BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keganasan mulut rahim merupakan
keganasan wanita yang paling banyak dijumpai. Perkembangan keganasan mulut
rahim berjalan sangat lambat tetapi ironisnya sebagian besar kedatangan
penderita sudah dalam stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak memuaskan.
Ketidakmengertian masyarakat dan rendahnya sosial ekonomi merupakan kendala
utama keterlambatan memeriksakan diri. Maka upaya yang dilancarkan adalah
bagaimana mendorong masyarakat agar dapat memeriksakan diri dan menemukan
stadium dini keganasan mulut rahim yang merupakan salah satu tugas Bidan di
masyarakat (IBG Manuaba, 1998 : 427).
Dalam menghadapi penyakit keganasan
(kanker) dikenal motto diagnosa dini menyelamatkan jiwa penderita. Atas dasar
landasan ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan diri secara rutin sehingga
setiap perubahan dapat diketahui dengan lebih dii dan dapat ditingkatkan usaha
promotif, preventif, kuratif (pengobatan) serta rehabilitatif (penyembuhan)
(IBG Manuaba, 1999 : 66).
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Setelah praktek klinik
diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada
Ny.”S” dengan Ca cervix melalui pendekatan manajemen Kebidanan.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi
Kebidanan dapat :
1.2.2.1 Melakukan pengkajian (mengumpulkan data)
pada Ny.”S” dengan Ca cervix tingkat II post chemotherapie dan operasi,
persiapan radiotherapie.
1.2.2.2 Menegakkan diagnosa atau masalah.
1.2.2.3 Mengantisipasi masalah potensial yang ada.
1.2.2.4 Menentukan kebutuhan segera atas diagnosa
yang telah diambil.
1.2.2.5 Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
1.2.2.6 Melaksanakan rencana yang telah
ditentukan.
1.2.2.7 Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang
telah dilakukan.
1.3
Batasan Masalah
Mengingat Asuhan Kebidanan
pada pasien dengan Ca cervix banyak, dengan waktu dan kemampuan penyusun yang
cukup maka penyusun membatasi makalah ini hanya pada Asuhan Kebidanan pada
Ny.”S” dengan Ca cervix tingkat II post chemotherapie dan operasi, persiapan
radiotherapie.
1.4
Metode Penulisan
1.4.1
Studi
Kepustakaan
Dalam penyusunan Asuhan
Kebidanan ini, sebagai pedoman penulis mempelajari buku-buku yang berhubungan
dengan Ca cervix.
1.4.2
Praktek
Langsung
Penyusun melakukan observasi,
melakukan Asuhan Kebidanan pada pasien dengan Ca cervix tingkat II post chemotherapie
dan operasi, persiapan radiotherapie.
1.4.3
Bimbingan
dan Konsultasi
Penyusun melakukan bimbingan
dan konsultasi dengan pembimbing baik yang ada di lahan praktek maupun di
kampus Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Pathologi
2.4 Gejala Klinik
2.5 Tingkat atau Derajat Keganasan
2.6 Diagnosis
2.7 Prognosis
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Konsep Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Pengembangan Rencana
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Kanker
merupakan sel yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali, sel ini mampu
merembet ke bagian organ tubuh lainnya dan tidak pilih tempat.
Kanker
leher rahim (serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (http://www.medicastore.com.2008, 20
Mei).
2.2
Etiologi
Sebab
langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik. Diantaranya yang
penting jarang ditemukan pada perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang
kawin daripada yang tidak kawin. Terutama pada gadis yang coitus pertama
(coitrache) dialami pada usia sangat muda (kurang dari 16 tahun).
Insiden meningkat pada :
1. Tingginya paritas.
2. Jarak persalinan yang terlampau adekuat.
3. Golongan sosial ekonomi rendah (hygiene
seksual).
4. Aktivitas seksual yang sering berganti
pasangan.
5. Wanita yang suaminya tidak disirkumsisi.
6. Sering ditemukan pada wanita yang
mengalami virus HPV (Human Papiloma Virus) type 16 dan 18.
7. Wanita dengan kebiasaan buruk, merokok,
minum-minuman keras, narkotika.
(Abdul Bari Saifuddin, 1999 :
381)
2.3
Patologi
Ca cervix
timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektocervix (porsio) dan endocervix
kanalis servikalis yang disebut Squamo Columar Junction (SCJ). Histologik
antara epitel gepeng berlapis (squamus compex) dari porsio dengan epitel
kugoid/silindris. Pendek selapis vercilia dan endocervix kanalis servikalis.
