BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam artian umum anak adalah calon pewaris, penerus dan
calon pengemban pembangunan bangsa. Secara dramatis dapat dikatakan bahwa anak
adalah modal sosio ekonomi suatu bangsa dalam artian individual, anak bagi
orang tuanya mempunyai suatu nilai yang penting pula.
Tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode penting
dan kritis : tumbuh kembang fisik, mental, psikososial berjalan dengan
cepatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan tahun pertama untuk
sebagian besar menentukan masa depan anak. Kelainan atau penyimpangan apabila
tidak di intervensi secara dini dengan baik apalagi jika tidak terdeteksi
secara nyata akan mengakibatkan berbagai hal yang buruk dan berdampak fatal,
sehingga akan mengurangi kualitas sumber daya manusianya kelak dikemudian hari.
Hydrochepalus merupakan kelainan/penyimpangan yang dapat
bersifat congenital, baik primer maupun sekunder yang didapat dari penyakit
lain dimana kelainan ini akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak
selanjutnya (bio-psiko-sosio-spiritual).
Pengetahuan dan
penatalaksanaan hydrochepalus yang baik akan mengurangi dan mencegah terjadinya
penyimpangan/kelainan dalam proses tumbuh kembang yang optimal sehingga akan
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas seoptimal mungkin,
akan coba kami bahas dalam penyajian materi pada makalah berikut ini.
B.
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan
Umum
Memperoleh pengalaman
nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus yang
diharapkan akan mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi
sehubungan dengan Hidrosefalus.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mengkaji klien dengan masalah utama Hidrosefalus
b. Mahasiswa
mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah utama Hidrosefalus
c. Mahasiswa
mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan masalah Hidrosefalus
d. Mahasiswa
mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan klien dengan masalah
Hidrosefalus
e. Mahasiswa
mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah Hidrosefalus
C.
METODE
PENULISAN
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Metode
kepustakaan
Metode penulisan dengan
menggunakan beberapa literatur sebagai sumber.
b. Metode
wawancara
Data diperoleh dengan
wawancara langsung kepada klien dan perawat ruangan.
c. Metode
observasi
Dengan mengobservasi
langsung kepada klien dengan masalah utama Hidrosefalus
D.
SISTEMATIKA
PENULISAN
a.
Bab I : Merupakan
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
b.
Bab II : Tentang landasan
teori yang memuat konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan serta
Intervensi keperawatan.
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan cerebrospiral
secara aktif yang menyebabkan dilates sistem ventrikel otak akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absurlsi CSF (Swaiman : 1981).
Pengertian Hidrosefalus tergantung
dua pengertian pokok, yaitu :
a.
Kelebihan CSS
b.
Peningkatan Tekanan
Intrakronial (TIK)
B. Anatomi dan Fisiologi
1.
Sistem Cairan Seregrospinal
Seluruh ruangan yg melingkungi otak
dan anedulla spinalis mempunyai volume kira-kira 1.650 ml, dan kira-kira 150 ml
dari volume ini ditempati oleh cairan serebrospinal. Cairan ini ditemukan dalam
ventrikel otak, di dalam sisterna-sisterna sekitar otak, da, didalam ruang sub
arakhnoid sekitar otak dan medulla spinalis. Semua ruang ini saling berhubungan
dan tekanan cairan tersebut diatur pada suatu tingkat yg konstan.
2.
Pembentukan LCS
Normal LCS diproduksi ± 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, dengan
demikian LCS diperbaharui setiap 8 jam.
Pada anak dengan Hidrosefalus produksi LCS ternyata
berkurang ± 0.30 ml/menit.
LCS dibentuk oleh :
a)
Plexus Choroideus, yang
merupakan bagian yang terbesar didalam ventrikel.
b)
Parenchyma otak.
c)
Arachnoid.
Pembentukan cairan serebrosfinal oleh
plexus choroideus, merupakan suatu pertumbuhan pembuluh darah seperti blumkol
yang dilapisi oleh selapis tipis sel-sel epitel. Plexus ini menjorok kedalam;
-Kornu temporal ventri kelateral, -bagian posterior ventrikel ke-3, -atap
ventrike ke-4.
