Salam Sehat dan Harmonis

-----

Sistem kekebalan tubuh/ imun


Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Limfosit ibarat prajurit, yang dihasilkan oleh sumsum tulang disebut limfosit B, sedangkan yang diproduksi di kelenjar timus disebut limfosit T. Limfosit B akan memproduksi semacam senjata yang disebut antibodi.

Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.

Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.

Tiap kali ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Jadi, antibodi merupakan respons terhadap gangguan dari luar, senjata yang dibentuk oleh sekelompok prajurit limfosit B dalam sistem kekebalan. Antibodi tersusun dari protein, disebut juga sebagai immunoglobulin, disingkat Ig, suatu serum protein globulin. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu atau disebut juga antigen, seperti bakteri dan virus penyebab penyakit, dengan cara mengikatkan diri pada antigen dan menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Selanjutnya sel pasukan dapat membedakan dan melumpuhkannya.

Ada lima jenis immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD. IgG adalah antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah, yaitu 80 persen. Antibodi IgG adalah satu-satunya antibodi yang dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil karena kemampuan dan ukurannya yang kecil sehingga IgG seorang ibu akan membantu melindungi janinnya dari kemungkinan infeksi. Selanjutnya, bayi yang baru lahir dari rahim yang steril tidak mempunyai pengalaman melawan penyakit. Untunglah, immunoglobulin dalam ASI yang pertama kali, atau dikenal sebagai kolostrum, memberikan bantuan perlindungan terhadap infeksi, sementara bayi memperkuat sistem kekebalannya hari demi hari.

IgG mengikuti aliran darah, mempunyai efek kuat antibakteri, melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam dalam racun.

Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan.

Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.

Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif.

Konsumsi makanan sebaiknya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi saja, tetapi juga mempertimbangkan kandungan senyawa bioaktif dalam makanan yang dapat membantu menjaga tubuh tetap sehat, atau dikenal sebagai makanan fungsional, agar daya tahan tubuh dapat dipertahankan. Untuk itu diperlukan kearifan dalam memilah makanan atau smart eating. Kecukupan konsumsi buah dan sayuran mutlak diperlukan karena kandungan vitamin, mineral, dan enzim selaku senyawa bioaktif sangat diperlukan tubuh.

Daya tahan tubuh manusia mencapai puncaknya di usia 20-an, dan lambat tetapi pasti, mulai terjadi penurunan di usia 30-an, dan semakin pesat menurun di usia 50-an tahun. Pola makan memengaruhi kondisi daya tahan tubuh. Hal ini berkaitan dengan health conscious atau peduli terhadap kesehatan.

Agar kualitas hidup tetap prima, sehat, dan bugar, siagakan selalu senjata dalam sistem kekebalan tubuh anda, yaitu dengan kecukupan antibodi.


