ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN
PADA SETIAP KALA
5.1. PENDAHULUAN
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang lengkap
tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang diinginkan. Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalm asuhan
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yng kuat tentang
manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan kberhasilan proses persalinan (Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR. 2008. hal
3)
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu
adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga proses persalinan dan
kelahiran bayi. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan antara lain :
- Memanggil ibu sesuai dengan namanya, menghargai, dan
memperlakukan ibu sesuai martabatnya.
- Menjelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai suhan tersebut.
- Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga.
- Menganjurkan ibu untuk membicarakan dan bertanya rasa takut
atau rasa khawatirnya.
- Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
- Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu
beserta anggota-anggota keluarganya.
- Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
- Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain mengenai
cara-cara dalam memberikan perhatian dan mendukung ibu selama proses
persalinan berlangsung.
- Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi
yang baik.
- Hargai privasi ibu.
- Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
berlangsung.
- Anjurkan ibu untuk makan makanan ringan dan minum sepanjang ia
menginginkanya.
- Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional selama tidak
merugikan kesehatan ibu.
- Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan ibu.
- Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin sesaat
setelah dilahirkan.
- Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
dilahirkan.
- Menyiapkan rencana
rujukan bila diperlukan.
- Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik.
5.2. ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA SETIAP KALA
5.2.1
ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN
PADA KALA I
1.
Perubahan Fisiologis :
§ Serviks membuka,
§ Keluarnya blood show,
§ Uterus berkontraksi.
2.
Perubahan Psikologis :
§ Ibu menjadi lebih
sensitive, oleh karena itu dukungan keluarga atau kerabat lainnya sangat
diperlukan oleh ibu. Dukungan ini
dapat berupa:
ü Mengucapkan kata-kata yang
membesarkan hati ibu,
ü Hindari kata-kata yang
menyakiti hati ibu,
ü Menciptakan suasana
kekeluargaan.
ü Uterus berkontraksi.
3.
Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan umum dari penggunaan
partograf adalah :
ü Mencatat hasil observasi
dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
ü Mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal.
ü Data pelengkap yang terkait
dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan,
bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan ashan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu
dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan BBL.
Asuhan sayang
ibu selama persalinan pada kala I adalah :
·
Memberikan dukungan emosional,
·
Membantu pengaturan posisi ibu,
·
Memberikan cairan dan nutrisi,
·
Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi sacara teratur,
·
Pencegahan infeksi.
v Dukungan Emosional
Kehadiran orang terdekat merupakan hal terpenting diantara semua upaya
mendukung dan memberikan rasa nyaman kepada ibu. Anjurkan kepada suami atau
orang terdekat dari ibu untuk mendampingi ibu dan mereka dapat melakukan
tindakan yang membantu ibu dalam mencapai rasa nyaman, dimana tentu saja
tindakan ini telah mendapat persetujuan dari sang ibu. Bekerja sama dengan
anggota keluarga ibu untuk :
ü Mengucapkan kat-kata yang
membesarkan hati dan pujian kepada ibu.
ü Membantu ibu untuk bernafas
secara benar pada saat kontraksi.
ü Memijat punggung, kaki,
atau kepala ibu.
ü Lakukan pengusapan pada
punggung atau perut ibu.
ü Menyeka muka ibu secara
lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau air dingin.
ü Menciptakan suasana
kekeluargaan dan rasa nyaman.
v Mengatur Posisi
Anjurkan kepada ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama
persalinan serta anjurkan anggota keluarga ibu yang mendampingi ibu untuk membantu
ibu mencoba berbagai posisi yang nyaman bagi ibu, baik pada posisi berdiri,
jongkok, berlutut, ataupun memberikan bantal dibawah kepala ibu. Beritahukan
juga kepada ibu untuk tidak berbaring telentang selama ± 10 menit. Hal ini akan menyebabkan berat
uterus dan isinya menekan vena cafa inferior yang mengakibatkan turunnya aliran
darah dari sirkulasi ibu ke plasenta sehingga menimbulkan hipoksia pada janin.