Cairan serebrospinal terus keluar
dari permukaan plexus choroideus, cairan ini tidak tepat sama atau cairan extra
sel lainnya. Malahan konsentrasi natriumnya 7% lebih tinggi daripada
konsentrasi didalam extra sel. Konsentrasi glukosa lebih rendah dan konsentrasi
kalium 40% lebih rendah. Maka jelas bahwa cairan dari plexus choroideus
tersebut bukan merupakan suatu filtrasi kapiler tetapi merupakan suatu sekresi
choroideus.
3.
Mekanisme Sekresi Cairan SP oleh Plexus Choroideus
Sel-sel epitel kuboit plexus
choroideus secara aktif mensekresikan ion natrium yang menimbulkan suatu muatan
positif didalam cairan seperti tersebut. Ini sebalkiknya menarik ion-ion
bermuatan negative, terutama ion chloride, juga didalam serebrospinal tersebut,
jadi timbul kelebuihan ion didalam cairan ventrikel, sebagai akibatnya tekanan
osmotic cairan meningkat menjadi kira-kira 160 mmHg lebih tinggi daripada
didalam plasma, dan kekutan osmotic ini menyebabkan sejumlah air dan zat
terlarut lain bergraf melalui membrane choroideus kedalam cairan seperti
tersebut. Karena difusi glukosa tidak semudah glukosa air, konsentrasi tetap
agak rendah. Rendahnya konsentrasi kalium mungkin disebabkan oleh transport
kalium dalam arah berlawanan melalui sel-sel epitel tersebut. Dasar utama untuk
teori osmotic ini adalah konsentrasi zat-zat yang aktif secara osmotic didalam
cairan serebrospinal 9 miliosmol lebih besar daripada yang didalam plasma.
Perbedaan ini menimbulkan kekuatan osmotic sebesar 160 mmHg seperti dijelaskan
diatas kecepatan sekresi choroideus ditaksir kira-kira 840 ml/hari, 5 – 6 kali
jumlah total volume cairan didalam seluruh ruang cerebrospinal.
Difusi kedalam cairan cerebrospinal
melalui permukaan meningen dan ependim. Permukaan ventrikel dilapisi oleh suatu
epitel koboit tipis yang disebut hependima dan cairan cerebrospinal tersebut
bersentuhan dalam permukaan ini pada semua tempat. Disamping itu cairan
cerebrospinal mengisi ruang subaraktinoid diantara piameter yang melapisi otak
dan membrane araknoid oleh karena itu cairan cerebrospinal berhubungan dengan
daerah permukaan epenbrima dan meningen yang luas dan terjadi difusi
terus-menerus diantara cairan cerebrospinal dan substansi otak dibawah ependima
dan juga diantara cairan cerebrospinal dan pembuluh darah meningen, terutama
pembuluh-pembuluh darah araknoid. Beberapa zat berdifusi melalui membrane ini
dengan sangat cepat tetapi zat lain berdifusi dengan jelek.
Ruangan penvaskuler dan cairan
cerebrospinal. Pembuluh darah yang memasuki substansi otak pertama berjalan
sepanjang permukaan otak dan kemudian menembus kedalam, dan membawa satu lapis
piameter bersama mereka. Lapisan piameter hanya melekat dengan longgar ke
pembuluh tersebut sehingga terjadi suatu ruangan, ruang perivaskuler diantara
pia dan pembuluh darah. Ruang penvaskuler mengikuti arteri dan vena kedalam
otak sampai sejauh arteriol dan venula, tetapi tidak sampai ke kapiler.
Fungsi ruang perivaskuler sebagai
pembuluh limfe. Sama halnya ditempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil protein
keluar dari kapiler parenkim dan masuk kedalam ruang interstisial otak, dan
tidak ada pembuluh limfe sejati didalam otak, protein ini meninggalkan jaringan
tersebut, terutama melalui ruangan perivaskuler tetapi sebagian juga dengan
difusi langsung melalui piameter kedalam ruang subaraknoid. Setelah mencapai
ruang subaraknoid, protein tersebut
mengalir bersama cairan cerebrospinal untuk diabsosi melalui vilus araknoid
kedalam vena cerebral. Oleh karena itu ruang perivaskuler sebenarnya merupakan
suatu modifikasi sistem limfe untuk otak. Disamping menyalurkan cairan dan
protein ruang perivaskuler juga menyalurkan vartikel asing dari otak kedalam
ruang subaraknoid misalnya bilamana terjadi infeksi dalam otak sel-sel darah
putih yang mati dikeluarkan melalui ruang perivaskulker tersebut.
4.
Komposisi Cairan Serebrospinal
a.
Protein : 2 – 25 mg/100 ml 20
– 45 gl
b.