Metoda Persalinan Pengaruhi Sistem Kekebalan Bayi

Probiotik bagi bayi untuk membentuk kolonisasi mikrobiota saluran cerna yang sehat dan menyeimbangkan sistem dayat ahan tubuh.
Kelahiran seorang anak ke dunia adalah saat-saat yang paling dinantikan oleh pasangan suami istri. Tak heran jika banyak persiapan yang dilakukan dalam masa penantian tersebut, mulai dari mengonsumsi susu untuk ibu hamil, menambah asupan vitamin selama masa kehamilan serta melakukan senam untuk ibu hamil. Semua persiapan tersebut akan bermuara pada proses persalinan, apakah itu normal ataupun melalui proses caesar.
Umumnya, metode persalinan dilakukan dengan persalinan normal dan bedah caesar. Metode yang dipilih akan terkait dengan angka kematian dan kesakitan, baik bagi ibu maupun bayinya. Persalinan lewat bedah caesar terkait dengan kematian ibu 3 kali lebih besar dibandingkan persalinan normal. Angka kematian langsung akibat persalinan caesar adalah sekitar 5.8 per 100.000 persalinan.
Hal itu diungkap Dr. Andon Hestiantoro Sp. OG dari Departemen Obstetrik dan Ginekologi FKUI/RSCM pada acara talkshow bersama anggota POGI Jaya dengan tema “Metode Persalinan Berpengaruh Pada Pembentukan Mikrobiota Saluran Pencernaan dan Kekebalan Tubuh Buah Hati” di Hotel Gran Melia, Jakarta, 3 Juli lalu.
Pada kesempatan itu, hadir pembicara lain yaitu Prof. Patricia Conway dari University of New South Wales, Australia. Menurut Patricia beberapa tahun terakhir, jumlah ibu yang memilih melahirkan dengan cara caesar meningkat signifikan, di Amerika Serikat angka kelahiran caesar meningkat lebih dari 40 %, di Eropa 30 %, Amerika Latin dan sebagian negara Asia mencapai 50% sejak 1996.
Penelitian juga menunjukkan, bayi yang dilahirkan dengan metoda caesar, membutuhkan waktu kira-kira enam bulan untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan bayi lahir normal, sehingga bayi Caesar memiliki resiko lebih tinggi terhadap berbagai jenis penyakit. Saluran cerna penting artinya bagi kesehatan tubuh manusia. Fungsi utama saluran cerna adalah mencerna dan menyerap zat gizi agar kebutuhan tubuh dapat terpenuhi. Pada saluran cerna yang sehat mukosa usus mampu menyerap mikronutrien penting dan menolak toksin serta patogen, dan dua pertiga sistem kekebalan tubuh berada dalam saluran cerna.
Saluran cerna memiliki populasi mikroba yang beragam dan kompleks. Mikrobiota saluran cerna ini mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi tubuh dari serangan mikroorganisma patogen, merangsang sistem daya tahan tubuh, membantu kinerja saluran cerna serta memproduksi vitamin-vitamin esensial.
Mikrobiota tersebut diperoleh sejak lahir dari mikrobiota ibu dan lingkungan. Pada persalinan normal, bakteri dari ibu dan lingkungan sekitar membentuk kolonisasi pada saluran cerna. Saat itu, bayi berpindah dari rahim ke lingkungan luar melalui proses yang melibatkan kontraksi berjam-jam. Efeknya, bayi kontak secara alami dengan mikrobiota ibu dan berkoloni diususnya. Mikrobiota, seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli, memegang peran utama mengaktifkan sistem kekebalan.
Namun, bayi yang lahir secara caesar kurang terpapar mikroba pada saat dilahirkan. Apalagi bayi yang dilahirkan caesar juga sering kali terpapar antibiotika di masa awal kehidupannya. Akibatnya kolonisasi bakteri menguntungkan (probiotik) di saluran cerna terhambat. Padahal inisiasi koloni bakteri yang diperoleh bayi saat persalinan normal berpengaruh kuat pada perkembangan dan pematangan sistem kekebalannya, yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan bayi.
Pada saat lahir, sistem daya tahan tubuh masih belum dapat berfungsi dengan baik atau belum sempurna. Mikrobiota memiliki peranan yang penting dalam pematangan sistem daya tahan tubuh, khususnya dalam membentuk toleransi oral (mulut) dan mengurangi resiko alergi.
Terdapat dua cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan dominasi bakteri baik di saluran cerna bayi. Pertama, memberikan suplemen bakteri baik secara langsung. Kedua dengan mendukung pertumbuhan bakteri baik yang sudah ada diusus dengan pemberian makanan yang tepat.
Diketahui, air susu ibu (ASI) mengandung gizi terbaik untuk bayi. ASI mengandung bakteri-bakteri yang menguntungkan (probiotik), disamping karbohidrat tertentu yang mendukung pertumbuhan Bifidobacteria. Bayi yang lahir mengonsumsi probiotik akan memiliki mikrobiota menguntungkan dalam jumlah banyak disaluran cernanya.
Banyak bukti yang tersedia untuk mendukung penggunaan probiotik bagi bayi dengan tujuan untuk membentuk kolonisasi mikrobiota saluran cerna yang sehat dan menyeimbangkan sistem daya tahan tubuh, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko alergi.
Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Agustus 2008 , Halaman: 56
Optimalkan Kekebalan Tubuh Bayi Anda
Cuaca tak keruan, polusi, teman sakit...kalau daya tahan tubuh bayi Anda kuat, no problem!. Agar kekebalan tubuhnya mantap, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Ideal kalau dulu Anda memberi bayi Anda ASI Ekslusif 6 bulan, karena ASI dan kolostrum pondasi terbaik membangun sistem kekebalan tubuhnya. Namun jika tidak, dunia belum kiamat, Bunda. Karena setelah lewat masa pemberian ASI ekslusif, kekebalan tubuh batita dapat dibangun dengan pemberian nutrisi seimbang, imunisasi lengkap dan tepat waktu, olahraga teratur, cukup istirahat dan pola asuh tepat.