v Pemberian Cairan dan Nutrisi
Ibu yang berada pada situasi yang memungkinkan makan sesuka hati sering
kali makan pada awal persalinan (pada fase laten), sementara selama fase aktif
persalinan, umumnya mereka hanya menginginkan cairan. Makanan akan tetap berada
di lambung selama persalinan karena motilitas lambung, absorbsi lambung, dan
sekresi asam lambung akan menurun selama persalinan. Sedangkan cairan tidak
berpengaruh dan akan meninggalkan lambung dalam durasi waktu biasanya. Makanan
ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi.
v Pengosongan Kandung Kemih
Kandung kemih wanita harus dikosongkan dan dievaluasi untuk melihat
adanya distensi paling sedikit setiap 2 jam selama fase aktif kala I
persalinan. Seiring penurunan bagian presentasi janin kedalam pelvis minor,
kandung kemih mengalami penekanan sehingga terjadi distensi walaupun jumlah
urine di dalam kandung kemih baru sekitar 100 ml. Apabila kandung kemih tidak
diperhatikan dan dikosongkan maka akan mengakibatkan persalinan terhambat,
ketidaknyamanan, kesulitan pelaksanaan distosia bahu, kesulitan penatalaksanaan
perdarahan pascapartum, hipotonisitas kandung kemih, stasis urine, dan infeksi
selama periode pasca melahirkan.
Pada saat terjadi distorsi abdomen dapat dilakukan tindakan untuk
memfasilitasi wanita untuk berkemih, antara lain berjalan ke kamar mandi bagi
wanita tanpa kontraindikasi untuk berjalan, memperdengarkan suara air mengalir
atau mengalirkan air hangat pada periniumnya bagi wanita yang tidak bisa
beranjak dari tempat tidurnya, tetapi apabila tindakan ini tidak juga membuat
ibu berkemih maka harus dipertimbangkan tindakan pemasangan kateter. Anjurkan
juga ibu untuk buang air jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase
aktif, lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu
bukan disebabkan oleh tekanan bayi pada rectum. Bila memang bukan gejala kala
II persalinan maka perbolehkan ibu untuk buang air besar.
v Mencegah Keletihan dan Mengupayakan Istirahat
Mencegah keletihan dan mengupayakan istirahat di antara kontraksi
merupakan upaya mendukung dan meningkatkan kenyamanan.
v Menjamin Privasi Klien
Privasi bukan hanya mengacu pada penghargaan terhadap wanita sebagai
seorang pribadi, tetapi menghormati
tubuhnya, yang merupakan haknya sebagai individu. Ibu tentunya merasa
nyaman dengan tubuhnya yang diselimuti khususnya di bagian genetalianya agar
tidak terpanjan dan merasa bahwa
privasinya terjaga.
v Penjelasan Proses dan Kemajuan Persalinan
Wanita yang melakukan persiapan dalam menghadapi persalinan memiliki
pengetahuan tentang persalinan. Mereka biasanya memerlukan informasi tentang
kemajuan persalinan mereka. Sementara, wanita yang tidak melakukan persiapan
dalam menghadapi persalinan biasanya ingin mengetahui apa yang terjadi dalam
tubuhnya. Jika seorang petugas kesehatan menangani wanita yang tidak mempunyai
persiapan, selama fase laten persalinan petugas dapat memanfaatkan masa ini
untuk menjelaskan secara singkat proses persalinan dan apa yang akan dialami
selama persalinan.
v Menjaga Kebersihan dan Kondisi Kering
Kebersihan dan kondisi kering akan meningkatkan kenyamanan dan relaksasi
serta menurunkan risiko infeksi. Kombinasi blood show, keringat, cairan amnion,
dapat membuat ibu menjadi tidak nyaman dan terlihat kotor. Oleh karenanya
kebersihan ruangan haruslah selalu dijaga. Perawatan perineum dan
mempertahankannya agar tetap kering akan menambah perasaan nyaman pada wanita.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti pakaian yang basah akibat keringat,
mengganti perlak jika sudah basah, atau menyeka keringat pada wajah ibu dengan
kain atau handuk basah.
v Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan
prosedur pencegahan infeksi sacara baik dan benar juga dapat melindungi
penolong persalinan terhadap risiko terinfeksi.
5.2.2
ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN
PADA KALA II
Kontinuitas
evaluasi kesejahteraan ibu selama kala
II antara lain :
1. Tanda-tanda vital
v Tekanan darah
v Suhu
v Denyut nadi
v Pernafasan
2. Kandung kemih
3. Urine
4. Hidrasi (cairan, mual atau
muntah, keringat)
5. Kondisi umum :
v Keletihan dan penurunan
kondisi fisik
v Perilaku dan respons
terhadap persalinan
6. Upaya mendorong ibu
7. Kebutuhan anesthesia
8. Integritas perineum
Tanda Vital
Secara umum standar pemeriksaan tanda vital selama kala II adalah bahwa
tekanan darah harus diperiksa setiap 15 menit, sedangkan suhu, nadi, dan
pernafasan harus diperiksa setip jam. Tekanan darah di antara kontraksi
normalnya meningkat dengan rata-rata 10 mmHg jika wanita telah melakukan upaya
mendorong. Peningkatan atau penurunan
tekanan darah masing-msing merupakan indikasi gangguan hiprtensi pada kehamilan
atau syok. Peningkatan suhu menunjukan infeksi atau dehidrasi, peningkatan
denyut nadi dapat menunjukan infeksi, syok, dehidrasi, peningkatan frekuensi pernafasan
dapat menunjukan syok atau ansietas.
Kebutuhan Akan Anesthesia
Anesthesia yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu bersalin adalah
guna memberikan anesthesia ketika diperlukan untuk pelahiran per vaginam
spontan yang normal, memotong episiotomi, atau setelah kelahiran, untuk
memperbaiki episiotomi atau laserasi.
Kebutuhan dan Jenis
Episiotomi
Perineum harus mulai dievaluasi sebelum waktu pelahiran untuk mengetahui
panjangnya, ketebalan, dan distensibilitasnya. Evaluasi ini membantu menentukan
apakah episiotomi diindikasikan dan, jika ya, jenis episiotomi apa yang
diperlukan. Terdapat beberapa pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai
perlu tidaknya melakukan episiotomi, yakni :
§ Keyakinan petugas kesehatan
mengenai apakah lebih baik melakukan episiotomi atau membiarkan perineum wanita
robek jika pelahiran dengan perineum utuh tidak memungkinkan.
§ Kebutuhan terhadap ruang
untuk melakukan intervensi dan manipulasi yang diperlukan.
§ Ukuran bayi
§ Pengendalian diri wanita.
Mengosongkan kandung kemih.
Membersihkan Perineum Ibu
Praktik pencegahan infeksi pada kala II diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang.
Membimbing Ibu untuk
Meneran
Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu hanya mengeran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran
berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi. Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mendapatkan
posisi yang nyaman. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu
ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar, dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Jika pembukaan sudah
lengkap tetapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh
posisi yang nyaman. Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit
pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap kontraksi.
Posisi Meneran yang Baik
Bagi Ibu
1.
Posisi Litotomi
Keuntungan :
dokter maupun bidan dapat dengan leluasa membantu dan memantau perkembangan
pembukaan dalam proses persalinan.
2.
Posisi Fowler / Semi Fowler
Keuntungan :
memudahkan melahirkan kepala bayi.
3.
Posisi Jongkok atau Berdiri
Keuntungan :
membantu mempercepat kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
4.
Posisi Merangkak atau
Berbaring Miring ke Kiri
Keuntungan :
memperlancar persalinan, jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke
posisi oksiput-anterior. Merangkak bias mengurangi rasa nyeri punggung
sedangkan miring ke kiri bisa mencegah laserasi perineum.
Anjurkan ibu untuk selalu
didampingi oleh suami maupun anggota keluarga terdekat selama proses persalinan
berlangsung.
Anjurkan keluarga ikut
terlibat dalam asuhan kepada ibu.
Hidrasi dan kondisi umum
ibu
Ibu yang mengalami kehilangan cairan melalui keringat pada saat proses
persalian dapat diberi minum untuk menghindari gejala dehidrasi pada ibu.
Selain itu pada sebagian primipara sering kehilangan tenaganya sehingga tidak
bisa mendorong kepala bayi. Oleh karena itu kita pastikan bahwa bayinya akan
bisa lahir dengan melihat sendiri penonjolan pada rectum dan perineum, serta
warna rambut bayinya dan menyentuh kepala bayi. Letakkan cermin agar ibu tahu
bahwa upaya mendorongnya sangat bermanfaat.
a.
Pemantauan Kepada Ibu
Selama Kala II Persalinan
v Kontraksi
Kontraksi selama kala II terjadi secara sering, kuat, dan sedikit labih
lama yaitu, sekitar setiap 2 menit berlangsung selama 60-90 detik. Intensitas
kuat dan menjadi ekspulsif secara alamiah.
v Tanda-tanda Kala II Persalinan
o Ibu merasakan ingin
meneran, bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
o Ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina.
o Perineum menonjol.
o Meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah.
o Vagina dan sfingter ani
membuka.
Tanda pasti
kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya
adalah :
o Pembukaan serviks telah
lengkap.
o Terlihatnya bagian kepala
bayi melalui introitus vagina.
v Kemajuan Persalinan
Pada proses persalinan alamiah sering kali terdapat periode tenang atau
diam, diantara kala I dan II. Kontraksi kuat pada saat transisi sudah berlalu dan
serviks berdilatasi penuh. Tubuh wanita tampak “beristirahat” sebelum memulai
usaha ekspulsi. Kontraksi jarang dan tidak begitu intens. Secara bertahap terjadi
gerakan bersamaan dengan turunnya kepala janin melalui pelvis, kontraksi
menjadi lebih kuat dan wanita mulai mengejan secara sadar sambil melakukan
dorongan singkat yang bersuara saat ekspirasi.
b.
Pemantauan Kepada Bayi
Selama Kala II Persalinan
v Sebelum Persalinan
Ø Jantung Janin
Frekuensi dan irama jantung merupakan indicator utama untuk kondisi
janin. Pengamatannya dilakukan :
a) Setiap jam sekali pada awal
persalinan,
b) Setiap setengah jam sekali
ketika proses persalinan berlanjut,
c) Setiap seperempat jam sekali
pada akhir kala I.
Frekuensi
jantung janin harus berkisar antara 120-160 kali per menit, dan iramanya harus
teratur. Jika timbul variasi, suara jantung dapat didengar secara elektronik
dengan menggunakan kardiotokograf. Kardiotokograf dapat merekam jantung janin
maupun tekanan kontraksi uterus sehingga memungkinkan kita untuk melihat respon
jantung janin terhadap stress.
Ø Cairan Amnion
Cairan amnion atau ketuban yang jernih menunjukan bahwa janin berada
dalam kondisi yang baik. Jika cairan ini dicemari oleh mekonium, gejala ini
menunjukan bahwa janin tengah menghadapi stres fisik. Selama persalinan, jumlah
dan gambaran cairan amnion yang dikeluarkan harus dicatat setiap kali denyut
jantung janin diperiksa.
v Saat Bayi Lahir
Yang bisa
dilakukan segera setelah bayi lahir
adalah :
·
Mengupayakan jalan nafas bersih,
·
Jaga agar bayi tetap dalam keadaan hangat,
·
Perlihatkan bayi kepada ibu dan orang terdekatnya atau letakkan bayi di abdomen ibu,
·
Klem dan potong tali pusat,
·
Tentukan skor Apgar menit pertama dan menit kelima.
5.2.3
ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN
PADA KALA III
1.
Fisiologis Kala III
Persalinan
- Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
- Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi placenta karena tempat implantasi menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta akan
menekuk, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah
lepasnya placenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Kala tiga
persalinan terdiri dari dua fase, yakni :
1. Fase pelepasan plasenta
2. fase pengeluaran plasenta.
Pelepasan dan
pengeluaran plasenta terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah
kelahiran bayi. Kontraksi terjadi ± 2-2,5 menit selama kala II persalinan.
Setelah kelahiran bayi, kontraksi berikutnya mungkin tidak terjadi lagi selama
3-5 menit. Kontraksi kemudian berlanjut setiap 4-5 menit sampai plasenta telah
lepas dan keluar. Setelah itu uterus kosong berkontraksi dengan sendirinya dan
tetap berkontraksi jika tonus baik.
Tanda – tanda
lepasnya plasenta :
·
Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta ke bawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pir dan fundus berada di atas
pusat.
·
Tali pusat memanjang. Tali pusar terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda Ahfeld).
·
Semburan darah mendadak dan singkat.
2. Manajemen
Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan
manajemen aktif kala III :
·
Persalinan kala III yang lebih singkat,
·
Mengurangi jumlah kehilangan darah,
·
Mengurangi kejadian retensio placenta.
Manajemen aktif
kala III terdiri dari 3 langkah utama :
a) Pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir yang bertujuan merangsang
fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu
pelepasan placenta dan mengurangi kehilangan darah.
b) Melakukan penegangan tali
pusat terkendali.
c) Massase fundus uteri.
3.
Pemeriksaan Plasenta
Setelah plasenta lahir bersama selaputnya maka selanjutnya dilakukan
pemeriksaan yang cermat terhadap :
·
Kotiledon yang berjumlah 20 buah,
·
Permukaan plasenta janin,
·
Kemungkinan terdapat placenta suksenturiata.
Tertinggalnya
sebagian jaringan plasenta dapat menyebabkan :
·
Perdarahan puerperium yang berkepanjangan
·
Bahaya infeksi
5.2.4
ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN
PADA KALA IV
Asuhan yang diberikan pada kala IV adalah :
o Lakukan pemijatan uterus
untuk merangsang uterus berkontraksi. Lakukan pemijatan uterus untuk memastikan
uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1
jam kedua. Keadaan normal uterus adalah keras tiap kali dilakukan pemijatan.
o Evaluasi tinggi fundus
uteri, dengan meletakan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus
uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau di bawah pusat.
o Memperkirakan kehilangan
darah secara keseluruhan. Perdarahan normal pada post partum adalah tidak lebih
dari 500 cc.
o Evaluasi kondisi ibu secara
umum.
Sebagian besar
kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Maka dari
itu diperlukan observasi tanda-tanda vital, kontraki uterus, tinggi fundus
uteri, lochea, kandung kemih, dan luka pada perineum.
§ Tanda-tanda vital
Suhu : setelah
persalinan suhu ibu tidak boleh dari 38 ºC.
Nadi : setelah persalinan denyut nadi akan naik sekitar
100 kali/menit.
Tekanan darah : setelah persalinan dalam batas
normal maksimal 140/90 mmHg.
Pernafasan : setelah persalinan pernafasan bias menjadi 28
kali/menit.
§ Kontraksi uterus ; uterus
etelah persalinan akan menjadi keras karena kontraksi yang diikuti his
pengiring menimbulkan rasa nyeri yang disebut nyeri ikutan terutama pada
multipara.
§ Lochea ; masa puerperium
diikuti oleh pengeluaran cairan, sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi yang disebut lochea yang dibagi menjadi :
1. Loche rubra (kruenta)
ü 1-3 hari, berwana merah dan
hitam
ü Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa darah.
2. Loche sangiolenta : 3-7
hari, berwarna merah muda.
3. Lochea serosa : 7-14 hari,
berwarna kekuning-kuningan.
4. Lochea alba : setelah hari
ke 14, berwarna putih.
§ Kandung kemih ; jika
kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosogkan kandung kemihnya setiap kali
terasa penuh.
§ Luka perineum ; rawat luka
perineum dengan baik agar tidak timbul infeksi.
o Lakukan pemeriksaan pada :
§ Cerviks ; setelah
persalinan serviks telah menutup. Pada primipra serviks hamper tidak kelihatan,
dan untuk multipara kondisi serviks berbentuk lebih lebar.
§ Perineum ; mengevaluasi
laserasi dan pendarahan aktif pada perineum. Pastikan kondisi perineum setelah
episiotomi dalam keadaan baik.
o Meletakan bayi di sebelah ibu
untuk memulai pemberian ASI.
Pastikan bahwa
pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir.
o Dukungan emosional.
ConversionConversion EmoticonEmoticon