Mata Kuliah : Metodologi
Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN “M” DENGAN GANGGUAN SISTEM UROGENITALIA – UROLITHIASIS
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena ridho dan
hidayah-Nyalah, sehingga makalah kami yang berjudul : UROLITIASIS dapat selesai
dalam waktu yang singkat.
Dan
tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ns. Edison
Siringo-ringo, S.Kep, selaku pembimbing kami dalam penyusunan makalah kami ini.
Kami
menyadari sebagai manusia biasa tentu tidak luput dari berbagai kesalahan.
Untuk itu saran dari teman-teman yang sifatnya membangun, kami tunggu. Dan
mudah-mudahan dengan adanya makalah kami dapat memberi manfaat yang besar bagi
teman-teman terutama aplikasinya dalam asuhan keperawatan, serta pengetahuan
tentang kedua penyakit ini bertambah.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB
I KONSEP DASAR MEDIS ................................................................... 1
A.
Definisi ............................................................................................. 1
B.
Etiologi ............................................................................................. 1
C.
Patofisiologi dan Penyimpanan
KDM ............................................. 2
D.
Manifestasi Klinik ............................................................................ 3
E.
Penatalaksanaan Medis .................................................................... 3
F.
Prognosa ........................................................................................... 4
BAB
II KONSEP DASAR KEPERAWATAN ................................................ 5
A.
Riwayat Keperawatan ...................................................................... 5
B.
Diagnosa Test ................................................................................... 6
C.
Masalah / Diagnosa Keperawatan .................................................... 7
BAB III KASUS .................................................................................................. 15
A.
Pengkajian Data Dasar ..................................................................... 15
B.
Diagnosa Keperawatan .................................................................... 23
C.
Rencana Tindakan Keperawatan ..................................................... 24
D.
Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 26
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi
Urolithiasis
adalah penyakit dimana didapatkan batu didalam saluran kemih yang dimulai dari
kaliks sampai uretra.
B. Etiologi
- Faktor endogen
Misalnya faktor genetik, usia
lebih banyak pada usia 35 – 50 tahun dan jenis kelompok lebih banyak pada pria.
- Faktor eksogen
Misalnya faktor lingkungan,
pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan dalam air minum.
- Gangguan aliran kencing
- Infeksi saluran kemih
- Kekurangan cairan
C. Fatofisiologi dan Penyimpangan KDM
Faktor eksogen Faktor endogen Gangguan ISK Kekurangan
aliran
kencing cairan
UROLITHIASIS
Perubahan
status kesehatan
Hospitalisasi
|
Penekanan/distorsi
Jaringan setempat
Pelepasan mediator kimia
(biaksdin)
Merangsang nosireseptor
Impuls ke talamus
Corteks
cerebri
Nyeri
|
Obstruksi saluran
kemih
Pengeluaran urin
Inkomplit
Kapasitas
vesica
urinaria
Perubahan
eliminasi
Urine
|
Upolitiasis dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor yaitu faktor endogen, yaitu genetik. Faktor oksogen yaitu
lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, ISK dan kurangnya pemasukan cairan
dalam tubuh. Semua hal diatas menyebabkan terjadinya perubahan status penekanan
/ distori jaringan, sehingga merangsang mediatorkimia yaitu bradikinin, dan
nosiseptor terangsang diteruskan ke thalamus dan certex serebri maka nyeri
dipersepsikan menyebabkan pengeluaran urin inkomplit sehingga meningkat maka
terjadi perubahan Eliminasi Urine (B4K).
D. Manifestasi Klinik
- Adanya batu dalam traktus uranius bergantung pada adanya obstuksi, infeksi dan edema.
- Ketika batu menghambat aliran urine terjadi obstuksi yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia,pasien sering merasa berkemih namun hanya sedikit yang keluar.
- Adanya batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi urinarius dan Homaturia.
E. Penatalaksanaan Medik
Tujuan Pengelolaan batu saluran kencing adalah :
-
Menghilangkan Obstruksi
-
Mengobati infeksi
-
Menghilangkan rasa nyeri
-
Mencegah
terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah yang
diambil :
1.
Diagnosis
yang tepat mengenai adanya batu. Lokasi dan besarnya
batu.
2.
Menentukan adanya akibat batu
saluran kencing :
-
Nyeri
-
Obstruksi disertai perubahan
pada ginjal
-
Infeksi
-
Adanya gangguan fungsi ginjal.
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa
nyeri
4.