Glukosa : 50 – 85 mg/100 ml 2,2
– 3,4 mmol/l
c.
Khloride : 120 – 140 meg/l 120
– 130 mmol/l
d.
Volume : 120 – 140 ml
e.
Tekanan : 70 – 160 mm air
5.
Absorbsi Cairan Cerebrospinal – Villous Arachnoids
Hampir semua cairan cerebrospinal
yang dibentuk setiap hari direabsorbsi kedalam darah melalui struktur-struktur
khusus yang disebut vilus araknoid atau granulasi yang menjorok dari ruang sub
araknoid kedalam sinus pinusus otak dan jarang-jarang kedalam vena kanalis
spinalis. Vilus araknoid tersebut merupakan trabekula araknoid yang menonjol
melalui dinding vena, sehingga menimbulkan daerah yang sangat permiabel yang
memungkinkan aliran cairan cerebrospinal yang relative bebas juga molekul protein,
dan bahkan partikel-partikel kecil dan ukurannya kurang dari 1 mm ) kedalam
darah.
6.
Sirkulasi Cairan Cerebrospinal
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata LCS mengalir
dari tempat pembentukannya ketempat absorbsinya. LCS mengalir dari kedua
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Mondro kedalam ventrikel III, dari
sini melalui aquaductus sylvii menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen
luschka LCS mengalir keluar rongga sub arahnoid di sekitar batang otak menuju
Cisterna Cerebello Pontine dan Cisterna Propentis. Cairan yang keluar melalui
foramen Magendia menuju ke Cisterna Magna. Dari sini mengalir ke superior dalam
rongga sub arahnoid ke dua Hemisphere Cerebellum ke Caudal menuju rongga Sub
Arahnoid Spinalis dan ke Cranial menuju Cistema Infra tentorial. Melalui
Cistema Basalis , LCS akan dialirkan ke seluruh Cistema di supratentorial dan
kedua hemisphere cortex cerebri.
Sirkulasi berakhir di Sinus Doramatis : dimana terjadi
absorbsi melalui Villi Arahnidialis, yang berhubungan dengan sistem vena
seperti : Venusus Cerebral.
7.
Fungsi Cairan Cerebrospinal
Fungsi utama cairan cerebrospinal
melindungi otak dikala kubahnya yang padat. Bila tidak ada fungsi ini, pukulan
apapun di kepala akan menyebabkan otak berputar dan rusak hebat. Meskipun demikian
otak dan cairan cerebrospinal tersebut mempunyai berat jenis yang kira-kira
sama sehingga otak hanya terapung didalam cairan tersebut. Oleh karena itu
pukulan pada kepala menggerakkan otak secara serentak, sehingga menyebabkan
tidak ada bagian otak yang diubah bentuknya untuk sementara waktu oleh pukulan
tersebut. Fungsi cairan cerebrospinal yaitu :
a.
Untuk mempertahankan volume
konstan didalam tulang tengkorak dengan meningkatkan atau menurunkan jumlah
cairan sesuai dengan kenaikan atau penurunan dari kandungan cranial lainnya.
b.
Untuk bertindak sebagai buffer
melindungi otak dari kejutan.
c.
Berfungsi dalam pertukaran
nutrient antara plasma dan kompartemen seluler.
C. Klasifikasi
Klasifikasi hydrocephalus cukup
beragam, bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya. Berikut ini
klasifikasi hydrocephalus yang sering dijumpai diberbagai buku :
1.
Menurut gambaran klinik,
dikenal hydrocephalus yang manifest (over hydrocephalus) dan hydrocephalus yang
tersembunyi ( occult hydrocephalus). Hidrocephalus yang tampak jelas dengan
tanda-tanda klinis yang khas di sebut hydrocephalus yang manifest. Sementara
itu, hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai
hydrocephalus yang tersembunyi.
2.
Menurut waktu pembentukan,
dikenal hydrocephalus congenital dan hydrocephalus akuisita. Hydrocephalus yang
terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intra-uterin disebut
hydrocephalus kogenital. Hydrocephalus yang terjadikarena cedera kepala selama
proses kelahiran disebut hydrocephalus invantil. Hydrocephalus Akuisita adalah
hydrocephalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan oleh
faktor-faktor lain setelah masa neonatus.
3.
Menurut proses terbentuknya
hydrocephalus, dikenal hydrocephalus akut dan hydrocephalus kronik.