“Perisai” Musuh. Sistim imun atau kekebalan tubuh ibarat “perisai” yang melindungi anak dari serangan benda asing, misal, mikroorganisma (kuman, virus, bakteri), sel-sel kanker, dan organ tubuh yang dicangkokkan.
Jenis perisai tubuh ada 2, pertama yang umum, letaknya di “luar” seperti kulit, bulu hidung, cairan lendir pernafasan dan kelenjar air mata. Kedua, khusus atau di “dalam” berupa darah dan kelenjar getah bening. ''Cara kerja keduanya beda,'' ujar dr. Prastowo.

Perisai umum melindungi tubuh melalui reaksi langsung. Misal, jika debu atau udara kotor menyerang anak dan terhisap hidung, otomatis “diusir” bulu-bulu hidung yang bereaksi dengan “menyaring” atau “menjerat” dengan lendir hidung sehingga terperangkap menjadi kotoran hidung untuk dikeluarkan.

Kalau debu tidak dapat diatasi bulu-bulu hidung dan sampai ke tenggorokan (saluran nafas), mekanisme pertahanan tubuh akan memproduksi cairan kental atau dahak, yang “menghajar” kuman dan dikeluarkan melalui ludah, muntah, batuk, feses dan air seni. Contoh lain, kalau ada debu masuk ke mata, akan ditangkis kelenjar air mata dengan membasahi mata sehingga debu akan larut

Berikutnya sistem perlindungan khusus yang cara kerjanya lebih kompleks, yaitu darah dan kelenjar bening. Berfungsi ketika pasukan di “luar” kalah melawan penyakit karena terlalu kuat atau banyak. Misal, saat kuman masuk ke saluran pernapasan dan membuat anak batuk, bila tak bisa sembuh maka zat-zat tubuh atau sistem humoral yaitu imunoglobulin (ig) mulai bekerja untuk memeranginya. Pada beberapa penyakit, seperti kanker, perlawanan tubuh dilakukan di dalam darah, berupa terbentuknya sel darah khusus limfosit T.

Sistem imunitas khusus yang sehat juga dapat mengatur proses penyembuhan tubuh dan mencegah berbagai penyakit, termasuk infeksi. Bila penyakit tidak sembuh juga setelah dilawan oleh dua sistem kekebalan tubuh tersebut, baru diperlukan obat atau tindakan medis untuk menyembuhkan bayi Anda

Fungsi Asi Dalam Melindungi Bayi


Yang terjadi adalah, ASI menjadi tempat perkembangan yang ideal bagi bakteri ’baik’ di dalam saluran cerna. ASI mengandung oligosakarida yang tidak tercerna oleh enzim, sehingga tetap ada sebagai prebiotik di dalam usus.  Selanjutnya, prebiotik ini di dalam usus dimetabolisme oleh bakteri ‘baik’ (Bifidobacteria dan Lactobacilli) yang mendominasi saluran cerna pada bayi yang diberi ASI.
Bakteri ‘baik’ ini memberi efek menguntungkan terhadap kesehatan karena mendukung fungsi optimal saluran cerna, menurunkan koloni bakteri jahat, dan memperkuat daya tahan tubuh.
Mendukung lapisan saluran cerna (gut barrier)         
Fungsi ini sangat penting karena pada bayi mekanisme pertahanan saluran cerna terhadap patogen masih belum berkembang dengan baik, sehingga dapat menimbulkan penyakit serius pada bayi.  Lapisan mukosa menjaga agar bakteri ‘jahat’ tidak dapat masuk ke aliran darah dan tubuh.  Lapisan ini juga dapat menahan alergen untuk masuk ke dalam darah sehingga mencegah terjadinya alergi.Bakteri ‘baik’ seperti Bifidobacteria, membantu menjaga saluran cerna dengan memproduksi asam lemak rantai pendek (SCFA).  SCFA adalah sumber energi untuk sel saluran cerna, sehingga sel dapat memproduksi mucus yang lebih kental.