Analisis batu
5.
Mencari latar belakang
terjadinya batu
6.
Mengusahakan pencegahan
terjadinya rekurensi
F. Prognosis
Prognosis batu saluran kencing
bergantung dari faktor :
-
Besarnya batu
-
Letak batu
-
Adanya infeksi
-
Adanya obstruksi
Makin besar batu makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena
faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga
prognosis menjadi jelek.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
RIWAYAT KEPERAWATAN
- Aktifitas / Istirahat
Gejala :
Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya.
- Sirkulasi
Tanda : Peninggian TD / nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
kulit hangat dan
kemerahan, pucat.
- Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus)
Penurunan keluarnya
urine, kandung kemih penuh
Rasa terbakar,
dorongan kemih.
Diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, piuria
Perubahan pola
berkemih.
- Makanan / Cairan
Gejala : Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
Diet tinggi purin,
kalsium oksalat dan atau tostat
Ketidakcukupan
pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
- Nyeri / Keamanan
Gejala : Episode
akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh pada panggul
di Regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke
lipat paha / genetalia.
Nyeri dangkal
konstan menunjukkan kalkulus ada dipervis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut bebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan umum.
- Kenyamanan
Gejala : Penggunaan
alkohol
Demam menggigil
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gaut isk kronik.
Riwayat penyakit
usus halus, bedah abdomen sebelumya, hiperparatirioidisme.
Penggunaan
antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
B.
DIAGNOSA TEST
Urinalisasi : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat)
Urine : Kroatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksarat
Kultur urine : Mungkin menunjukkan isk
Survei biokimia : Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam
urat, fosfat, protein.
Kadar Klorida dan : Peninggian kadar klorida dan penurunan
kadar
biokarbonat serum biokarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
Hitung darah Lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi.
SDTU : Biasanya normal.
Hormon paratioroid : Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal.
Fotoronsen kub : Menunjukkan adanya kalkuli dan / atau
perubahan anatomik pada darah ginjal dan sepanjang ureter.
IVP : Memberikan informasi cepat tentang
orolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul, menunjukkan
abnormalitas pada struktur anatomik.
Sistonreterokopi : Visualisasi langsung kandung kemih dan
ureter dapat menunjukkan batu dan / atau efek obstruksi.
Ultra sond ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi lokasi
batu.
C.
MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
Nyeri
b/d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ueteral, trauma, jaringan,
pembentukan edema, iskemia seluler d / d keluhan nyeri kolik, perilaku
melindungi idistraksi, merintih, fokus pada
-
Perubahan
eliminasi urin b / d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau
urateral, obstruksi mekanik, inflamasi. d/d urgensi dan frekuensi, oliguria,
hematuria.
-
Kekurangan
volume cairan resiko tinggi terhadap b/d mual-mual, diuresis pasca obstruksi
d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat
diagnosa actual.
-
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan / mengingat, salah interprestasi informasi, tidak mengenai sumber
informasi. d/d pertanyaan meminta informasi, pernyataan meminta informasi, pernyataan
salah konsepsi, menyatakan masalah, tidak akurat mengikuti instruksi /
terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
1.
Nyeri.
Mandiri
a. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0
- 10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peninggian TD dan nadi,
gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genetalia
sehubungan dengan Proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tibadan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gairah,
ansiktas berat.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya
melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian / karakteristik nyeri.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesi sesuai waktu
(membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan
ansictas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu / terjadi
komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya
menunjukkan lewatnya batu.
c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan
punggung, lingkungan istirahat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan
koping.
d. Bantu dan dorong penggunaan napas
berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik.
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
e. Dorong / bantu dengan ambulasi sering
sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3 – 4 liter / hari
dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu mencegah stasis urine,
danemembantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
f. Perhatikan keluhan peningkatan /
menetapnya nyeri abdomen.
Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravorasi urine ke dalam area perirenal. Ini
membutuhkan kedaruratan bedah akut.
Kolaborasi
a.
Berikan obat sesuai indikasi :
Narkotik, contoh meperidin
(Demerol), morfin.
Rasional : Biasanya di berikan selama episode akut untuk menurunkan kolik
uretral dan meningkatkan relaksasi
otot / mental.
b. Antispasmodik, contoh flavoksat (uripas),
oksibutin (ditropan)
Rasional : Menurunkan refleks sporme dapat menurunkan kolik dan nyeri.
c.
Kolikosteroid.
