefektifan jalan nafas dan mampu
mempertahankan jalan yang paten.
-
Kriteria hasil
a.
Penurunan wheezing dan ronchi.
b.
Kecepatan dan kedalaman
pernafasan normal.
c.
Tidak terjadi dispnea sionasis.
d.
Penurunan batuk dan non
produktif.
-
Rencana intervensi
1.
Auskultasi jalan nafas, catat
adanya wheezing, ronchi, rales.
2.
Pantau tanda-tanda vital,
termasuk frekuensi pernafasan setiap jam.
3.
Pertahankan polusi lingkungan
minim misal : debu, bulu bantal.
4.
Beri posisi yang nyaman dengan
peninggian kepala tempat tidur, atau posisi semi fowler.
5.
Kaji keefektifan batuk klien,
anjurkan untuk batuk efektif
6.
Berikan tindakan rebulizer,
inhalasi.
7.
Tingkatkan intake cairan yang
adekuat sampai 2 liter / hari.
8.
Lakukan fisioterapi dada
(perkusi, vibrasi), jika sekret sulit dikeluarkan.
9.
Berikan perawatan mulut yang
baik sesudah batuk, setiap 2 – 4 jam.
10.
Lakukan kolaborasi dengan
doktert dalam pemberian pengobatan.
-
Rasional
1.
Melihat obstruksi penyebab asma
dan menilai derajat keperawatan pernafasan.
2.
Mengetahui perkembangan
penyakit dan andanya proses infeksi.
3.
Mencegah pencetus dari alergi.
4.
Mempermudah fungsi pernafasan
dan membantu dalam meningkatkan ekspansi paru.
5.
Pengetahuan yang diharapkan
akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupeutik.
6.
Membantu untuk mengencerkan
dahak.
7.
Hidrasi mencegah sekret yang
kentak dan mempermudah pengeluarnya.
8.
Membantu dalam pengeluaran
sekret yang kental, membantu spasme bronkus pada asma.
9.
Hygine mulut yang baik
meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.
10.
Evaluasi perbaikan kondisi
klien atas pengembangan parunya.
Dx II : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kurangnya suplay oksigen bronkospasme.
-
Tujuan
Pasien memiliki pertukaran gas yang adekuat.
-
Kriteria hasil
a.
Penurunan wheezing, ronchi saat
ekskresi /inspirasi
b.
Pa O2 lebih dari 60
mmHg.
c.
Pa CO2 kurang dari
atau sama dengan 45 mmHg.
d.
pH 7,35 – 7,45
e.
tidak ada sianosis
-
Recana intervensi
1.
Kaji Suara Nafas Tiap Jam
Selama Periode Akut.
2.
Kaji Warna Membran Mukosa
Kulit.
3.
Berikan Oksigen Melalui Kanul Nasal
2 – 4 Litar / Menit.
4.
Monitor Pulse Oksimetri.
5.
Monitor Terhadap Pemeriksaan
Blood Gas.
6.
Berikan Obat-Obatan Sesuai
Dengan Dosis Yang Diberikan.
7.
Lakukan Pemberian Terapi
Intravena Sesuai Anjuran Dehidrasi.
-
Rasional
1.
Menentukan keadekuatan
pertukaran gas.
2.
Mengetahuai adanya sianosis.
3.
Pemberian oksigen mengurangi
beban kerja otot-otot pernafasan.
4.
Mengetahui kadar satuan oksigen
5.
Mengidentifikasikan indikasi
kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil pasien.
6.
Mengembalikan seperti kondisi
semula.
7.
Rehidrasi cepat dan mengurangi
dehidrasi.
Dx : Ketidak efektifan pola nafas
berhubungan dengan ekspirasi, Peningkatan sekresi.
-
Tujuan
Pasien mengalami peningkatan pola nafas
-
Kriteria hasil
a.
Penurunan frekuensi pernafasan
sampai batas normal
b.
Penurunan tanda-tanda dispnea
-
pernafasan cuping hidung
-
tidak memakai alat bantu nafas
c. Analisa gas
darah dalam batas normal
d. Faal paru
dalam batas normal
-
Rencana intervensi
1.
Kaji dan observasi frekuensi
pernafasan , kedalam pernafasan dan adanya tand-tanda sesak nafas.
2.
Monitor nilai analisa gas
darah.
3.
Observasi pengembangan fungsi
faal paru.
4.
Baringkan pasien dalam posisi
fowler.
5.
Berikan oksigen sesuai order 2
– 4 liter / menit.
6.
Alihkan perhatian individu dari
ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif.
7.
Berikan obat-obatan (bronkodilator,
kartikosteroid, antihistamin dll) sesuai dosis.
8.
Observasikan efek samping obat
(bronkodilator) dengan adanya gejala-gejala yang muncul.
-
Rasional
1.
Pola pernafasan yang tidak
terputus dan dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif.
2.
Mengetahui keefektifab
pemberian obat-obatan.
3.
Mengevaluasi terhadap hasil
terapi
4.
Membantu dalam ekspansi paru.
5.
Dengan memenuhi kebutuhan
oksigenasi, mengurangi beban atau otott-otot perawasan
6.
Ansetas dapat menyebabkan pola
nafas tidak efektif.
7.
Membantu proses penyembuhan
penyakit.
8.
Mengetahui adanya tachicardue,
tumor, dan lain-lain.
Dx : Ansietas berhubungan dengan
sesak nafas,Takut menderita dan takut serangan.
-
Tujuan
Ansietas berkurang dan rasa takit hilang
-
Kriteria hasil
a.
Ekspresi wajah releks
b.
Mengungkapkan perasaan cemas
berkurang
c.
Tanda-tanda vital dalam batas
normal
-
Rencana intervensi
1.
Kaji tingkat ansietas klien
(ringan, sedang, berat)
2.
Kaji kebiasaaan ketrampilan
koping
3.
Berikan dukungan emosional
4.
Anjurkan penggunaan tehnik
relaksasi seperti aktivitas hiburan
5.
Jelaskan setiap prosedur
tindakan yang akan dilakukan
6.
Berikan tindakan kenyamanan
seperti merubah posisi pasien
7.
Pertahankan lingkungan tenang
untuk memberikan periode istirahat yang tidak terganggu
-
Rasional
1.
Mengetahui tingkat kecemaan
untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya
2.
Menilai mekanisme koping yang
telah dilakukan serta menawarkan alternatif koping yang bisa digunakan
3.
Dukung emosional dapat
memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama
4.
Relaksasi merupakan salah satu
metode dalam menurunkan dan menghilangkan kecemasan
5.
Pemahaman terhadap prosedur
akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif.
6.
Menurunkan cemas dan perhatian
tak langsung untuk meningkatkan relaksaso dan kemampuan koping
7.
Menurunkan ansietas dengan
meningkatkan relaksasi dan penghematan energi
6.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari
rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
7.
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari
rencana tindakan dari masalah kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff H, Murty A. Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya 1995.
Capernito, Lynda Juall. Diagnosa
Keperawatan, Buku Saku, EGC, Jakarta, 1999, edisi 2
Doenges M.G. Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000, edisi 3
Suparman H. Ilmu Penyakit Dalam,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998, Jilid II
Sihning EJ. Tehapuring. Terapi
Rasional Asma Bronkial II. Hang Tuah University Press, Surabaya, 1998.
ConversionConversion EmoticonEmoticon