Salam Sehat dan Harmonis

-----

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KECEMASAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan
2.1.1        Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Meliono, 2007:1).
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari (Setiarso, 2008:1).
2.1.2        Manajemen Pengetahuan
a.       Proses mengkoleksi, mengklasifikasi, menyebarkan informasi atau pengetahuan ke seluruh unit di organisasi agar informasi atau pengetahuan itu berguna bagi siapa yang memerlukannya
b.      
6
 
Menggunakan teknologi informasi untuk menangkap pengetahuan yang terdapat didalam pikiran para peneliti, pegawai sehingga pengetahuan itu bisa secara mudah dipakai bersama di dalam organisasi.
c.       Mengorganisasikan dan menganalisis informasi dalam database lembaga sehingga pengetahuan dari hasil analisis tersebut dapat segera dipakai bersama oleh lembaga
d.      Mengidentifikasi kategori pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung keseluruhan program penelitian, sinergi program/kegiatan penelitian, strategi penelitian, monitoring dan evaluasi hasil penelitian yang terhimpun di lembaga,
e.       Informasi untuk membantu lembaga mengorganisasi data, informasi dan pengetahuan yang tersimpan di berbagai sumber, sehingga yang disajikan adalah informasi atau pengetahuan yang relevan saja
f.        Mengorganisasikan dan menyediakan know-how yang penting, kapan dan bilamana diperlukan.
2.1.3        Tahapan perkembangan manajemen pengetahuan
a.       Knowledge-chaotic (tak sadar konsep, tak ada proses informasi, dan tak ada sharing informasi).
b.       Knowledge-aware (sadar akan kebutuhan manajemen pengetahuan, adabeberapa proses manajemen pengetahuan, ada teknologi, ada isu tentang sharing informasi).
c.       Knowledge-enabled (memanfaatkan manajemen pengetahuan, mengadopsi standar, isu-isu berkaitan dengan budaya dan teknologi).
d.      Knowledge-managed (kerangka kerja yang terintegrasi, merealisasikan manfaat, isu-isu pada tahap sebelumnya teratasi).
e.       Knowledge-centric (manajemen pengetahuan merupakan bagian dari misi, nilai pengetahuan diakui dalam kapitalisasi pasar, manajemen pengetahuan terintegrasi dalam budaya) (Tambotoh, 2008)
2.1.4        Tingkatan Pengetahuan
a.       Tahu
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang pernah dipelajari sebelumnya yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan dan menyatakan.
b.       Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan dapat menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
c.       Penerapan
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-metode dalam situasi nyata.
d.      Analisis
Kemampuan untukuntuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, memisahkan membuat bagan, proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisiologi.
e.       Sintesis
Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Ukuran kemampuan dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f.        Evaluasi
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau dapat menyusun sendiri (Sunaryo, 2004:124).
2.1.5        Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
a.       Faktor Internal
1)      Umur
Umur akan mempengaruhi tingkat kematangan seseorang. Dimana semakin cukup umur, tingkat pengetahuan semakin meningkat.
2)      Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru atau menghadapi situasi-situasi beragam.
3)      Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik individu yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Kepribadian yang terbuka akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dikarenakan terbuka pada semua informasi baru yang datang dari luar. Sebaliknya kepribadian tertutup (introfet) akan memiliki pengetahuan yang kurang (Desmita, 2006).


b.       Faktor Eksternal
1)      Pendidikan
7
 
Menurut Redja tahun 2001 menyatakan bahwa pendidikan mempunyai 2 arti luas dan sempit, yaitu :
a)       Arti luas pendidikan adalah segala situasi dalam segala kehidupan yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang, pendidikan adalah pengalaman belajar.
b)      Arti sempit pendidikan adalah sekolah atau persekolahan. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia.
2)      Lingkungan
Lingkungan sekitar akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Jika seseorang hidup dilingkungan yang selalu berusaha meningkatkan pengetahuannya (suka belajar) maka individu tersebut akan gemar belajar sehingga pengetahuan yang dimiliki bertambah.
3)      Sosial budaya
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami poses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
4)      Informasi
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat.
5)      Pengalaman
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, perasaan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas (Saifudin, 2002:62).
6)      Motivasi
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di kehendaki (Yasin, 2008:330).
2.1.6        Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2003:125) tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kriteria yaitu :
Pengetahuan baik                 : nilai 76 – 100%
Pengetahuan cukup              : nilai 56 – 75%
Pengetahuan kurang            : nilai < 56%