Rasional : Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu
gerakan batu.
d.
Berikan kompres hangat pada
punggung
Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme.
e. Pertahankan potensi keteter bila
digunakan.
Rasional : Mencegah stosis / retensi urine, menurunkan resiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi.
2.
Eliminasi Urine
Mandiri
- Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal
dan adanya komplikasi, contoh : infeksi dan pendarahan-pendarahan dapat
menidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter, catatan : pendarahan
sehubungan dengan ulserasi ureter jantung.
- Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf
yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan
urgensi meningkat bila kalkulus mendekat pertemuan uretro vesikal.
- Dorongan meningkatkan pemsukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri darah
dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
- Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.
Rasional : Penemuan batu memungkinkan identifikasi
tipebatu dan mempengaruhi pilihan terapi.
- Selidiki keluhan kandung kemihpenuh, palpsi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine adanya edema periorbital / tergantung.
Rasional : Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan
distensi jaringan (kandung kemih dan ginjal) dan potensial resiko infeksi
ginjal / ginjal.
- Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Kolaborasi
- Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin.
Rasional : peninggian BUN kreatinin dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal.
- Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas, berikan contoh : obat sesuai, indikasi.
Rasional : menentukan adanya ISK, yang penyebab /
gejala komplikasi
3.
Kekurangan volume cairan
Mandiri
- Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran
Rasional : Membandingkan keluaran aktual dan yang
diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat statis / kerusakan
ginjal.
b. Intervensi : Catat insiden, muntah, diare. Perhatikan
karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau
mencetuskan
Rasional : Mual / muntah dan diare secara umum berhubungan
ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.
c. Intervensi : Tingkatan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari
dalam toleransi jantung.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostatis juga tindakan “mencuri” yang dapat membilas batu keluar. Dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan
cairan berlebihan.
d. Intervensi : Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian
kapiler, turgur, kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator hidrasi / volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
Catatan :
penurunan LFG merangsang produksi rennin yang bekerja untuk meningkatkan
TD dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal.
e. Intervensi : Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Peningkatan berta badan yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
Kolaborasi
a.
Intervensi : Awasi
Hb / Ht elektrolit
Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan
intervensi
b.
Intervensi : Berikan
cairan IV
Rasional : Mempertahankan volumesirkulasi (bila pemasukan
oral tidak cukup) meningkatkan fungsi ginjal.
c. Intervensi : Berikan diet cepat, cairan jernih, makanan
lembut sesuai toleransi.
Rasional : Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
GL/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
d. Intervensi : Berikan obat sesuai indikasi antiemetik
contoh proklor perazin.
Rasional : Menurunkan
mual / muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Mandiri
a. Intervensi : Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa
datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Intervensi : Tekanan pentingnya peningkatan pemasukan
cairan, contoh : 3-4 L/hr atau 6-8 L/hr. Dorong pasien untuk melapornya, mulut
kering, diuresis berlebihan / berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan
cairan baik bila haus atau tidak.
Rasional : Pembulatan sistem ginjal menurunnya
kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu peningkatan kehilangan cairan /
dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.
c. Intervensi : Kaji ulang program diet, sesuai individual.
Rasional : Diet tergantung pada tipe batu. Pemahaman
alasan pembatasan memberikan kesempatan pada pasien membuat pilihan informasi,
meningkatkan kerjasama dalam program dan dapat mencegah kekambuhan.
d.
Intervensi : Diet
rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum
alkohol.
Rasional : Menurunkan pemasukan oral terhadap prekusur
asam urat.
e.
Intervensi : Diet
rendah kalsium. Contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yoghurt.
Rasional : Menurunkan resiko pembentukan batu kalsium.
f. Intervensi : Diet rendah oksalat. Contoh pembatasan
coklat, minuman mengandung kafein, bit, bayam.
Rasional : Menurunkan pembentukan batu kalsium oksalat
g. Intervensi : Diskusikan program obat-obatan, hindari obat
yang dijual bebas dan membaca semua label produk / kandungan dalam makanan
Rasional : Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau
mengalkalikan urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. Makan
produk yang mengandung bahan yang dikontraindikasikan secara individu. (Contoh
: kalsium fosfat) potensial pembentukan obat ulang.
h. Intervensi : Mendengar dengan aktif tentang program
terapi / perubahan pola hidup.
Rasional : Membantu pasien, bekerja melalui perasaan
dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi.
i.