Menurunkan koloni bakteri jahat         
Bakteri ‘baik’ memproduksi asam (asetat dan laktat) sehingga menurunkan pH saluran cerna.  Suasana asam membuat lingkungan usus menajdi anti bakteri dan menekan pertumbuhan bakteri ‘jahat’. Bakteri ‘baik’ juga dapat menekan pertumbuhan bakteri jahat dengan berkompetisi  dalam mendapatkan nutrisi di dalam saluran cerna.

Mendukung daya tahan tubuh         
Bakteri ‘baik’ mendukung perkembangan GALT (gut associated lymphoid tissue) yang mencakup 2/3 bagian sistem daya tahan tubuh. Bakteri ‘baik’ memengaruhi jumlah dan distribusi sel  GALT sehingga berperan penting dalam pematangan dan pengaturan sistem daya tahan tubuh.

Perbedaan Prebiotik dan Probiotik
Pada pembahasan di atas, kita mengenal istilah prebiotik, namun mungkin Anda juga pernah mendengar istilah probiotik. Agar tidak keliru, inilah perbedaan antara keduanya:

Prebiotik:
1. Adalah sumber energi alami untuk bakteri sehat yang ada di usus.
2. Secara alami terdapat di ASI.
3. Setelah dikonsumsi, flora usus mengandung lebih banyak bakteri sehat dibandingkan pemberian probiotik.
4. Berpengaruh positif pada keseluruhan flora usus.

Probiotik:
1. Adalah strain tertentu dari bakteri sehat  yang hidup atau dorman.
2. Secara alami tidak terdapat pada ASI.
3. Setelah dikonsumsi, flora usus mengandung lebih sedikit bakteri sehat dibandingkan pemberian prebiotik.
4. Tidak berpengaruh pada keseluruhan flora usus.

Bekerjanya Sistem Kekebalan Tubuh

Sayangnya, dengan beragamnya suplemen kesehatan yang tresedia di pasaran, banyak orang hanya melakukan upaya setengah hati dalam memelihara daya tahan tubuh. Padahal, memelihara imunitas atau sistem kekebalan tubuh cukup dengan  dengan menjalani hidup sehat, yang berarti mengelola pola makan, olahraga rutin, serta istirahat yang cukup.
Sejak masih menjadi janin di kandungan ibu, tubuh seseorang sudah dipersiapkan untuk menghadapi dunia luar yang penuh dengan kuman penyakit,  berupa bakteri, virus, hingga jamur. Hanya saja, kekebalan tubuh seseorang saat lahir masih terhitung lemah. Untuk itu, bayi memerlukan perlindungan tambahan melalui imunisasi secara rutin. Secara perlahan-lahan, kekebalan pada tubuh bayi akan meningkat. Sehingga, ketika usia siap memasuki usia sekolah,  tubuhnya sudah siap untuk menangkal berbagai kuman penyakit dari luar.