Pada wanita muda SCJ ini berada di ostium uteri eksternum. Pada wanita 35 tahun
SCJ berada dalam kanalis servikalis. Maka pap smear yang efektif, yang dapat
mengusap zona transformasi. Pada awal perkembangannya Ca cervix tidak memberi
tanda-tanda keluhan-keluhan sebagai porsio yang erosi (metaplasia squamosis)
yang fisiologis atau patologis.
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik
Mulai dari SCJ ke arah lumen
vagina sebagai masa poliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam
trauma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi.
3. Ulserasif
Mulai dari SCJ dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk
menjadi ukur yang luas.
Serviks
yang normal secara alami mengalami metoplasia (erosi) akibat saling desak,
mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi dengan masuknya multagen. Portio
yang erosi (metaplasta squamous) yang semula faal atau fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (diaplastik diskariotik) melalui tingkatan UN I, II, III, dan
KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif, proses keganasan akan berjalan
terus. Periode laten tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase
pra invasif antara 3 tahun-20 tahun (rata-rata 5 tahun-10 tahun).
Perubahan
epitel diaplastik serviks shering kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi
spontan dengan pengobatan atau tanpa diobati, itu dikenal untitasian consept.
Dari Richart hispologi sebagian besar (95%-97%) berupa epidermoid atau squamous
cell carsinoma yang paling jarang adalah sarkoma.
Penyebaran pada umumnya secara
limfogen melalui pembuluh getah bening menuju ke arah antara lain :
1. Ke arah vorniks dan dinding vagina.
2. Ke arah korpus uterus.
3. Ke arah parametrilir dan dalam tingkatan
yang mengilfiltrasi sektum retro vagina dan kandung kemih.
Melalui
pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat menyebar
ke kelenjar ketiak luar dan dalam. Penyebaran melalui pembuluh darah atau blood
borne metastasis tidak lazim. Carcinoma serviks uteri pada umumnya terbatas
pada daerah panggul saja, tergantung dari kondisi imunologik tubuh pasien. KIS
akan berkembang micro invasif dengan menembus membran basalis dan kemudian
menjadi invasif dan keganasan (Abdul Bari Saifuddin, 1999 : 381-383).
2.4
Gejala Klinik
1. Keputihan
Getah yang keluar dari vagina,
ini makin lama, akan berbau busuk akibat infeksi yang nekrosis jaringan.
2. Perdarahan post coitus (perdarahan
kontak).
3. Perdarahan spontan pervaginam.
4. Gangguan siklus haid.
5. Adanya anemia.
6. Rasa nyeri (akibat infiltrasi tumor ke
serabut saraf).
7. Gejala lain yang dapat timbul ialah gejala-gejala
yang disebabkan oleh metastasis janin, antara lain kegagalan faal ginjal dan
lain-lain.
2.5
Tingkat atau Derajat Keganasan
1. Tingkat Presentasi
mengandung tumor
Ib 10-20%
II 30%
III 60%
IV 100%
Ket : Merupakan hubungan tingkat klinis dengan
kelenjar daerah yang mengandung tumor.
2. Tingkat keganasan menurut Figo/Fbo 1978,
yang ditentukan dengan nekrosis umum :
Tingkat O : Carcinoma in situ, selaput basal masih utuh
disebut juga carsinoma intra epitel.
Tingkat IA : Carsinoma micro invasif
(early stroma invasio)
Proses telah menembus
selaput basal tetapi tidak jauh dari 3 ml dari selaput tersebut dan tidak di
banyak tempat (papri invasif tidak banyak) dan tidak terdapat sel ganas di
pembuluh darah atau pembuluh limfe.
Tingkat IB
: Proses
masih terbatas di porsio tetapi sudah terjadi invasif sel tumor ganas yang
lebih jauh dari IA.
Tingkat IC : Proses tidak nyata secara klinis tetapi secara
histopatologik ternyata sudah terjadi invasi sel ganas.
Tingkat IIA : Proses sudah meluas ke vagina dalam batas 2/3
doximal, sedangkan prametrium masih bebas dari proses.
Tingkat IIB : Proses sudah meluas ke parametrium tetapi
belum sampai pada dinding panggul. Proses pada vagina tidak menjadi persoalan
selama masih dalam batas-batas 2/3 proximal.
Tingkat IIIA : Proses sudah meluas 1/3 distal vagina, proses
pada parametrium tidak mencapai dinding panggul.
Tingkat IIIB : Proses sudah sampai dinding panggul dan tidak
terdapat daerah bebas antara portio dengan proses pada dinding tersebut, proses
pada vagina tidak menjadi persoalan.