Intervensi : Identifikasi
tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik. Contoh
: nyeri berulang, hematuria, oliguria.
Rasional : Dengan peningkatan kemungkinan berulangnya
batu, intervensi segera dapat mencegah implikasi serius.
j.
Intervensi : Tunjukan
perawatan yang tepat terhadap insisi / kateter bila ada
Rasional : Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan
kemandirian.
BAB
III
K
A S U S
A.
Pengkajian Data Dasar
No. RM :
Tanggal : 15-11-2005
Tempat : I III B RSU Pelamonia
1.
Data Umum
a.
Identitas klien
Nama : Tn. M Umur : 51
th
Tempat / tgl lahir : Toraja, 1957 Jenis
kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Menikah Agama : Kristen
Pendidikan terakhir : SMA Suku : Toraja
Pekerjaan : Kapten Lama
kerja : 29 th
Alamat : Tator Telepon : -
Tanggal
masuk RS : 15-11-2005 Ruangan : I III B RSU Pelamonia
Golongan
darah : A Sumber
info : Klien dan
keluarga
b.
Penanggung Jawab
Nama : Ny. A Umur : 47
th
Pendidikan
terakhir : SMP Pekerjaa : -
Hubungan dengan klien : Istri Telepon : -
Alamat : Tator
2.
Riwayat Kesehatan saat ini
a.
Keluhan
utama : sakit pinggang tembus belakang
b.
Riwayat penyakit klien :
·
Klien
pernah mengalami sakit pinggang beberapa tahun yang lalu
·
Klien
pernah dirawat di RSU Pelamonia dengan diagnosa APP, maag, tumor jinak di
punggung
·
Sakit
pinggang timbul apabila klien lama duduk dan kurang minum air
·
Nyeri
pinggang tidak berhubungan dengan perubahan cuaca.
c.
Riwayat kesehatan masa lalu
·
Klien
tidak eprnah mengalami penyakit akut maupun kronik, kecuali flu, demam biasa,
batuk-batuk ringan.
·
Klien
pernah dirawat dengan penyakit maag sebanyak 2 kali di RSU Pelamonia.
·
Klien
juga pernah dirawat degan penyakit APP dan tumor jinak di RSU Pelamonia.
·
Riwayat
penyakit batu ginjal sudah dialami beberapa tahun lalu
·
Klien
pernah dioperasi 2 kali dengan penyakit APP dan tumor jinak
·
Klien
tidak mengalami alergi terhadap makanan atau minuman serta suasana tertentu.
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan :
= laki-laki
O = perempuan
+ =
meninggal
n =
klien
---- = hidup bersama
Generasi
I + II = orangtua dan beberapa saudara klien meninggal
tanpa diketahui jenis penyakitnya
Generasi III = ada anak klien yang menderita penyakit maag
dan tidak menderita penyakit lain.
e.
Riwayat psikospiritual
-
Pola
koping : klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadinya di hari tua
-
Harapan
klien tentang penyakitnya : klien berharap cepat sembuh dan kembali
bekerja
-
Faktor stressor : ingin
cepat sembuh
-
Konsep
diri : klien tidak merasa rendah diri karena
penyakitnya karena dianggap wajar terjadi di hari tua
-
Pengetahuan
klien : klien menyatakan bahwa penyakitnya terjadi akibat banyak duduk dan
dalam melaksanakan tugas kurang minum air
-
Hubungan
dengan anggota keluarga : baik, klien sering berkunjung ke rumah
keluarga bila lagi liburan dan hari raya
-
Hubungan
dengan masyarakat : klien ikut dalam organisasi di lingkungannya
dan bergabung dengan anggota sebayanya bila ada
acara di sekitar lingkungannya.
-
Aktivitas
sosial : klien mau mengikuti kegiatan dari masyarakat bila ada waktu dan
kesempatan
-
Kegiatan keagamaan : klien
rajin ibadah
f.
Kebutuhan dasar
-
Pola
makan : keluarga dan klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur,
lauk dan kadangkala buah-buahan. Klien kadang kala makan tidak teratur karena
tugas dan pekerjaannya. Makanan pantangan tidak ada, klien tidak mau
memilih-milih makanan.
-
Pola
minum : klien kadangkala tidak minum / kurang minum akibat tugas dan
tanggungjawab, minuman kesukaan adalah kopi setiap pagi dan sore.
-
Pola elimininasi :
BAK : klien
buang air kecil lancar, namun kadangkala terasa sakit karena kurang minum air
dengan warna urin kadang jernih dan kadang kekuning-kuningan.