Hydrocephalus akut adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai
akibat obstruksi atau gangguan absosrbsi CSS. Disebut hydrocephalus kronik
apabila perkembangan hydrocephalus terjadi setelah aliran CSS mengalami
obstruksi beberap minggu.
4.
Menurut sirkulasi CSS, dikenal hydrocephalus
komunikans komunikans dan hydrocephalus non-komunikans berarti CSS sistem
ventrikulus tidak berhubungan dengan CSS ruang subaraknoid misalnya yang
terjadi bila akuaduktus sylvii, atau foramina luschka dan magendie tersumbat
stenosis akuaduktus sylvius pada bayi dan anak yang berumur kurang dari 2 tahun
mungkin disebabkan oleh infeksi intrauterine berupa meningoensefalitis virus
atau bakteri, anoksia dan perdarahan intracranial akibat cedera
perinatal.Hydrocephalus communicants adalah hydrocephalus yang memperlihatkan
adanya hubungan antara CSS sistem ventrikulus dan CSS dari ruang subarachnoid;
contohnya, terjadi bila penyerapan CSS kedalam villi araknoidalis terhambat.
Cara memeriksanya : disuntikan zat warna kedalam ventrikel lateral, kemudian
dilakukan pungsi lumbal. Bila ditemukan zat warna dalam pungsi ini, maka
berarti ada hubungan antara ventrikel dan ruangan subarachnoid.
5.
Pseudohydrocephalus dan
hydrocephalus tekanan normal (normal pressure hydrocephalus).
Pseudohydrocephalus adalah disproporsi kepala dan badan bayi. Kepala bayi
tumbuh cepat pada bulan kedua sampai bulan kedelapan. Sesudah itu disproporsi
nya berkurang dan kemudian menghilang sebelum berunur 3 tahun. Hydrocephalus
tekanan normal ditandai oleh pelebararan ventrikulus otak tetapi tekanan CSS
dalam batas normal.
D. Etiologi Dan Faktor Resiko
Adapun sebab dan faktor resikonya,
hydrocephalus terjadi sebagai akibat obstruksi, ganbgguan absosrbsi dan
kelebihan CSS. Tempat predikelsi obstruksi adalah foramen Monroe, feramen
sylvi, foramen luschka, foramen magendie, sinus dural dan vili arachnoid.
Obstruksi CSS disebabkan oleh
faktor-faktor intraventrikuler, ekstraventrikuler dan kelainan congenital.
Faktor intraventrikuler meliputi stenosis herediter, stenosis gliotik, stenosis
akibat perdarahan intraventrikuler, ventrikulitis, oklusi fakomatosis, papiloma
pleksus koroid atau neoplasama lain. Obstruksi ini akan menimbulkan
hydrocephalus non-komunikans.
Faktor ekstraventrikuler meliputi
stenosis traksi atau stenosis kompresiakibat tumor dekat ventrikulus III, tumor
di fosa posterior atau tumor serebelum. Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan
hydrocephalus komunikans maupun non-komunikans.
Kelainan congenital meliputi
malformasi Arnold-Chiari, sindrom Dandy-Walker, disgenesis otak, anensefali dan
kelainan genetic lainnya yang disertai spina bifida.
Gangguan absosrbsi CSS dapat terjadi
sebagai akibat dari :
1.
Gangguan vaskuler misalnya trombosis sinus
sagitalis superior, maalformasi vena galen, ekstasis dari arteri basilaris,
malformasi arterio-venosa dan aneurisma.
2.
Peningkatan protein CSS pada sindrom
Guillain-Barre.
3.
Otitis media purulenta dan mastoiditis
yang menimbulkan hydrocephalus otik.
4.
Tetrasiklin, estrogen, fenotiazin dan
vitamin A, serta penghentian terapi corticosteroid yang telah berlangsung lama, kelaianan
metabolic misalnya defisiensi vitamin B12 dapat pula menimbulkan hydrocephalus,
meskipun mekanismenya belum jelas benar, apakah berupa gangguan absorbsi atau
justru kelebihan produksi CSS.
5.
Gagal Jantung, hipoparatiroidi, dan
mixedema.
Kelebihan produksi CSS dapat terjadi pada meningitis dan
ensefalitis piogenik, tuberculosis, toksoplasmosis, pseudomonas atau adanya
kista parasit dan lues congenital.