Tingkat IVA : Proses sudah mencapai mukosa rektum atua
vesika urinaria atau sudah keluar dari panggul kecil metastasis jauh belum
terjadi.
Tingkat IVB : Sudah menjadi tingkat metastasis jauh.
(Abdul
Bari Saifuddin, 1999 : 384-385)
2.6
Diagnosis
Dengan
membuat diagnosa sedini mungkin dan memulai pengobatan yang sesuai, hasil yang
diperoleh akan baik, sehingga tidak sepatutnya orang tersebut meninggal dunia
akibat Ca cervix uteri. Pemeriksaan yang dilakukan disamping untuk mencari MIS
dan Ca cervix uteri adalah untuk menemukan secara dini ginekologik lain.
Diagnosa
harus dipastikan dengan pemeriksaan histopatologik sebelum pengobatan dimulai.
Jika ralpaskop tidak tersedia hasil pemeriksaan sitologik usapan yang mencurigakan
memerlukan biopsi pada lesi yang dicurigai. Diusahakan jaringan sekat ikut
diperiksa agar dapat dinilai kesediaan hasil sitologik ulangan tetap
mencurigakan atau menunjukkan keganasan maka konisasi merupakan usaha
selanjutnya untuk mencapai keganasan.
Jika
usaha-usaha tersebut keganasan belum juga dapat ditentukan lokasinya maka perlu
dilakukan dengan bimbingan kalposkopi sehingga frekuensi kanisasi menjadi
sangat kurang, lagi pula kalposkopi sudah seharusnya dilakukan sebagai bagian
dari pemeriksaan ginekologi rutin.
2.7
Prognosis
Faktor-faktor yang menentukan
prognosis adalah :
1. Umur pasien.
2. Keadaan umum.
3. Tingkat klinik keganasan.
4. Ciri-ciri histologik sel tumor.
5. Kemampuan ahli atau tim yang menangani.
6. Saran pengobatan yang ada.
Tingkat kematian hidup (akte)
5 tahun menurut data internasional adalah :
Tingkat Akte
5 tahun
T5 Hampir
100%
T1 70-85%
T2 40-60%
T3 30-40%
T4 <
10%
2.8
Penatalaksanaan
1.
Pada tingkat Klinis KIS
a. Bila pasien masih muda dan ingin punya
anak. Dilakukan aplikasi radium dengan dosis 6500-7000 rads/chg dari titik A
tanpa penambahan penyinaran luar.
b. Bila penderita sudah tua dan sudah
mempunyai cukup anak dapat dilakukan hystesection sederhana agar penyakit tidak
kambuh (relapse).
2. Pada tingkat IA
Bila kedalaman invasi kurang
dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas serta tidak melibatkan
pembuluh limfe dan pembuluh darah, penanganan sama dengan tingkat KIS.
3. Pada tingkat IB dan IIA
Dilakukan histerektonie
radikal dengan limfa dektonie panggul pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan
penyinaran.
4. Pada tingkat IIB dan IIC dan IIIB
a. Pengobatan primer adalah radiotherapie.
b. Bilamana diperlukan penyinaran pasca
bedah, dilakukan radiasi luar dengan cabalt 60 dosis 5000 rads (fraksi 200
rads/hari) selama 5 hari (selama seminggu) karena sabtu dan minggu tidak ada
penyinaran radium 2 kali (interval 1-2 minggu).
5. Pada tingkat klinik IVA dan IVB
a. Penyinaran hanya bersifat paliatif.
b. Pemberian kemotherapie dapat
dipertimbangkan.
c. Bila penyakit kembali 1 tahun sesudah
penanganan lengkap dapat dilakukan operasi, jika therapie terdahulu radiasi dan
prosesnya masih terbatas pada panggul, jika tidak mungkin dilakukan dapat
dilakukan atau dapat dilakukan kemotherapie bila syarat terpenuhi.
d. Jika therapie terdahulu operasi sebaiknya
dilakukan penyinaran bila prosesnya masih terbatas pada panggul.
(Abdul Bari Saifuddin, 1999 :
387-388)
2.9
Konsep Asuhan Kebidanan
2.9.1
Definisi
Manajemen Asuhan Kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil
keputusan yang berfokus pada klien.
2.9.2
Proses
Manajemen Menurut Helen Varney (1997)
I.
Pengumpulan
Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap yaitu :
1. Riwayat kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan
sebelumnya.
4. Meninjau data laboratorium dan
membandingkan dengan hasil studi.
Pada langkah ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien, Bidan mengumpulkan data-data dasar awal yang lengkap.
II.
Interpretasi
Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh
membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien.
III. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
IV. Mengidentifikasi dan Menetapkan kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengindentifikasi perlunya
tindakan segera oleh Bidan atau dokter atau untuk dikonsulkan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain, sesuai dengan konsisi klien.
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dan proses manajemen kebidanan jadi
manajemen bukan hanya selama wanita tersebut bersama Bidan terus menerus.
Misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
Dokter atau tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini Bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
V.
Merencanakan
Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah-langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi, rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dan kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural
atau masalah psikologis.
VI. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh Bidan
atau sebagian dilakukan oleh Bidan dan sebagian lagi klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika Bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Jadi
mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk asuhan yang telah efektif.
I.
Pengkajian
Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar
tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien lain.
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, maka pengetahuan
ibu tentang penyakitnya makin kecil sehingga perlu diberi penyuluhan.
Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk
mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita
sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak.
Perkawinan : Beberapa kali kawin dan berapa lamanya untuk
membantu menentukan bagaimana keadaan alat reproduksi ibu.
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama. Agar dapat dipastikan ibu yang mana
yang hendak ditolong untuk kunjungan pasien.
b. Keluhan utama
-
Keluar
cairan berwarna putih.
-
Cemas.
-
Nyeri
perut bagian bawah.
c. Riwayat kesehatan
Ibu dengan riwayat penyakit
menular (TBC, AIDS, hepatitis) serta riwayat penyakit menurun maka perlu
pengobatan yang lebih intensif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga jika terdapat penyakit
menular (TBC, AIDS, hepatitis) serta penyakit keturunan memungkinkan ibu akan
tertular atau karier sehingga perlu diwaspadai untuk pengobatan selanjutnya.
e. Riwayat kebidanan
-
Haid
Menarche pada umur pubertas
12-16 tahun, selama haid siklus teratur 28-35 hari, lama 3-5 hari, dengan
pengeluaran darah ± 50-70 cc. Ibu tidak mengalami gangguan haid. Selama haid
tidak ditemukan keluhan pusing-pusing, pingsan ataupun tanda-tanda anemia yang
lain serta jumlah perdarahan yang berlebihan hingga ada sitosel, untuk
mengidentifikasi adanya resiko perdarahan.
-
Riwayat
kehamilan dahulu
Mengetahui apakah kehamilan
yang dahulu pada umur kesehatan reproduksi sehat atau tidak.
-
Riwayat
persalinan dahulu
Persalinan normal dan bersih
maka gangguan-gangguan yang terjadi pada alat-alat reproduksi akan semakin
minimal.
-
Riwayat
nifas dahulu
Nifas yang normal juga akan
membantu meminimalkan gangguan-gangguan yang mungkin timbul dalam masa
menopause.
f. Riwayat psikososial, budaya dan spiritual
1) Nutrisi
Makan-makanan yang bergizi dan
teratur serta dalam porsi yang wajar maka akan membantu ibu dalam pemenuhan
gizi, sehingga dapat membantu mempercepat pulihnya kesehatan ibu.
2) Aktivitas
Aktivitas yang berat dan dapat
mengganggu kesehatan ibu khususnya penyakit ibu sebaiknya dikurangi agar proses
pemulihannya lebih cepat.
3) Istirahat
Istirahat yang cukuppun dapat
membantu ibu memulihkan kondisinya. Jumlah istirahat yang baik ± 8 jam/hari.
4) Personal hygiene
Kebersihan badan khususnya
alat kelamin harus diperhatikan agar kuman-kuman tidak masuk dalam vagina dan
menambah parahnya penyakit.
5) Eliminasi
-
BAB
sebaiknya dilakukan setiap hari agar kotoran tidak tertumpuk di dalam sehingga
timbul masalah atau penyakit baru.
-
BAK
sebaiknya ± 4-5 kali/hari agar tidak ada penyakit baru yang juga bisa timbul
tidak terjadi.
6) Sexual
Sebaiknya ibu menghindari
hubungan seksual terlebih dahulu karena akan memungkinkan ibu terjadi
perdarahan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Penampilan :
Tanda-tanda
vital :
Suhu : Normal antara 360C-375 0C
bila lebih maka kemungkinan infeksi
Nadi : Normal kurang dari 100x/menit, bila lebih dari
100x/menit dan urine pekat, kemungkinan ibu dehidrasi, panas
Tekanan darah : Normal kurang dari 130/90 mmHg lebih dari
130/90 mmHg kemungkinan hypertensi.