2.2 Konsep Kecemasan
2.2.1  Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan-ketegangan ini akibat dari dorongan – dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat syaraf yang otonom, misalnya kalau seorang menghadapi keadaan yang berbahaya hatinya berdenyut lebih cepat, ia bernafas lebih pesat, mulutnya menjadi kering dan tampak tangannya berkeringat (Calvin S Hall, )
Menurut Spielberger (1966) dalam Slameto (2003) membedakan kecemasan atas dua bagian: kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety),yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety)  suatu yaitu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes  
Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagi motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis yang bersangkutan ( Sudrajat akhmad, 2008 )
Kecemasan (Ansietas) kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Gail W, 2007)
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya (Santoso, 2005-2006)
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong kadangkala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah (Sundari, 2005)
Menurut Carpenito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam merespon terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik
2.2.2  Faktor penyebab kecemasan
Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Collin dalam Susabda (1983) bahwa kecemasan timbul karena:
1. Theat (Ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan, maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak)
2. Conflik (Pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing yang mempunyai ifat aproach dan avoidance
3. Fear (Ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakuatan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru
4. Unfulled Need (Kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu komplek dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbulah kecemasan.
    Menurut Carpenito (2006), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya kecemasan yaitu :
a.       Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
b.       Situasional (orang dan lingkungan) Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain.
c.       Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,
perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan
sementara atau permanen.
d.      Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap sakit.
e.       Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :
pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.
f.        Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya
pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.
g.       Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.
2.2.3  Gejala-gejala kecemasan
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1. cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
2.   merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3.   takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
4.   gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang meneganggangkan
5.   gangguan konsentrasi dan daya ingat
6.  keluhan-keluhan somati, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2001)
2.2.4    Tingkat Kecemasan
a.       Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b.       Kecemasan sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang tidak selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya
c.       Kecemasan berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain
d    Tingkat panik dari kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganiasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian (Gail W, 2007)
2.2.5    Respon atau Gejala Terhadap Cemas Menurut HARS dalam Nursalam (2003)
a.       Perasaan cemas
Cemas, firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah terganggu 

b.       Ketegangan
Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah
c.       Ketakutan
Pada gelap, pada orang lain
d.      Gangguan tidur
Sukar tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi buruk kecerdasan, dan mimpi menakutkan 
e.       Gangguan kecerdasan
Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk
f.        Perasaan depresi
Hilang minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari 
g.       Gejala somatik (otot)
Sakit dan nyeri otot kaku, kedutan otot, gigi gemurutuk, suara tidak  stabil
h.       Gejala somatik (sensorik)
Tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk
i.         Gejala kardiovaskuler
Takikardia, berdebar-debar, nyeri dada denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti pingsan, detak jantung menghilang, (berhenti sekejap)
j.         Gejala respirasi
Rasa tertekan atau sempit dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek atau sesak
k.       Gejala GIT (Gastrointestinal tractus)
Sulit menelan, perut melilt, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar diperut , rasa penuh atau kembung, enek, BAB lembek, muntah, kehilangan BB, konstipasi
l.         Gejala orogenital
Sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, amenorhoe pada wanita, menjadi dingin (frigit), ejakulasi prekok, impotensi

m.     Gejala autonom
Mulut kering, muka kering, mudah berkeringat, pusing sakit kepala bulu-bulu berdiri
n.       Gejala tingkah laku
Gelilsah, tidak tenang, jari gemetar kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek, dan mudah merah
2.2.6   Penilaian Tingkat Kecemasan Menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dalam Nursalam (2003)
a.       Penilaian
Skor 0                        : Tidak ada gejala
             Skor 1, ringan            : Ada 1 dari gejala yang ada
             Skor 2, sedang           : Ada separuh dari kgejala yang ada
             Skor 3, berat              : Lebih dari separuh dari gejala yang ada
             Skor 4, sangat berat   : Semua gejala ada
b.   Penilaian Derajat Kecemasan
Skor < 6                     : Tidak ada kecemasan
Skor 6-14                   : Kecemasan ringan
15-27                         : Kecemasan sedang
> 27                           : Kecemasan berat
2.2.7     Akibat Adanya Kecemasan
a.       Perilaku   :  gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dari hubungan inerpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah.
b.       Kognitif  :  perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreativitas menurun, bingung, kehilangan kontrol, takut kehilangan atau kematian.
c.       Afektif    :  mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, dan gelisah (Hartoyo, 2004)