Cara Bekerja Sistem Imunitas
Perlawanan terhadap penyakit tetap tergantung pada kualitas kekebalan tubuh seseorang. Mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang baik akan terhindar dari penyakit, sementara yang kekebalan tubuhnya lemah akan gampang sakit.
Sebagai contoh, pada tahun 1981, sejumlah penderita pneumonia usia muda tidak terselamatkan, meski sudah dirawat di rumah sakit dengan menggunakan jenis antibiotika terbaru yang canggih. Padahal, umumnya penyakit pneumonia dapat diobati hanya dengan antibiotik sederhana. Para dokter tercengang saat mendapati fenomena bahwa kekebalan tubuh para pasien muda tersebut telah lumpuh akibat terserang virus HIV. Kehadiran virus HIV dan AIDS di itu menyadarkan dunia modern  akan pentingnya kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.
Seandainya sel dalam tubuh manusia memiliki komandan, tentu upaya membentengi penyakit akan menjadi pekerjaan mudah. Sang komandan dapat menunjuk langsung ke arah mana pencegahan harus dikerahkan. Sayangnya, tubuh manusia tidak selengkap armada perang. Kinerja sistem imunitas bekerja secara menyeluruh dalam menjaga keberadaan organ biologis dari serbuan penyakit dari luar tubuh. Sesekali, barulah sistem tersebut mengisyaratkan ‘tanda bahaya’ bahwa  kondisi tubuh menurun, yaitu dengan munculnya keluhan rasa sakit.
Tugas dasar sistem imunitas tersebut antara lain adalah membedakan ‘dirinya sendiri’ (seluruh sel di dalam tubuh) dengan ‘pendatang asing’ (bakteri, virus, toksik, jamur, serta jaringan asing). Menghadapi pendatang asing tadi, sistem imunitas harus membentuk sel khusus melalui sel darah putih, untuk mengeliminasi pendatang asing tersebut.
Karena manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sistem imunitas mampu beradaptasi dengan kondisi sehari-hari. Itu sebabnya,  orang Indonesia –yang lingkungan hidupnya tak terlalu bersih-- tidak banyak mengalami gangguan kesehatan, meski sering mengonsumsi jajanan yang kurang higienis. Sementara, penduduk di negeri-negeri Barat, yang terbiasa berada di lingkungan yang serba bersih, dengan mudah terserang diare bila mengonsumsi makanan yang kurang higienis.
Umumnya kuman menyusup melalui udara yang dhirup, sebagian lagi melalui daerah pembuangan, dan selebihnya melalui makanan atau minuman yang dikonsumi.  Kuman lalu mencari jalan masuk ke dalam tubuh melalui darah. Karenanya, sistem kekebalan tubuh memiliki jaringan sirkulasi lymphatic vessels, yang memudahkan sel darah putih untuk ‘menangkap’ penyakit yang akan menyerang.

Dua tipe imunitas
Daya tahan tubuh memiliki 2 tipe imunitas, yaitu humoral dan selular. Imunitas humoral melakukan tugasnya pada cairan tubuh, seperti darah, ASI, serta air liur yang dihasilkan oleh sel B, yang dikenal dengan istilah antibodi atau imunoglobulin (lg). Imunoglobulin jenis G memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga bisa diperoleh bayi melalui plasenta ibunya di dalam kandungan.
Sedangkan imunitas selular beraksi pada darah, antara lain untuk mencegah aktifnya sel-sel kanker pada tubuh. Imun selular terbentuk berupa sel darah khusus, yang disebut limfosit T. Sistem imunitas selular yang sehat dapat mengatur proses penyembuhan tubuh dan mencegah berbagai penyakit, termasuk infeksi. 
Namun, sekali lagi, kekebalan tubuh sangat dipengaruhi oleh pola makan. Kebiasaan makan yang sehat, misalnya banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat, provitamin A (terdapat pada buah dan sayur berwarna kemerahan), berkadar lemak rendah, serta waktu tidur yang cukup, terbukti dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Selain itu, pola hidup tenang serta cara berpikir optimistis juga berpengaruh. Pasalnya, depresi kronis dapat berdampak menurunkan kekebalan tubuh sehingga penderita berisiko terkena penyakit infeksi. Bahkan, pada binatang percobaan, depresi kronis dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker.
Faktor stres juga tak kalah memengaruhi kualitas imunitas. Pasalnya, stres memicu hormon kortisol, yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin. Hormon inilah yang mengakibatkan menurunnya imunitas.


SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Posted by on Apr 24, 2008
DEFINISI
Fungsi dari sistem kekebalan adalah sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing.
Mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ yang dicangkokkan oleh sistem kekebalan dianggap sebagai benda asing yang harus dilawan oleh tubuh.

Sistem kekebalan merupakan suatu sistem yang rumit, tetapi strategi dasarnya sangat sederhana, yaitu mengenali musuh, mengerahkan kekuatan dan menyerang.
Dengan memahami anatomi dan komponen dari sistem kekebalan, akan memudahkan kita dalam memahami cara kerja dari sistem kekebalan.