Pernafasan : Normal 18-24x/menit, bila didapatkan pernafasan
pendek, tidak teratur, maka kemungkinan hipoksia/cyanosis.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada inspeksi kita melakukan
periksa pandang mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk melihat
kelainan-kelainan yang mungkin ada pada ibu yang dipengaruhi oleh timbulnya
penyakit atau yang dapat mengganggu penyembuhan penyakit tersebut.
Palpasi
Pada palpasi di daerah leher,
dada, perut dan tungkai kita dapat mengetahui apakah terdapat masa yang
abnormal dan kelainan lain yang timbul guna efektifnya pengobatan dan perawatan
selanjutnya.
Auskultasi
Dada : Kita dapat mendengar apakah pernafasan ibu
terdapat wheezing dan ronchi atau tidak
Perut
: Normal
bising usus adalah 20x/menit
c. Pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan spekulum
Mengetahui keadaan dalam
vagina ibu, kelainan-kelainan yang dapat diketahui untuk menegakkan diagnosa.
2) Laboratorium
Hb : Untuk mengetahui
bagaimana keadaan haemoglobin ibu, normal 12 gr%.
Golongan darah : Mempermudah
untuk persiapan transfusi darah bila diperlukan.
3) Biopsi jaringan serviks ® Menegakkan diagnosis
II.
Interpretasi
Data
Identifikasi masalah diagnosa
data atau berdasarkan interpretasi yang benar dari data-data yang benar dari
data yang terkumpul sebelumnya.
Diagnosa kebidanan : diagnosa
yang ditegakkan oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur (tatanama) diagnosa kebidanan.
Standart nomenklatur diagnosa
kebidanan :
1. Diakui telah disyahkan oleh profesi.
2. Berhubungan langsung dengan praktek
kebidanan.
3. Memiliki ciri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical judgement dalam
praktek kebidanan.
III. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Masalah yang sering timbul
atau muncul :
1. Cemas.
2. Nyeri.
3. Keputihan.
4. Potensial terjadi anemia.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera atau masalah potensial baik itu untuk melakukan konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah ini sebagai
cerminan keseimbangan dari proses manajemen kebidanan.
V.
Menyusun
Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Diagnosa : P....... dengan Ca cervix
Tujuan : Ibu mau melakukan anjuran petugas kesehatan
untuk melaksanakan pengobatan
Kriteria : - Keadaan umum baik
- Pasien mengerti tentang keadaannya dan bersedia
untuk melakukan pengobatan selanjutnya
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik
R/ Dengan pendekatan therapeutik ibu
lebih kooperatif.
2. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat
ini
R/ Memberi pengetahuan tentang
keadaannya saat ini
3. Motivasi pasien untuk dilakukan
pemeriksaan biopsi
R/ Dengan pemeriksaan biopsi maka
dapat diketahui keganasan
4. Lakukan informed consent
R/ Sebagai salah satu bentuk
persetujuan tindakan medis untuk pasien
5. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi
R/ Guna peningkatan suhu tubuh
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapie
R/ Sebagai fungsi dependent
7. Kolaborasi dengan lab
R/ Fungsi interdependent
8. Anjurkan kontrol
R/ Monitor keadaan pasien
Masalah I
: Nyeri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria : - Keadaan umum baik
- Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
- Ibu bersedia menjalani pengobatan lebih
lanjut.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan therapeutik
R/ Dengan pendekatan therapeutik ibu
lebih kooperatif
2. Jelaskan tentang penyakit dan akibat nyeri
pinggang secara singkat
R/ Memberi pengetahuan pada ibu
3. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan
(personal hygiene)
R/ Mengurangi infeksi
4. Anjurkan pada ibu untuk tidak menggunakan
bahan karet untuk celana dalam dan tidak berendam pada air hangat
R/ Dengan bahan karet dapat membuat
vagina lembab dan jamur atau candida dapat tumbuh subur.
Masalah II : Cemas
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria : - Keadaan
umum baik
- Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
- Ibu bersedia menjalani pengobatan lebih
lanjut.
Intervensi :
1. Berikan penjelasan tentang keadaan ibu
saat ini
R/ Ibu dapat mengetahui keadaan ibu
dan akan sedikit tenang
2. Jelaskan pada klien tentang akibat cemas
yang terus menerus
R/ Ibu dapat stress dan menghambat
proses penyembuhan
3. Jelaskan pada ibu tentang proses
pemeriksaan
R/ Ibu dapat lebih siap menghadapi
pemeriksaan
4. Beri dukungan pada ibu
R/ Ibu dapat sedikit lebih tenang
Masalah III : Keputihan
Tujuan : Keputihan berkurang
Kriteria : - Keadaan
umum baik
- Keputihan tidak gatal, bau dan berwarna
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan
terutama kebersihan alat kelamin
R/ Mencegah masuknya kuman dalam alat
kelamin
2. Anjurkan pada ibu untuk melakukan teknik
cebok yang benar
R/ Mencegah kuman dari anus masuk dalam
vagina
3. Anjurkan pada ibu untuk ganti celana dalam
sesering mungkin dan bila basah
R/ Mencegah terjadinya lembab yang
memungkinkan timbulnya jamur.