2.2.8 Upaya menurunkan kecemasan pada primigravida trimester III menjelang persalinan
a.       Memberikan informasi kepada ibu primigravida tentang tanda-tanda persalinan
b.       Memberikan informasi tentang proses persalinan
c.       Memberikan informasi tentang persiapan persalinan
d.      Dengan menggunakan aroma terapy yang dipercaya dapat menurunkan kecemasan
e.       Mendekatkan diri pada Tuhan agar hati merasa tenang
f.        Sering meluangkan waktu untuk berjalan-jalan atau rekreasi
(Tiran, 2007)

2.3  Konsep Primigravida
Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali (Manuaba, 2002).
Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Hamilton, 2001).
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali (Veralls, 2004).

2.4 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III
2.4.1 Pengertian Kehamilan Trimester III
Trimester III adalah masa ketika kandungan memasuki minggu ke-28 sampai bayi lahir dalam waktu yang cukup (40 minggu) (Andriana, 2007).
2.4.2   Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III
Pada trimester ini ibu merasa tidak nyaman akibat berbagai macam gangguan seperti :
a.       Sakit lambung
b.       Sembelit
c.       Varises
d.      Sakit pinggang
e.       Sulit tidur
f.        Sulit bernafas
g.       Keinginan buang air kencing semakin sering.
Segala bentuk ketidaknyamanan ini disebabkan oleh berkembangnya janin dalam kandungan. Bahkan dapat terjadi kontraksi palsu (Braxton Hicks) yang merupakan penarikan otot-otot rahim dalam persiapan menuju persalinan (Andriana, 2007).
2.4.3   Perkembangan Janin Pada Trimester III
a.       Semua organ tumbuh sempurna dan sedang dalam persiapan untuk dilahirkan.
b.       Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (nendang) serta masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
c.       Tubuh makin berisi karena jaringan lemak mulai berada di bawah kulit janin. Lemak ini akan membantu janin dalam memelihara suhu tubuh saat dilahirkan.
d.      Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
e.       Pada minggu ke-32, janin mulai dapat menggerakkan bola mata dan mampu membedakan antara gelap dan terang. Janin sudah memiliki kuku jari tangan, kuku jari kaki, dan rambut di kepala.
f.        Pada minggu ke-36, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
g.       Berat bayi lahir berkisar antara 3 – 3,5 kg dengan panjang 50 cm.
(Andriana, 2007).
2.4.4   Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III
a.       Pemenuhan kebutuhan nutrisi sebagai salah satu persiapan untuk persalinan
b.       Informasi tentang tanda-tanda persalinan dan penyuluhan untuk segera datang ke petugas kesehatan apabila muncul tanda-tanda persalin meliputi : pengeluaran lendir bercampur darah, adanya kontraksi, pecahnya ketuban.
c.       Informasi tentang persiapan persalinan meliputi alat-alat yang harus dibawa saat persalinan, uang, kendaraan, pemilihan tempat persalinan, dan pemilihan penolong persalinan (Andriana, 2007).

2.5  Konsep Dasar Persalinan
2.5.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2005).
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi secara pervaginam yang cukup bulan/aterm (37-42 minggu) dengan tenaga ibu sendiri dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 24 jam tanpa bantuan alat dan tidak adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Varney, 2005)
Persalinan/partus/labor adalah suatu proses yang diakhiri oleh pengeluaran dari produk konsepsi oleh seorang wanita. Persalinan dimulai dengan adanya kontraksi atau his yang sebelumnya atau his yang menimbulkan perubahan dari serviks yang progresif dan diakhiri oleh pengeluaran plasenta (Varney, 2005).
2.5.2   Tanda-tanda Persalinan
a.       Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b.       Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks
c.       Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d.      Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar, pembukaan telah ada.
(JNPK-KR, 2007)
2.5.3   Faktor Penyebab Persalinan
Sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang kompleks antara lain :
a.       Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan keadaan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot  polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b.       Teori Plasenta Menjadi Tua
Dengan tuanya kehamilan, villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar ekstrogen dan progesteron menurun.
c.       Teori Distensi Rahim
Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
d.      Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e.       Teori Nutrisi
Dikemukakan pertama kali oleh hipocrates, dimana bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan, dapat pula dimulai (induction of labor) diantaranya :
1)      Merangsang fleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servilakis
2)      Pemecahan ketuban
3)      Penyuntikan oksitosin (infus drip)
4)      Pemakaian prostaglandin, dan sebagainya (Sarwono, 2005).
2.5.4   Jenis-jenis Persalinan
a.       Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b.       Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c.       Persalinan Anjuran
Persalinan yang berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Helen, 2004)
2.5.5   Perubahan Psikologis Pada Saat Persalinan
Persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan mengugah emosi dan keluarganya, malahan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan pada ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama masa persalinan dan kelahiran (JNPK-KR, 2007).
Salah satu asuhan sayang ibu selama persalinan yaitu dengan “dukungan emosional” diantaranya yaitu dukung dan anjurkan suami dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan keluarga untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkin, et. al. 2000).
2.5.6   Mekanisme Persalinan
Pada persalinan ada tiga faktor yang memegang peranan penting yaitu:
a.       Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan
b.       Keadaan jalan lahir
c.       Janinnya sendiri
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang di dinding uterus daerah tersebut (Sarwono, 2005).
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
a.       Kepala masuk pintu atas panggul
Sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior/posterior)
b.       Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat :
1)      Tekanan langsung dari his pada daerah fundus kearah daerah bokong
2)      Tekanan dari cairan amnion
3)      Kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengedan)
4)      Badan janin terjadi ekstensi dan menegang
c.       Fleksi
Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (11,5 cm) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (9,5 cm).
d.      Putaran paksi dalam
Selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (kebawah simpisis pubis), membawa kepala melewati distantia spinarum dengan diameter biparietalis.

e.       Ekstensi
Setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simpisis pubis bagian posterior. Lahirlah berturut-turut oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu.
f.        Putaran paksi luar
Kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simpisi, kemudian dilahirkan bahu depan dan belakang.
g.       Ekspulsi
Setelah bayi lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen dan lengan, pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai, dan kaki (Varney, 2005).
2.5.7   Pembagian Fase / Kala Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
a.       Kala I : Pembukaan
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (0-10 cm), proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1)      Fase laten; berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2)      Fase aktif, dibagi dalam 3 fase, yakni
a)       Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b)      Dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat menjadi 9 cm
c)       Deselerasi : pembukaan menjadi lambar sekali, dalam waktu 2 jam menjadi lengkap
Pada primigravida kala I berlangsung selama 13-14 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung selama 7 jam, mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sedah sedikit membuka, sehingga penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

b.       Kala II : Pengeluaran
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya seluruh janin. Tanda dan gejala kala II adalah :
1)            Ibu ingin meneran
2)            Perineum menonjol
3)            Anus dan vulva membuka
4)            Pengeluaran lendir darah bertambah banyak
5)            Kepala telah turun didasar panggul
Pada primigravida kala II berlangsung ± 1,5 jam dan pada multrigravida ± ½ jam.
c.       Kala III : Kala uri
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Tanda dan gejala kala III :
1)      Bentuk uterus menjadi globuler dan tinggi fundus uteri menjadi diatas pusat
2)      Tali pusat memanjang
3)      Semburan darah tiba-tiba
Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
d.      Kala IV
Di mulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam 2 jam postpartum (JNPK-KR, 2007).
2.6 Konsep Hubungan Pengetahuan dan Kecemasan
Pengetahuan atau kognitive merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Kecemasan persalinan lama, takut bayinya cacat dapat mempengaruhi kecemasan ibu selama persalinan.
Pengetahuan ibu tentang persiapan persalinan dipengaruhi oleh informasi. Mempunyai atau memperoleh informasi adalah suatu hal bertindak atas dasar informasi yang diperoleh sehingga dapat mengubah perilaku ibu dalam menghadapi kecemasan persalinan. Dengan kata lain, semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin tinggi pula pengetahuan ibu primigravida trimester III sehingga rasa cemas ibu dalam menghadapi persalinan dapat berkurang.


















Previous
Next Post »

Translate