E. Patofisiologi Terhadap
Penyimpangan KDM
|
F. Patogenesis
Patogenesis hydrocephalus dapat dibagi menjadi 2 bentuk,
ialah sebagai berikut :
1.
Bentuk hydrocephalus akut,
didasari oleh faktor mekanik. Perdarahan otak, tumor/ifeksi/abses otak,
obliterasi akuaduktus otak, hematoma ekstradural dan edema otak akut akan
mengganggu aliran dan absorbsi CSS sehingga terjadi peningkatan TIK. Akibat
peningkatan tekanan intraventrikular, sehingga kornu anterior lateral melebar. Kemudian
diikuti oleh pelebaran seluruh ventrikulus lateral. Dalam waktu singkat diikuti
penipisan lapisan ependim ventrikulus. Hal ini akan menyebabkan permiabilitas
ventrikulus meningkat sehingga memungkinkan absorbsi CSS dan akan menimbulkan
edema substansia alba didekatnya.pabila kekuatan absosrbsi dapat mengimbangi
produksinya yang berlebihan maka tekanannya secara bertahap akan menurun sampai
normal, meskipun penderita memperlihatkan gejala-gejala hydrocephalus. Keadaan
demikian ini disebut hydrocephalus tekanan normal. Namun biasanya peningkatan
absosrbsi ini gagal mengimbangi kapasitas produksinya, sehingga terjadi
pelebaran ventrikulus berkelanjutan dengan tekana yang juga tetap meningkat
atau terjadi hydrocephalus tekanan tinggi.
2.
Hydrocephalus kronik
terjadi beberap minggu setelah aliran CSS mengalami sumbatan atau mengalami
gangguan absosrbsi. Apabila sumbatan dapat dikendalikan atau dihilangkan,
tekanan intraventrikular menjadi progresif normotensif karena adanya resorbsi
transependimal vasa darah parenkim periventrikular. Akibat dari peningkatan
tekanan CSS adalah sistem venosa dan penurunan volume aliran darah, sehingga
terjadi hipoksia dan perubahan metabolisme parenkim (kehilangan lipid dan
protein). Akibat lebih jauh adalah: terjadinya dilatasi ventrikulus karena
jaringan periventrikulus menjadi atrofi. Jadi yang semula dasar patogenesisnya
mekanik berubah menjadi biokimiawi dan metabolik.
G. Manifestasi Klinis
1. Secara umum
Gambaran klinis
pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi
otak. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar kepala
fronto-osipital yang makin membesar, sutura yang makin membesar dengan fontanel
cembung dan tegang. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol. Kelainan
neurologik berupa mata yang selalu mengarah kebawah (fenomena matahari
terbenam), gangguan perkembangan motorik dan gabngguan pengelihatan akibat
atrofi atau hipertropi saraf pengelihatan. Bila proses penimbunan cairan
serebrospinal dibiarkan berlansung pada bayi akan terjadi penipisan korteks
yang permanent walupun kemudian hydrocephalusnya dapat diatasi.
2. Secara Khusus
Menurut Umur.
Gambaran klinik hydrocephalus dipengaruhi oleh umur
penderita, penyebab dan lokasi obstruksi. Gejala-gejala yang menonjol merupakan
refleksi hgipertensi intracranial. Rincian gambaran klinik adalah sebagai
berikut :
Neonatus :
Gejala hydrocephalus yang paling umum dijumpai pada
neonatus adalah iritabilitas, sering kali anak tidak mau makan dan minum :
kadang-kadang kesadaran menurun kea rah letargi. Anak kadang-kadang muntah,
jarang yang bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala lainnya
belum nampak, sehingga apabila dijumpai gejala-gejala tersebut diatas, perlu
dicurigai kemungkinan adanya hydrocephalus. Dengan demikian dapat dilakukan
pemantuan secara teratur dan sistematik.
Anak berumur
kurang dari 6 bulan :
Pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala, sebagai suatu
manifestasi hipertensi intracranial.
Lokasi nyeri kepala tidak khas atau tidak menentu. Kadang-kadang anak muntah di
pagi hari. Dapat disertai keluhan pengelihatan ganda (diplopia) dan jarang
diikuti penurunan visus.
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui
perubahancara berjalan. Hal demikian ini
disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks parietal
sebagai akibat pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang lebih medial
yang melayani tungkai akan terlebih dahulu tertekan, sehingga menimbulkan pola
berjalan yang khas.