Masalah IV : Anemia
Tujuan : Anemia tidak terjadi
Kriteria : - Keadaan
umum baik
- Hb normal 12 gr%
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang
bergizi khususnya sayuran ibu
R/ Dalam sayuran hijau banyak
mengandung zat besi
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb)
R/ Mengatur kadar Hb ibu (menegakkan
diagnosa)
VI. Melaksanakan Perencanaan
Adalah lengkap pelaksanaan
rencana asuhan menyeluruh seperti pada langkah lima. Langkah ini bisa dilakukan
oleh Bidan atau sebagian oleh wanita tersebut. Jika belum ditugaskan oleh orang
lain tetapi Bidan memikul tanggungjawab tentang arah pelaksanaan.
VII. Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan
apakah rencana asuhan tersebut efektif. Jika memang efektif dalam
pelaksanaannya di dalam pendokumentasian atau catatan medik asuhan dapat
diterapkan dalam bentuk SOAP
S : Data
Subyektif
Data dari pasien didapat dari
anamnesa atau allo anamnesa
O : Data
Obyektif
Hasil
pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan pendukung lain juga
catatan medik lain
A : Analisis
dan interpretasi
Berdasarkan data yang
terkumpul dibuat kesimpulan
P : Planning
/ perencanaan
Merupakan
gambaran pendokumentasian dari tindakan (implementasi)
Evaluasi
rencana didalamnya termasuk :
-
Asuhan
mandiri.
-
Kolaborasi
-
Test
diagnostik/Lab
-
Konseling
-
Follow
up.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY.”S” DENGAN CA CERVIX
DI POLI PALIATIF PUSKESMAS BALONGSARI
SURABAYA
Pengkajian
Tanggal : 14-01-2008 Jam : 09.30 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama
pasien : Ny.”S”
Umur
: 46 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jln. Gedel Timur Gg. I Buntu
Status
perkawinan : 1x lamanya ±
Nama
suami : Tn.”A”
Umur
: 50 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SI
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jln. Gedel Timur Gg. I Buntu
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri perut
berkurang dan saat ini batuk dan kepala pusing (dengan riwayat Ca cervix post
chemotherapy dan operasi, persiapan radiotherapie).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Ibu mengatakan saat ini waktunya kontrol.
b. Ibu mengatakan nyeri perut berkurang.
c. Ibu mengatakan saat ini mengeluh batuk dan
pusing sejak kemarin.
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
a.
Ibu mengatakan bulan September
tahun 2006 di chemotherapie 4x dilanjurkan operasi angkat kandungan pada
tanggal 8-03-2007
setelah itu di chemotherapie lagi 2x terakhir pada bulan 4 tahun 2007.
b. Ibu mengatakan sekarang persiapan untuk
radiotherapie.
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit kanker, asthma, DM, jantung, hipertensi,
TBC.
6.
Riwayat Kebidanan
a.
Riwayat Haid
Menarche : 13
tahun
Siklus : 28
hari
Lama : ± 6 hari
Banyaknya : Hari
1-2 ± 2-3 kotek/hari
Hari 3-6 ± 1-2 kotek/hari
Dysmenorrhoe : Tidak pernah
Fluor albus : - Kadang-kadang,
pada waktu 1-2 hari sebelum dan sesudah haid
- Jumlah sedikit, warna putih
jernih, cair
- Tidak
berbau, tidak gatal
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
yang Lalu
Perkawinan
|
Hamil No
|
Ikhtisar kehamilan
|
Ikhtisar Persalinan
|
Umur Hidup
|
BB/ PB
|
♀/♂
|
Mati/ Sebab
|
Nifas
|
|||
Aterm
|
P
|
I
|
A
|
||||||||
1
|
1
|
9 bulan
|
Normal
ditolong oleh Bidan
|
-
|
-
|
-
|
Umur
|
-
|
♂
|
-
|
Ibu meneteki sampai usia 2 tahun
|
1
|
2
|
9 bulan
|
Normal
ditolong oleh Bidan
|
-
|
-
|
-
|
Umur
|
-
|
♂
|
-
|
Ibu meneteki sampai usia 2 tahun
|
7.
Riwayat Psiko, Sosial, Budaya
dan Spiritual
a.
Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan pasrah dengan
keadaannya saat ini dan mengikuti nasehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
b.
Riwayat Sosial
-
Hubungan
ibu dengan suami, anak, cucu sangat baik.
-
Ibu
tinggal serumah dengan suami.
-
Pengambil
keputusan dalam rumah tangga oleh suami sebagai kepala keluarga atas dasar
keputusan bersama.
c.
Riwayat Budaya
Ibu menganut adat Jawa sering
mengadakan selamatan dan sering minum jamu serta pijat.
d.
Riwayat Spiritual
Ibu menganut agama islam,
selalu menjalankan sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian di lingkungan
rumahnya.
8.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Kebiasaan
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
Nutrisi
|
Makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk, porsi 1 piring.
Minum ± 5-6 gelas/hari (teh manis, es, air putih) tidak ada pantangan dan
alergi
|
Makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk, porsi 1 piring.
Minum ± 5-6 gelas/hari (teh hangat manis, es, air putih) tidak ada
pantangan dan alergi
|
Pola Kebiasaan
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
Aktivitas
|
Kegiatan sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mengepel,
memasak, mencuci) dan setiap hari berjualan makanan kecil di depan
rumahnya
|
Kegiatan sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mengepel,
memasak, mencuci) dan setiap pagi berjualan makanan kecil di depan
rumahnya
|
Istirahat
|
Tidur siang ± 2 jam (pukul 21.00-14.00 WIB) Tidur malam ± 8 jam (pukul
21.00-04.00 WIB) jumlah istirahat dalam sehari ± 10 jam
|
Tidur siang ± 2 jam (pukul 21.00-14.00 WIB) Tidur malam ± 7 jam (pukul
22.00-04.00 WIB) jumlah istirahat dalam sehari ± 9 jam
|
Personal hygiene
|
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, ganti
pakaian 2x sehari
|
Mandi 2-3x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, ganti
pakaian setiap kali mandi.
|
Eliminasi
|
BAB 1x sehari, konsistensi kembek
BAK 4x/hari warna jernih, bau khas
|
BAB 1x sehari, konsistensi kembek
BAK 4-5x/hari warna jernih, bau khas
|
Sexual
|
Hubungan sexual kadang-kadang dilakukan
|
Hubungan sexual tidak dilakukan
|
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Postur
tubuh : Normal
Cara
berjalan : Tegap
Tanda-tanda
vital
Tekanan
darah : 90/70
mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 367 0C
Pernafasan
: 20x/menit
Berat
badan : 49 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Inpeksi
Kepala : Rambut bersih, tidak ada benjolan, rambut
beruban, tidak botak, tidak bercabang, tidak rontok.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema.
Mata : Simetris, conjungtiva agak pucat, sklera mata
tidak kuning, conjungtivitis tidak ada, tidak ada bintik bitot.
Hidung : Bersih, simetris, tidak mimisan, tidak pilek,
tidak ada polip.
Mulut : Bibir tidak pucat, terdapat kerusakan selaput
lendir pada mulut.
Telinga : Bersih, simetris tidak mengeluarkan sekret,
pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Ketiak : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada tanda accesoriasis mammae.
Tangan : Simetris, pergerakan bebas, tidak oedema.
Dada : Simetris, pernafasan normal, tidak ada
retraksi dada.
Payudara : Payudara gantung, puting susu menonjol, tidak
ada benjolan.
Perut : Tidak membesar, tidak ada bekas operasi.
Pelipatan paha : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada tanda hernia inguinalis.
Kaki : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada
varices, pergerakan bebas.
Punggung : Simetris.
Anus : Kebersihan cukup, tidak ada haemorroid, tidak
ada varices.
Vulva : Pengeluaran fluor albus tidak ada (data yang
lain tidak terkaji).
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, tidak
teraba pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Tidak teraba massa pada mammae, mammae teraba
lunak.
Perut : Tidak teraba pembesaran lien, tidak ada
pembesaran hepar, tidak teraba nyeri tekan pinggir atas symphisis.
Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Perut : Bising usus baik 10x/menit
Perkusi
Perut : Tidak kembung
Kaki : Reflek patella baik +/+
Kesimpulan :
Riwayat Ca cervix tingkat II post chemotherapie dan
operasi, persiapan radiotherapie.
