Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN TN. JHD HIV – AIDS


Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. JHD HIV – AIDS
DI RUANG TROPIK LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 05 – 07 DESEMBER 2001








Pengkajian
I.       Biodata.
A.    Identitas pasien.
1.      Nama                                 :Tn. JHD (Laki-laki, 37 tahun).
2.      Suku/bangsa                      : Banten/Indonesia.
3.      Agama                               : Kristen Katholik
4.      Status perkawinan             : Belum kawin
5.      Pendidikan/pekerjaan        : STBA Makasar
6.      Bahasa yang digunakan    : Indonesia
7.      Alamat                              : Jl. Makam Peneleh Surabaya

B.     Penanggung jawab pasien :
Tidak ada.

II.    Alasan masuk rumah sakit
A.    Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
B.     Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab  tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.

III. Riwayat kesehatan
A.    Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
B.     Riwayat kesehatan sekarang : sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya  dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Klien tinggal di Surabaya sejak 6 bulan yang lalu, sebelumnya sejak tahun 1986 bekerja di Bali sebagai Guide Freeland. Klien juga punya riwayat melakukan Sex bebas dengan warga asing dan terakhir dengan warga Belanda. Di Surabaya klien bekerja sebagai Guide freeland di Hotel Sangrila Surabaya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2002,  memeriksakan diri ke UGD RSUD Dr. Soetomo dan selanjutnya di rawat di Ruang Tropik laki RSDS.
C.     Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.

IV. Informasi khusus
A.    Masa balita : tidak dikaji
B.     Klien wanita : tidak dikaji

V.    Aktivitas hidup sehari – hari 
Aktivitas sehari-hari
Pre-masuk rumah sakit
Di rumah sakit
A.       Makan dan minum
1.      Nutrisi


2.      Minum


Pola makan tidak teratur, tetapi tidak ada napsu makan, terutama jika sudah memakai obat.
Minum air putih dengan jumlah tidak tentu kadang minuman keras.

Pola makan 3 kali/hari bubur, namun tidak ada napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya 1/2 porsi.
Minum air putih 2-3 gelas dan teh hangat 2-3 gelas.
B.        Eliminasi
Mencret 5 X/hari,, seperti lendir, tidak bercampur darah dan berbau. BAK 2 X hari dan tidak ada kelainan.
Mencret dengan frekuensi 5-7 X/hari,  encer, tidak ada isi  tanpa diikuti sakit perut dan BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan.
C.  Istirahat dan tidur
Pasien tidak bisa istirahat  dan tidur karena terus keluar memcret serta perasaan  tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.
Pasien istirahat di tempat tidur saja. Pasien tidak bisa istirahat  dan tidur karena terus keluar mencret serta perasaan  tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.
D.  Aktivitas
Pasien sebagai guide freelance sejak sebulan tidak bekerja.
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care.
E.  Kebersihan diri
Jarang dilakukan.
Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri adalah lemah .
F.  Rekreasi
Tidak ada, hanya dengan memakai putaw.
Hanya ingin bercerita dengan petugas.

VI. Psikososial.
A.    Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.
B.     Sosial : sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.
C.     Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.

VII.    Pemeriksaan fisik
A.    Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat. Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6,  T 110/70 mmHg, N 120 x/menit, S 37,8 0C, RR 22 X/menit.

B.     Head to toe :
1.      Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau.
2.      Rambut. Rambut ikal, nampak kurang bersih.
3.      Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
4.      Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
5.      Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
6.      Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
7.      Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
8.      Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
9.      Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan,  perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
10.  Repoduksi
Penis normal, lesi tidak adai.
11.  Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
12.  Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.

VIII. Pemeriksaan penunjang
A.    Laboratorium :
Tanggal 10-1 2002
Hb                   : 8,7
Leukosit          : 8,8
Trombosit        : 208
PCV                : 0,25


Terapi : tanggal 14-1-2002
-          Diet TKTP
-          RL 14 X/mnt
-          Cotimoxazol          : 2 X II tab
-          Corosorb               : 3 X 1 tab
-          Valium                  : 3 X 1 tab




Analisa data
Data pendukung
Masalah
Etiologi
1.   Subyektif :
Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila melaukan aktivitas, terbatas.
Obyektif :
Keadaan umum lemah, pucat, ADL  sebagian dibantu, pasien partial care.
2.   Subyektif :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan.
    Obyektif   :
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor,  lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis.

3.   Subyektif :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari.
Obyektif :
Turgor masih baik,  inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit

4.   Subyektif  :
Pasien mengatakan kadang demam.
Obyektif :
Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD 110/70 mmHg, suhu 37,8.



5.   Subyektif  :
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena  tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur Jelantik dari Gereja Katedral.
Obyektif :
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2002, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.

Aktivitas






Nutrisi









Resiko defisit cairan tubuh








Resiko Infeksi






Resiko bunuh diri


Kelemahan






Intake yang tidak adekuat








Diare
Intake kurang







Immunocopromise






Harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)
1.      Resiko bunuh diri b.d harga diri rendah
2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3.      Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya kemugkinan imunokompromise.
4.      Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.
5.      Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional
Resiko melakukan bunuh diri  b.d keputusasaan.
Setelah 4 hari klien tidak membahayakan  dirinya sendiri secara fisik.
1.     Waspada pada setiap ancaman bunuh diri
2.     Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan klien

3.     Observasi secara ketat
4.     Observasi jika klien minum obat

5.     Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.

6.     Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram
7.     Dukung perilaku positif klien.
1.          Karena tanda tersebut sebagai tanda permintaan tolong
2.          Untuk mencegah penggunaan benda tersebut untuk tindakan bunuh diri
3.          Untuk mencegah jika  ditemukan gejala perilaku bunuh diri
4.          Obat mengandung antidepresan dapat mengurangi perilaku bunuh diri klien.
5.          Untuk meningkatkan harga diri klien

6.          Karena hal tersebut merupakan suatu cara mengelabui petugas.
7.          Meningkatkan harga diri klien
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

Setelah satu 4 hari perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan, tidak nyeri saat menelan, mulut bersih.
1.    Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2.    Monitor intake dan ouput.

3.    Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
4.    Anjurkan oral hygiene sebelum makan.

5.    Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.
6.    Timbang TB/BB

1.          Mengetahui jenis makanan yang lebih cocok
2.          Untuk membandingkan kebutuhan dengan suplai sehingga diharapkan tidak terjadi kurang nutrisi
3.          Untuk mengurangi kotoran dalam mulut yang dapat menurunkan nafsu makan.
4.          Untuk mengatasi penurunan keluhan makan

Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.

Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan kriteria intake seimbang output, turgor normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, tidak diare setealh 5 hari perawatan.
1.    Monitor tanda-tanda dehidrasi.

2.    Monitor intake dan ouput
3.    Anjurkan untuk minum peroral
4.    Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.

5.    Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
1.          Volume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat dikoreksi.
2.          Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
3.          Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
4.          Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak terpenuhi.
5.          Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Pada saat akan pulang pasien sudah mampu berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
1.    Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2.    Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.    Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat.

1.          Respon bervariasi dari hari ke hari
2.          Mengurangi kebutuhan energi

3.          Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunokompromise, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
1.      Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2.      gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.      Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4.      Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.      Atur pemberian antiinfeksi sesuai order  

1.          Untuk pengobatan dini
2.          Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
3.          Mencegah bertambahnya infeksi

4.          Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
5.          Mempertahankan kadar darah yang terapeutik





Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa kep.
Hari/tanggal
(jam)
Tindakan keperawatan
Evaluasi keperawatan

1.




1.        Meaaspadai setiap ancaman bunuh diri
2.        Menjauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan klien
3.      Mengobservasi  klien minum obat

4.     Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.
5.     Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram
6.     Dukung perilaku positif klien.


2.

10,30
7.    Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
8.    Monitor intake dan ouput
9.    Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
10.Anjurkan oral hygiene sebelum makan.

11.Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.
12.Timbang TB/BB

Jam 13.30
S : mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit
O: lemah, lidah bercak keputuihan
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan

3

10.30
6.    Monitor tanda-tanda dehidrasi.

7.    Monitor intake dan ouput
8.    Anjurkan untuk minum peroral
9.    Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
10.Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
Jam 13.30
S : mengatakan minum hanya 6 sendok, tidak merasa sedang menceret.
O: perut kembung, diare, encer, turgor menurun, membran mukosa kering.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
4.

11.00
4.    Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
5.    Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
6.    Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat.

Jam 13.30
S : mengatakan lemah.
O: perut kembung, terpasang infus, bed rest, lemah, pucat.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan

5.

10.30
7.      Monitor tanda-tanda infeksi baru.
8.      gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
9.      Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
10.   Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
11.   Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
Jam 13.30
S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, perawat menggunakan masker
A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan dipertahankan

6.


12.00
1.       Mengkaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya : sedih melihat kondisi pasien, keluarga mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui bahwa suami mengkonsumsi putaw yang akhirnya seperti sekarang ini.
2.       Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.       Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 13.00
S : keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada anak-anaknya,
O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar
A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan dipertahankan

1.
Kamis, 6 – 12 -2001
17.00
1.       Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.
2.       Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi, imagery seperti yang dijelaskan

Jam 20.00
S : mengatakan nyeri, skala 3.
O: meringis, T 110/80 mmHg, N 80 X/menit, RR 18 X/menit, meringis
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri menignkat

2.

17.00
1.       Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan.
2.       Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan.
3.       Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti biskuit atau roti
4.       Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin

Jam 20.00
S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit
O: lemah, lidah bercak keputihan, anoreksia, pucat, konjungitva anemis
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan

3.

17.00

1.       Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.
2.       Memonitor intake dan ouput
3.       Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien.
4.       Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.
5.       Menyiapkan obat Cotriomiksasol dan hidrase untuk diminum
Jam 20.00
S : mengatakan minum hanya 4 sendok, mencret 3 kali
O: perut kembung, diare, encer, turogor menurun, membran mukosa keirng.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan

4.

17.00
1.       Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan metode mencegah transmisi HIV.
2.       Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution (universal precaution) bila merawat pasien dengan menggunakan masker.

Jam 20.00
S : --
O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit, perawat menggunakan masker, menggukan tisue.
A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan dipertahankan
5.
19.00

1.       Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
2.       Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 19.00
S : keluarga mengatakan mampu menerima keadaan suaminya, mengatakan kecewa mengapa saat pisah tidak mengetahui kalau suaminya konsumsi putaw.
O: mengungkapkan perasaan, tenang
A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan dipertahankan

1.
Jumat, 07 –12  - 2001
10.00


Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan nyerinya.

Jam 16.00
S : mengatakan nyeri, skala 3.
O: meringis, T 100/70 mmHg, N 88 X/menit, RR 12 X/menit, meringis
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri meningkat
2.
10.30
Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu menggosok gigi atau kumur-kumur.

Jam 16.00
S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu makan, menelan sakit
O: lemah, bercak keputihan berkurang
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
3.
14.00
1.    Menganjurkan untuk minum peroral sesuai kemampuan pasien : 4-5 gelas hari
2.    Mengatur pemberian infus RL 15 tetes/menit.
Jam 16.00
S : mengatakan minum hanya 4 sendok, tidak merasa sedang menceret.
O: diare, encer, turgor menurun, membran mukosa kering.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
4.
14.00
Memonitor respon  terhadap aktivitas : tidak mampu bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
Jam 16.00
S : mengatakan lemah.
O: terpasang infus, bed rest, lemah, pucat, ADL dibantu
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
5.
14.30
Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya : mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung tangan
Jam 16.00
S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
O: T 100/70 mmHg, N 90 X/menit, RR 16 X/menit, perawat menggunakan masker
A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan universal precaution
P: tindakan keperawatan dipertahankan
6.
15.00
1.    Mendengarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal
2.    Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Jam 16.30
S : keluarga mengatakan sudah bisa menerima keadaan pasien.
O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar
A : keluarga sudah membentuk koping untuk penyesuaian.
P: tindakan keperawatan dihentikan

Previous
Next Post »

Translate