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan
proses belajar, terutama dalam tahun pertama sekolah. Apabila dilakukan
pemeriksaan psikometrik maka akan terlihat adanya labilitas emosional dan
kesulitan dalam hal konseptualisasi.
Pada anak dibawah 6 tahun, termasuk neonatus akan tampak
pembesaran kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran
kepala ini harus dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala.
Perlu diingat bahwa kepala yang besar (makrosefal) belum tentu disebabkan oleh
hydrocephalus; kraniosinostosis dapat menimbulkan makrosefal.
Fontanela anterior tampak menonjol, pada palpasi terasa
tegang dan padat. Pemeriksaan fontanela ini harus dalam keadaan yang santai,
tenang dan penderita dalam posisi berdiri atau duduk tegak. Tidak ditemukannya
fontanela yang menonjol bukan berarti bahwa tidak ada hydrocephalus. Pada umur
1 tahun, fontanela anterior sudah menutup; atau oleh karena rongga tengkorak
yang melebar maka tekanan intracranial secara relative akan mengalami
dekompresi..
Perkusi pada anak memberi sensasi yang khas. Pada hydrocephalus
akan terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketukan pada semangka masak. Pada anak yang lebih tua akan
terdengar suara kendi retak (cracked-pot). Hal demikian ini menggambarakan
adanya pelebaran sutura.
Vena-vena di kulit kepala dapat terlihat sangat
menonjol, terutama apabila si bayi menangis. Peningkatan tekanan intracranial
akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju ke kolateral dan
saluran-saluran yang tidak mempunyai klep.
Mata penderita hydrocephalus memperlihatkan gambaran
yang khas, yang disebut sebagai setting-sun sign.Sklera yang berwarna putih
akan tampak di atas iris. Paralisis nervus abdusens yang sebenarnya tidak
menunjukan lokasi lesi, sering dijumpai pada anak yang berumur lebih tua dan
pada dewasa.
Kadang-kadang terlihat adanya nistagmus dan strabismus.
Pada hydrocephalus yang sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi
papil. Tidak adanya pulsasi vena retina merupakan tanda awal hipertensi
intracranial yang khas.
Dewasa :
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala.
Sementara itu gangguan visus, gangguan morik berjalan, dan kejang terjadi pada
1/3 kasus hyderocephalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologist pada umunya
tidak menunjukan kelainan, kecuali adanya edema papil dan / atau paralisis
nervus abdusens
H. Diagnosis Banding Pembesaran kepala dapat terjadi
hydrocephalus, makrosefal, tumor otak, abses otak, granuloma intracranial, dan
hematoma subdural. Hal-hal tersebut terutama dijumpai pada bayi dan anak-anak
kurang dari 6 tahun.
I. Diagnostik Test
a. Diagnosis Fisis
Pengukuran lingkar kepala fronto-oksipital yang teratur
pada bayi merupakan terpenting untuk menentukan diagosis dini. Pertumbuhan
kepala normal cepat terjadi pada tiga bulan pertama. Lingkar kepala akan
bertambah ± 2 cm setiap bulan. Pada tiga bulan berikutnya penambahan akan
berlangsung lebih lambat.
Ukuran rata-rata
lingkar kepala :
Lahir Tinggi/Panjang
: 35
cm
Umur 3 bulan : 41
cm
Umur 9 bulan : 46 cm
Umur 12 bulan : 47
cm
Umur 18 bulan : 48,5
cm
b. Foto Rontgen
Foto roentgen kepala polos lateral tampak kepala yang
membesar dengan
disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura yang melebar.
c. CT Scan
terlihat dilatasi seluruh sistem ventrikel otak.
d.
USG
Ini dapat dilakukan melalui yang
tetap terbuka lebar, sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran ventrikel, atau
perdarahan dalam ventrikel.
J.
Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic
perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta
menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari
pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
b.Terapi Medikamentosa
Hydrocephalus dewngan progresivitas
rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak memerlukan tindakan operasi.
Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut
dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun
hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50
% kasus.
c. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a.
Ventrikulo Peritorial Shunt
b.
Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :
kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum
yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang
tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di
dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa
infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
Pintasan ventrikel
:
Pintasan ventrikuloperitonial atau ventrikuloatrial, 1.
ujuna yang masuk ventrikel serebrum, 2.
reservoir, 3. ujung yang masuk peritoneum, 4. ujung yang masuk atrium jantung,
5. v.jugularis interna, 6. katup pad ujung pintasan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon