BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan dapat menimbulkan
masalah-masalah yang dapat berakhir gagal napas. Masalah yang sering ditemukan
adalah penyakit Asma. Asma Bronkiial, Bronkopeneumonia. TBC pada paru, dan
masih banyak lagi ganguan pernapasaan.
ARD
atau sindrom gagal nafas adalah ganguan fungsi paru akibat kerusakan alveoli
yang difuss. Yang ditandai dengan kerusakan saluran membran kapiler alveoli
sehingga menyebabkan terjadinya edema alveoli yang kaya protein disertai
hipoksia
Pada
umumnya penyakit ini berakhir dengan kematian bila tidak mendapatkan penanganan
yang tepat.
B.
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan
Umum
Memperoleh pengalaman
nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS, yang diharapkan
akan mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan
IRDS.
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mengkaji klien dengan masalah utama IRDS
b. Mahasiswa
mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah utama IRDS
c. Mahasiswa
mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan masalah IRDS
d. Mahasiswa
mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan klien dengan masalah
IRDS
e. Mahasiswa
mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah IRDS
C.
METODE
PENULISAN
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Metode
kepustakaan
Metode penulisan dengan
menggunakan beberapa literatur sebagai sumber.
b. Metode
wawancara
Data diperoleh dengan
wawancara langsung kepada klien dan perawat ruangan.
c. Metode
observasi
Dengan mengobservasi
langsung kepada klien dengan masalah utama infeksi saluran kemih.
D.
S1STEMATIKA
PENULISAN
a. Bab
I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
b. Bab
II tentang landasan teori yang memuat konsep dasar medis dan konsep dasar
keperawatan serta Intervensi keperawatan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
I.
DEFENISI
DASAR MEDIS
1. Defenisi
ARDS/
sindrom gagal napas adalali gangguan fimgsi paru akibat kerusakan alveoli yang
difuss. Ditandai dengan kerusakan saluran membran kapiler alveoli sehingga
menyebabkan terjadinya edema alveoli yang kaya protein disertai adanya
hipoksemia.
2. Etiologi
Berdasarkan
mekanisme patogenesisnya maka penyakit dasar yang menyebabkan sindrom ini dapat
dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Langsung
-
Aspirasi asam lambung
-
Tenggelam
-
Kontusio paru
-
Infeksi paru difuss
-
Inhalasi gas toksik
-
Keracunan oksigen
-
Sepsis oleh kuman grain
negatif
b. Tidak
langsung
-
Sepsis, syok
-
Pankreatitis akut
-
Trauma multiple
-
Penyalahgunaan obat
-
Pasca transpalantasi
paru
-
Pasca operasi pintas
jantung paru.
3. Patifisiologi
Terlampir
4. Manifestasi
Klinik
-
Adanya masa laten antara timbulnya
faktor-faktor predisposisi dengan timbulnya gejala klinik.
-
Sesak nafas
-
Trias gejala :
hipoksia, hipotensi, hiperuntilasi
-
Takipnoe, cepat dangkal,
frekuensi <20x 1 menit
-
Sionosis, gelisah dan
mudah tersinggung
-
Suara nafas bronchial
-
Ronkhi basa halus
dikedua paru (awal)
-
Ronkhi basa kasar
(lanjut)
-
Laboratorium : AGD
hipoksemia refraktur, hiperkapnia, asidosis respiratorik.
-
Foto dada infiltrate
bilateral sesuai edema paru.
5. Penatalaksanaan
Secara
farmakologi tidak ada pengobatan yang diberikan path ARDS, pengobatan hanya
ditujukan untuk tindakan pencegahan penyakit paru primer dan untuk memperbaiki
syok, asidosis hipoksemia.
Tujuan
pengobatan adalah sama walaupun etiologinya berbeda yaitu mengembangkan alveoli
secara optimal untuk mempertahankan gas darah arteri untuk oksigenasi jaringan
yang adekuat keseimbangan asam basa dengan sirkulasi dari tingkat yang dapat
ditoleransi sampai membrane alveoli kapiler utuh kembali.
Terapy
medik yang dilakukan :
1. Obat
yang menghambat proses inflamasi akut seperti kortikosteroid, prostaglandin E.
ketokanazol.
2. Obat
untuk memperbaiki kelainan faa! paru seperti amil nitrit, oksidasi nitrit,
sulfaktan.
3. Pemberian
cairan harus hati-hati dan terapy antidiuretik.
4. supportif: pemberian oksigen konsentrasi
tinggi →pemberian PEEP.
5. Setelah
dilakukan intubasi diberi oksigen 100 % sampai keadaannya stabil kemudian kadar
oksigen diturunkan.
6. Komplikasi
Infeksi paru dan
abdomen merupakan komplikasi yang sering ditemukan adanya edema paru, bipoksia,
alveoli, penurunan sulfaktan akan menurunkan daya tahan paru.
II.
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. Aktivitas/
lstirahat
Gejala
: Kekurangan energy/ kelelahan Insomnia.
2. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat adanya bedah jantung/ hypuss jantung paru, fenomena embolik (darah,
udara, lemak)
Tanda
: TD : dapat normal atau meningkat path awal (beelanjut menjadi hipoksia) ;
hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) atau dapat faktor pencetus seperti
path eklampsia.
Frekuensi
jantung : takikardi biasanya ada.
Bunyi
jantung : normal path tahap dini; S2 (komponen paru) dapat tei)adi.
Disritmia
dapat terjadi, tetapi EKG sering normal kulit dan membrane mukosa ; pucat,
dingin, sianosis, biasanya terjadi (tahap lanjut).
3. Integritas
Ego
Gejala
: Ketakutan, ancaman perasaan takut
Tanda : Gelisah, gemetat, mudah terangsang,perubahan
mental.
4. Makanan/cairan
Gejala
: Kehilangan selera makan, mual
Tanda
: Edema/ perubahan berat badan hilang/
berkurangnya bunyi usus
5. Neurosensori
Gejala : Adanya trauma kepala
Gejala : Adanya trauma kepala
Mental
lamban, disfungsi motor.
6. Pernapasan
Gejala
: Adanya aspirasiltenggelam, indikasi
asap! gas, infeksi difus paru. Timbul tiba-tiba atau bertahap, kesulitan napas,
lapar udara.
Tanda : pemapasan, cepat, mendengkur
Peningkatan
kerja napas, penggunaan otot aksesori pemapasan
Bunyi
napas : pada awal normal
Perkusi
dada: bunyi pelak diatas area konsilidasi
Ekspansi
dada menurun atau talc sama
Sputum
sedikit berbusa
Pucat
atau sianosis
Penurunan
mental, bingung.
7. Keamanan
Gejala
: riwayat trauma ortopedikl farktur,
snopsis, transpusi darah, episode anafilatik.
8. Seksualitas
Gejala
tanda :Kehamilan dengan adanya
komplikasi eklampsia
9. Penyuluhan
/Pembelajaran
Gejala
: makan/ kelebihan dosis obat
Tanda
: tergantung path efek sisa/ kerusakan paru, dapat memerlukan bantuan dalam
transportasi bekerja, perawatan diri, perawatan/ pemeliharaan rumah.
Pemeriksaan
Diagnostik
Sinar X dada : Tak terlihat pada
tahap awal atau dapat menyatukan sedikit normal, infiltrasi jaringan perut
lokasi terpusat pada region perihiliar, paru pada tahap lanjut interstisial
bilateral difus dan alveollius infiltrate menjadi bukti dan dapat melibatkan
semua lobus paru. Infiltrate ini sering digambarkan sebagai kaca-tanah atau
white outs. Ukuran jantung normal (berbeda dan edema paru kardiogenik).
DS seri
membedakan gambaran kemajuan hipoksemia (penurunan PaO2) meskipun
konsentrasi oksigen inspirasi meningkat. Hipokabnia (penuruan kadar CO2)
dapat terjadi pada tahap awal sebubungan dengan kompresi hiperventilasi
hiperkabnia (Pa CO2 lebih besar dari 50) menunjukkan kegagalan
ventilasi. Alkaosis respiratori (pH lebih besar dari 45) dapat terjadi pada
tahap dini, tetapi asidosis respiratori terjadi pada tahap lanjut sehubungan
dengan peningkatan area hati dan penurunan ventilasi alveolar. Asidosis
metabolik dapat juga terjadi pada tahap lanjut sehubungan dengan peningkatan
kadar laktat darah. Diakibatkan dari metabolik anaerob.
Tes fungsi paru : komplain paru dan
volume paru menurun, khususnya FRC. Peningkatan ruang mati (Vd/Vt) dihasilkan
oleh area dimana vasokontriksi dan mikroemboli telah terjadi.
Pengukuran pirau (QdQt) : mengatur
aliran darah pulmonal versus aliran darah sistemik, yang ukuran klinis pirau
intraoulmonal, pirau kanan kekiri meningkat.
Gradien alveolar-arterial (gradient A-a)
: memberikan perbandingan tegangan oksigen dalam alveoli dan darah arteri
gradient A-a meningkat. Kadar asam laktat: meningkat.
III.
INTERVENAL
DAN RASIONAL
1. Gangguan
pertukaran gas berhubunhan dengan edema intersitium alveoli Intervensi
-
kaji frekuensi
pernapasan klien setiap han perawatan.
R/ : untuk memberikan
informasi takipnea biasanya ada pada beberapa derajat
-
kaji tanda-tanda vital
pada klien setiap hari
-
R/ : adanya peubahan
pada system sikulasi
-
pantau sirkulasi O2
pada monintor setiap 2 jam perawatan
-
R/: mengetahui
pemenuhan O2 dalam tubuh
-
mempertahankan
pemberian O2 pada klien setiap perawatan
-
R/: untuk
mempertahankan sirkulasi O2 dalam tubuh.
-
penatalaksanaan pemberian
obat pada klien setiap 8 jam perawatan
R/ : mencegah komplikasi vatal hipoksia.
R/ : mencegah komplikasi vatal hipoksia.
2. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akurnulasi secret
Intervensi
-
kaji adanya sekret pada
saluran pernapasan
R/ : untuk memberikan intevensi selanjutnya
-
pantau upaya perubahan
dan pola bernafas klien
R/ : penggunaan otot aksesoris dan pelebaran
nasal menunjukan peningkatan
-
upaya bemapas kolaborasi
denga tim medis dalam penggunaan sucsion
R/ : untuk memperlancar sirkulasi O2
pada jalan napas
3. Nutrisi
kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
Intervensi
-
Kaji pola makan klien
R/: untuk menentukan
intevensi selanjutnya
-
Berikan motivasi kepada
klien untuk makan
R/ : meningkatkan keinginan
klien untuk keinginan makan
-
Anjurkan klien makan
sedikit tanpa sering
R/ : memenuhi kebetuhan
nutrisi klien secara bertahap
-
Jelaskan tentang
pentingnya makan
R/ : memberikan
pemahaman tentang pemenuhan nutrisi
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi
-
kaji kemampuan klien
untuk melakukan aktivitas setiap hari perawatan
R/ : menentukan
intervensi selanjutnya
-
anjurkan klien untuk
melatih kemampuan ADL setiap hari perawatan
R/ : memberi kepercayaan
klien dalam memenuhi ADL sendiri
-
ubah posisi klien setiap
3 jam perawatan
R/ : menghidari
kerusakan integritas kulit
-
anjurkan keluarga dalam
penatalaksanaan pemberian nutrisi pada klien setiap hari perawatan
R/ : untuk memenuhi
kebutuhan energi pada gangguan pola / istirahat tidur berhubungan dengan
aktivasi RAS
-
Kaji pola tidur klien
setiap han perawatan
R/: untuk menetukan
intervensi selanjutnya
-
ciptakan lingkungan
tenang dan aman dengan cara mengurangi pengunjung setip hari perawatan
R/ : meningkatkan
stimulasi sensorik
-
anjurkan keluarga untuk
berikan susu hangat pada klien sebelum tidur
R/ : meningkatakan
istirahat tidur
-
penatalaksanaan pemberian
obat setiap pada klien hari perawatan
-
R/ : menigkatkan pola
tidur klien
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi intervensi
-
Ciptakan hubungan
saling percaya pada klien dan keluarga setiap hari perawatan
R/: untuk menunjukan
perhatian dan keinginan untuk membantu
-
Kaji tingkat pemahaman
klien dan keluarga tentang kondisi klien dan keluarga setiap hari perawatan.
-
R/: untuk mengetahui
pemahaman klien keluarga terhadap kondisi klien
-
Berikan informasi dalam
bentuk singkat dan sederhana pada klien dan keluarga setiap hari perawatan
-
R/ : menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
-
berikan informasi dalam bentuk tertulis dan
verbal pada klien dan keluarga setiap hari perawatan.
R/: membantu klien
untuk mengetahui kondisi dan proses penyakit
6. Kecemasan
berhubungan dengan pola koping inefektif
Intervensi
-
Kaji tingkat kecemasan
klien dan keluarga
R/ : Untuk menetukan
pilihan intervensi selanjutnya.
-
Berikan kesempatan pada
klien dan keluarga untuk mengungkapkan masalahnya.
R/: Untuk mengetahui
factor penyebab kecemasan klien
-
Berikan dorongan
spiritual.
R/ : Mempermudah
penerimaan klien tentang kondisinya
7. defisit
perawatan diri berhubungan dengan klien
intervensi
-
Identifikasi kebutuhan
klien akan kebersihan diri
R/: untuk menetukan
intervensi selanjutnya
-
Observasi terhadap
kemandirian klien dalam merawat diri
R/ : meningkatkan stimulasi sensorik
-
anjurkan keluarga untuk
berikan susu hangat pada klien sebelum tidur
R/ : menyiapakan untuk kemandirian klien
-
bantu klien memenuhi
kebutuhan kebersihan diri
R/ : mengurangi aktivitas klien dalam merawat diri.
ConversionConversion EmoticonEmoticon