BAB : klien
BAB 1 x sehari, konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat BAB, warna feses
kuning dan tidak dijumpai kelainan.
-
Pola
tidur : klien tidur tidak teratur karena tugas dan pekerjaan yang banyak
menyita waktu dan pikiran
-
Aktivitas
sehari-hari : klien mengatakan ia bekerja sebagai kapten dan setiap hari keluar rumah
pagi dan kadang malam baru pulang ke rumah. Klien biasa
mengikuti acara kemiliteran pada waktu malam.
g.
Pemeriksaan Fisik
-
Sistem
pernapasan : klien tidak merasa sesak, pernapasan teratur dengan frekuensi 26 x
/ menit. Tidak ada gangguan pernapasan.
-
Sistem kardiovaskuler : saat
pemeriksaan TD = 120/90
Frekuensi
jantung 88 x / menit, tidak ada gangguan berarti.
-
Sistem
genitourinaria : nyeri saat miksi (+), urine berwarna kuning, tidak dijumpai
partikel darah atau lainnya. Nyeri ketukan pada
pinggang.
-
Sistem
muskoskeletal : kekakuan oto (-), tonus otot sedang, atropi otot (-), nyeri tekan
(-), edema (-), kelemahan (-).
-
Sistem gastrointestinal : tidak ditemukan kelainan, mual (-), selera
makan baik, nyeri epigastrum (-), kadnag-kadang diare, tapi tidak begitu
mengganggu, konstipasi jarang.
-
Sistem
neurologi : kehilangan memori (-), komunikasi lancar dan jelas, orientasi
terhadap orang baik, waktu dan tempat baik, emosi dapat dikendalikan, tenang,
tremor (-).
-
Sistem
endokrin : riwayat DM (-) dan riwayat makan berlebih (-), belum pernah
dideteksi akibat gangguan metabolisme lainnya.
-
Sistem
respiratoris : sistem pernapasan baik, tidak ada bunyi / gangguan saluran
pernapasan.
-
Sistem
pendengaran : pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
-
Sistem
penglihatan : penglihatan klien baik, tidak menggunakan alat bantu / kacamata
h.
Pemeriksaan Diagnostik
- USG
- darah lengkap
i.
Penatalaksanaan Medis
- Inf. RL
- Inj.
Buscopan 1 ampul / 8 jam
- Inj. Cepro 2 x 1
- Inj. Ulcumet 1 ampul / 8 jam
KLASIFIKASI DATA
Data subyektif
1. Klien mengeluh sakit pinggang tembus
belakang
2. Klien menyatakan nyeri tekan pada pinggang
kanan
3. Klien menyatakan sakit saat miksi
4. Klien menyatakan kurang minum
5. Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Data obyektif
1. TD = 120/90
P = 26 x / menit
Frekuensi jantung = 80
x / menit
2. Warna urine klien jernih dan
kekuning-kuningan
G. ANALISIS DATA
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
KEPERAWATAN
|
DS
Ø Klien mengeluh sakit pinggang tembus
belakang
Ø Klien menyatakan nyeri tekan pada
pinggang kanan
Ø Klien menyatakan sakit saat miksi
|
Penekanan
/ distorsi jaringan setempat
¯
Pelepasan
mediator kimia (bradikidin)
¯
Merangsang
nosireseptor
¯
Implus
ke thalamus
¯
Cortex
serebri
¯
Nyeri
|
Nyeri
|
DS
Ø Klien menyatakan kurang minum
Ø Klien menyatakan sakit saat miksi
DO
Ø Warna urine klien jernih dan
kekuning-kuningan
|
Obstruksi saluran kemih
¯
Pengeluaran urine inkomplit
¯
Kapasitas vesika urinaria
¯
Perubahan eliminasi urine
|
Perubahan Eliminasi Urine
|
DS
Ø Klien menyatakan tidak tahu tentang
penyakitnya
|
Perubahan
status kesehatan
¯
Hospitalisasi
¯
Kurang
informasi tentang penyakit
¯
Kurang
pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth .J,
2000. Faku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.
Doengos E. Marilynn, dkk. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit buku Kedokteran EGC.
Soeparman, DR. Dr. dkk.
1990. Ilmu Penyakit dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Suddarth dan Brunner, dkk.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2. Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Wilson .m. Lorraine & Price A. Sylvia, 1995. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
ConversionConversion EmoticonEmoticon