Identifikasi Diagnosa / Masalah
Tanggal
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
14-01-2008
|
P20002 dengan Ca cervix stadium IIB
|
DS :
- Ibu mengatakan saat ini waktunya kontrol
- Ibu mengatakan nyeri perut berkurang,
batuk dan kepala pusing
DO :
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital :
· Tekanan darah : 90/70 mmHg
· Nadi : 80x/menit
· Suhu : 367 0C
· Pernafasan : 20x/menit
|
Antisipasi Masalah Potensial
Potensial terjadinya anemia
sehubungan dengan pasien post radiotherapie indikasi Ca cervix.
Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Kolaborasi dengan petugas laborat untuk
pemeriksaan Hb.
2. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian
therapie.
|
||||
|
BAB 4
PEMBAHASAN
Kanker cervix merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Arif Mansjoer, 2000 : 379).
Faktor-faktor yang menyebabkan keganasan mulut rahim antara lain perkawinan
dalam usia muda, pasangan seksual yang berganti-ganti, jumlah kelahiran dengan
jarak pendek dan terlalu banyak. Paling banyak terjadi pada usia 40-50 tahun,
infeksi virus dan lain-lain (IBG Manuaba, 2000 : 68).
Dalam melakukan Asuhan
Kebidanan gangguan penyakit pada Ny.”S” dengan Ca cervix tingkat II maka
didapatkan diagnosa Ca cervix tingkat II post chemotherapie dan operasi,
persiapan radiotherapie. Pada pengkajian data obyektif tidak dilakukan
pemeriksaan pada vulva, padahal pemeriksaan vulva sangat penting dilakukan pada
kasus Ca cervix.
Dan ditemukan masalah
potensial yaitu potensial terjadinya anemia, hal ini sesuai dengan diagnosa
atau masalah yang ada maka diidentifikasi kebutuhan segera yang harus dilakukan
adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie dan kolaborasi dengan
petugas laborat untuk pemerikaan Hb (menegakkan diagnosa).
Adapun implementasi yang
dilakukan sesuai intervensi yaitu melakukan pendekatan therapeutik, menjelaskan
tentang keadaannya saat ini, melakukan kolaborasi dengan petugas laborat,
menganjurkan untuk makan yang bergizi, menganjurkan untuk istirahat yang cukup,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie dan menganjurkan untuk
kontrol hari senin.
Selama melakukan Asuhan
Kebidanan ini tidak ditemukan perbedaan antara teori dengan kenyataan. Pada
evaluasi didapatkan bahwa pasien mengalami anemia terlihat pada hasil laborat
bahwa Hb : 10 gram%. Untuk itu pasien dianjurkan makan yang bergizi terutama
sayuran hijau dan jeroan, minum obat
teratur serta kontrol seminggu lagi untuk mengetahui perkembangan keadaannya
selanjutnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Simpulan
Selama
melakukan Asuhan Kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.”S” dengan Ca cervix di
Poli Paliatif Puskesmas Balongsari Surabaya didapatkan diagnosa yaitu Ca cervix
tingkat II post chemothrapie dan operasi, persiapan radiotherapie.
Tindakan kebidanan yang
dilakukan adalah :
1. Melakukan pendekatan therapeutik.
2. Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya
saat ini.
3. Melakukan kolaborasi pada petugas laborat
untuk pemeriksaan lab.
4. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang
bergizi.
5. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang
cukup.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapie.
7. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol lagi
pada tanggal 21-01-2008.
Dari
perencanaan dan pelaksanaan yang ada didapatkan evaluasi yaitu pasien mengalami
anemia. Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
1. Faktor penunjang
a. Pasien memberikan kepercayaan pada
petugas.
b. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan
masalahnya.
c. Kesediaan pasien dalam menjalankan saran
petugas.
d. Sarana dan prasarana yang tersedia.
2. Faktor penghambat
Adanya keterbatasan waktu dan
kemampuan penulis dalam memberikan Asuhan Kebidanan dan konseling pada pasien.
5.2
Saran
5.2.1
Bagi
Petugas
1. Diharapkan mampu dan terus meningkatkan
ketrampilan dan pengetahuan dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
dan sangat perlu ketelitian dalam layanan Asuhan Kebidanan.
2. Diharapkan antara petugas kesehatan satu
dengan yang lain terjalin kerjasama yang baik.
5.2.2
Bagi
Pasien
1. Diharapkan pasien memanfaatkan segala
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang ada dengan sebaik-baiknya.
2. Diharapkan pasien dan petugas terjalin
rasa percaya dan yakin akan asuhan yang diberikan.
|
Http://Www.Medicastone.Com.2008, 25 Mei
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde.
1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.
1998. Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Prawirohardjo, Sarwono.
1998. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata R, Sulaiman.
1984. Ginekologi. Bandung : Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKU Padjajaran Bandung.
ConversionConversion EmoticonEmoticon