BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
sistem pernapasan dan dapat menimbulkan masalah-masalah yang dapat berakhir
gagal napas. Masalah yang sering ditemukan adalah penyakit paru-paru yang biasa
disebut dengan Efusi pleura dan masih banyak lagi ganguan pernapasaan.
Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan
abnormal dalam cavum pleura (Kapita Selekta Kedokteran, Hal. 484).
Efusi pelura adalah akumulasi cairan dalam
ruang pleura dan mengubah tempat jaringan paru dan juga dapat terjadi ke dalam
mediastinum dan torsio bronchus. Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum
pleura. Jadi dapat disimpulkan bahwa Efusi Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura
B.
TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan
pada klien dengan EFUSI FLEURA, yang diharapkan akan mampu mengidentifikasikan
seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan EFUSI FLEURA.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan
masalah utama EFUSI FLEURA
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa
keperawatan klien dengan masalah utama EFUSI FLEURA
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan
keperawatan klien dengan masalah EFUSI FLEURA
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan
rencana tindakan keperawatan klien dengan masalah EFUSI FLEURA
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan
keperawatan klien dengan masalah EFUSI FLEURA
C.
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan
makalah ini yaitu:
a. Metode kepustakaan
Metode penulisan dengan menggunakan beberapa literatur sebagai
sumber.
b. Metode wawancara
Data diperoleh dengan wawancara langsung kepada klien dan perawat
ruangan.
c. Metode observasi
Dengan mengobservasi langsung kepada klien dengan masalah utama Hambatan
reabsorbsi cairan dari rongga pleura.
D.
S1STEMATIKA PENULISAN
a.
Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
b.
Bab II : Tentang landasan teori yang memuat konsep dasar medis dan
konsep dasar keperawatan serta Intervensi keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
DEFENISI DASAR MEDIS
1.
Defenisi
Efusi
pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapita Selekta
Kedokteran, Hal. 484).
Efusi pelura adalah akumulasi cairan dalam
ruang pleura dan mengubah tempat jaringan paru dan juga dapat terjadi ke dalam
mediastinum dan torsio bronkhus (Patofisiologi untuk Keperawatan, Hal. 107)
Efusi
Pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura
2. Anatomi
Paru
Paru-paru
ada 2, merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada yang
terletak di sebelah kanan dan kiri, di tengah terpisah oleh jantung beserta
pembuluh darah besar dan struktur lainnya terletak di dalam mediastinum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apek (puncak) di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher. Paru-paru
kanan mempunyai 3 lobus dan paru-paru kiri 2 lobus (Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis, Hal. 215)
3.
Etiologi
-
Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya
bendungan seperti pada kompensasi kordis, penyajit ginjal, tumor mediastinum,
sindroma meig dan sindroma vena cava superior.
-
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (TBC, pneumonia,
virus) , bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus kerongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma.
-
Neoplasma, seperti
neoplasma brokhogenik
-
Kardiovaskuler, seperti
gagal jantung, perikarditis
-
Penyakit pada abdomen,
seperti pankreatitis, asites, abses
-
Infeksi yang disebabkan
bakteri, virus, jamur, mikrobakterional
-
Trauma
-
Lain-lain seperti syndrom
nefrotik
4.
Patifisiologi
Cairan
pleural normalnya hanya cukup untuk berfungsi sebagai pelumas pleura fiseral
dan parietal. Penambahan cairan pleura dan efusi pleura dapat terjadi akibat
penyakit dan trauma. Trauma pada thoraks dapat berakibatkan perdarahan ke dalam
rongga pleura yang disebut hematotorak. Efusi pleura sering sekali di bagi
dalam kategori eksudat dan transudat. Ini terjadi akibat penyakit seperti gagal
jantung kongesti memiliki kadar yang lebih rendah. Jika fungsi itu mengandung
materi purulen disebut sebagai empisema dan jika berakhir akan terjadi fibrosis
pada paru dan dinding thoraks disebut fibrotoraks. Dan jika terdapat cairan
yang lebih dari batas normalnya akan terjadi efusi pleura.(Penyimpangan KDM Terlampir)
5. Manifestasi Klinis
Ini tergantung kecepatan pada hemotoraks
akibat aneurisma aorta yang pecah, darah dengan cepat mengumpul dan timbul
tanda dan gejala kehilangan darah dan gesekan letak mediastinum. Bila prosesnya
lambat mungkin tertampung sampai 2000 cc cairan dalam rongga pleura sebelum ada
gejala dispnea.
Disini penderita tiba-tiba menjadi demam, panas
disertai menggigil, terkadang juga ada yang menderita kejang, sakit kepala,
sesak serta perasaan tubuh tidak enak. Suhu tubuh meningkat dengan cepat hingga
40 oC. Keadaan seperti ini dapat berlangsung sampai 1 minggu
kemudian suhu tubuh menurun dengan tiba-tiba dan juga terjadi muntah-muntah
atau mual ini akibat saraf paru dan lambung terangsang sehingga terjadi refleks
muntah. Bagian tepi dari dada terasa nyeri dan terdapat batuk penyebab dari
rasa nyeri tersebut.
6. Diagnosis
a. Anamnesi
: adanya kebutuhan nyeri dada
b. Pemeriksaan
fisik pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara nafas
berkurang
c. Analisis
: cairan efusi diambil melalui torakosentesis
d.
Pemeriksaan radiologi :
dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat
permukaan yang akan melengkung jika jumlah efusi pleura lebih dari 300 ml,
pergeseran mediastinum kadang ditemukan
7. Komplikasi
a. Infeksi
paru
b. Fibrosis
paru
c. Radang
paru
8. Penatalaksanaan
a. Drainase
cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif, seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebenarnya 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya odema paru jika jumlah cairan efusi lebih banyak,
maka pengeluaran cairan berikutnya baru dilakukan 1 jam kemudian.
b. Selain
dari obat-obatan antibiotik penderita juga harus banyak beristirahat dan berada
di tempat tidur
c. Usahakan
agar posisi tidurnya cukup menyenangkan bagi penderita
d. Terapi
tergantung penyebab penyakit, namun pada umumnya dengan drainase atau WSD dan
juga USG, foto thoraks
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Istirahat/aktifitas
:
Subjektif : kelemahan dan kelelahan, gangguan tidur ;
tirah baring/immobilisasi ; nafas pendek, dispnea
Objektif : kelemahan
otot, kehilangan tonus, penurunan aktifitas gerak akibat dari sesak ; gangguan
tidur ; kecepatan jantung tidak normal, TD tidak berespon pada aktifitas
Sirkulasi :
Subjektif : riwayat hipertensi lama atau berat,
palpitasi, nyeri dada ; riwayat trauma ; riwayat kardiovaskuler seperti gagal
jantung dan kanker paru
Objektif : takikardia
; bunyi jantung ekstra, misalnya S3 dan S4 ; nadi mungkin
normal kembali/lembut
Integritas
ego :
Subjektif : ketakutan, perasaan mau pingsan ;
takut mati
Objektif : gelisah,
gemetar, perilaku panik ; wajah tegang ; peningkatan keringat
Pernafasan :
Subjektif : riwayat penyakit paru ; lapar
udara/dispnea
Objektif : takipnea,
dispnea, pernafasan tersengal-sengal ; batuk (basah/kering)
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan
pola pernafasan : tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
Tujuan
: pola nafas efektif
Rencana tindakan dan rasional
:
o Kaji
frekwensi, kedalaman pernafasan dan ekpansi dada, catat upaya pernafasan
(kecepatan biasanya meningkat. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung
derajat gagal nafas, ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektase
atau nyeri dada pleuritik
o Auskultasi
bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan seperti mengi, gesekan
pleural (bunyi nafas menurun, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil/atelektase.
Ronki dan mengi menyertai jalan nafas/kegagalan nafas)
o Tinggikan
kepala dan bantu mengatur posisi (duduk tinggi memungkinan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi dapat meningkatkan pengisian udara
pasa semua segmen paru)
o Observasi
pola batuk (kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau kerusakan
jaringan/infark paru atau antikoagulansi berlebihan)
o Bantu
fisioterapi dada, misalnya drainase postural dan perkusi area yang tidak sakit
(memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase dari segmen paru
ke dalam bronkhus dimana dapat mempercepat pembuangan dengan batuk)
b. Gangguan
pertukaran gas (kerusakan) berhubungan dengan terganggunya aliran udara ke
bagian utama paru
Tujuan : pertukaran
gas adekuat
Rencana tindakan dan rasional
:
i.
Catat kedalaman
pernafasan, penggunaan otot bantu, nafas bibir (takipnea dan dispnea menyertai
obstruksi paru. Kegagalan pernafasan lebih berat menyertai kehilangan paru unit
fungsional)
ii.
Auskultasi paru untuk
penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels
(area yang tidak terventilasi dapat diidentifikasi dengan tidak adanya bunyi
nafas)
iii.
Lakukan tindakan untuk
memperbaiki/mempertahankan jalan nafas (meningkatkan ekspansi dada maksimal,
membuat mudah bernafas yang meningkatkan kenyamanan psikologis/fisiologis)
iv.
Tinggikan kepada tempat
tidur sesuai kebutuhan/toleransi klien (meningkatkan ekspansi paru)
v.
Kaji toleransi
aktifitas, misalnya keluhan kelemahan/kelelahan selama bekerja dan perubahan
tanda vital (hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas tanpa dispnea berat)
c. Ketakutan/ansietas
berhubungan dengan adanya ancaman kematian/perubahan status kesehatan
Tujuan
: ketakutan/ansietas dapat dikurangi/hilang
Rencana
tindakan dan rasional :
i.
Catat derajat ansietas,
informasikan pada klien atau teman terdekat bahwa perasaannya normal dan dorong
untuk mengekspresikan perasaannya (pemahaman tentang perasaan berdasarkan
situasi stress ditambah ketidakseimbangan oksigen yang mengancam/normal dapat
membantu klien meningkatkan perasaan kontrol emosi)
ii.
Jelaskan proses
penyakit dan prosedur dalam meningkatkan kemampuan klien untuk memahami
informasi (menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan menurunkan takut tentang
keamanan pribadi)
iii.
Berikan tindakan
kenyamanan, misalnya pijatan punggung, merubah posisi (alat untuk menghilangkan
stress dan perhatian tidak langsung untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan
koping)
iv.
Kembangkan program
aktifitas dalam batas kemampuan fisik (memberikan kenyamanan untuk membentuk
energi dengan perasaan)
d. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, program tindakan berhubungan dengan kurang
informasi tentang proses penyakit, komplikasi dan terapi jangka panjang
Tujuan
: pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah
Rencana
tindakan dan rasional :
i.
Diskusikan dan berikan
daftar tertulis tanda/gejala untuk dilaporkan ke dokter, misalnya sesak nafas
(pencegahan berhubungan dengan klien yang mengalami mobilisasi berat mengalami
riwayat efusi pleura. Catatan: klien menderita efusi pleura mengalami
peningkatan resiko terjadinya gagal jantung)
ii.
Diskusikan pentingnya
melaporkan pengawasan jadwal laboratorium dan kunjungan dokter (pengawasan
medik penting bila terapi mungkin terganggu/dihentikan tergantung informasi
yang didapat)
ConversionConversion EmoticonEmoticon