ANATOMI
Sistem kekebalan memiliki sistem peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening, yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak.
Pembuluh getah bening mengandung cairan kental (getah bening) yang terdiri dari cairan yang mengandung lemak dan sel-sel darah putih.

Selain pembuluh getah bening terdapat daerah khusus, yaitu kelenjar getah bening, amandel (tonsil, sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan.
Rancangan yang jenius dari sistem ini menjamin ketersediaan dan penyusunan respon kekebalan dengan segera, dimanapun diperlukan.
Kerja sistem ini bisa terlihat jika sebuah luka atau infeksi pada ujung jari menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di sikut; atau jika terjadi infeksi tenggorokan maka akan ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang. Pembengkakan kelenjar getah bening terjadi karena pembuluh getah bening mengeringkan infeksi dengan cara membawanya ke daerah terdekat dimana respon kekebalan bisa dilaksanakan.

KOMPONEN SISTEM KEKEBALAN
Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut.
Sel-sel utama dari sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit.
Zat-zat yang bisa larut adalah molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma). Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokinesis. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya.

Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.
Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya.
Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun.

Sitoplasma makrofag mengandung granula yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan enzim yang terbungkus dalam suatu selaput.
Enzim dan bahan kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya.

Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar.
Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati berhubungan dengan pembuluh darah.

Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya.
Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya.
Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.

Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan.
Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.
Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan nanah.

Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil.
Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.

Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
3. Sel-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada limfosit T dan B, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit T dan limfosit B.
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).
Antibodi

Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi.
Antibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B. Antibodi juga disebut immunoglobulin.

Setiap molekul antibodi memiliki suatu bagian yang unik, yang terikat kepada suatu antigen khusus dan suatu bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi.
Terdapat 5 kelompok antibodi:
• IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer).
IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
• IgG merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya.
Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer.
IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dipindahkan melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.
• IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus.
IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
• IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera).
IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
• IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.

Sitem Komplemen
Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya.
Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda:
1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun).
Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara langsung maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.

Sitokinesis
Pada sistem kekebalan, sitokinesis berfungsi sebagai pembawa pesan.
Sitokinesis dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap perangsangan.
Sitokinesis memperkuat (membantu) beberapa aspek sistem kekebalan dan menghalangi (menekan) aspek yang lainnya.

Beberapa sitokinesis bisa diberikan sebagai suntikan untuk mengobati penyakit tertentu.
Contohnya:
- alfa interferon efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya leukemia sel berrambut)
- beta interferon digunakan untuk mengobati sklerosis multipel
- interleukin-2 diberikan kepada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal
-
• granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil, diberikan kepada penderita kanker yang memiliki sedikit neutrofil sebagai efek samping dari kemoterapi.

Kompleks histokompatibiliti mayor
Semua sel memiliki molekul pada permukaannya, yang khas untuk setiap individu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor.
Melalui molekul ini, tubuh dapat membedakan mana yang merupakan benda asing, mana yang bukan benda asing.

Terdapat 2 jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor (disebut juga human leukocyte antigens atau HLA):
1. HLA I ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah
2. HLA II hanya ditemukan pada permukaan makrofag serta limfosit T dan limfosit B yang telah dirangsang oleh suatu antigen.

Sel-sel pada sistem kekebalan belajar membedakan benda asing dan bukan benda asing di dalam kelenjar thymus. Pada saat janin mulai membentuk sistem kekebalan, sel stem berpindah ke kelenjar thymus dan membelah serta berkembang menjadi limfosit T.
Ketika berkembang di dalam kelenjar thymus, setiap limfosit T yang bereaksi terhadap HLA thymus dimusnahkan. Setiap limfosit T yang memerima HLA thymus dan belajar bekerja sama dengan sel-sel yang mencerminkan HLA tubuh akan mengalami pematangan dan meninggalkan thymus.

Hasilnya adalah limfosit T dewasa menerima sel-sel tubuh dan organnya sendiri dan jika harus mempertahankan tubuh, bisa bekerja sama dengan sel-sel tubuh lainnya.
Jika limfosit T tidak dapat menerima HLAnya sendiri, maka dia akan menyerang tubuhnya sendiri.
Kadang limfosit T kehilangan kemampuannya untuk membedakan benda asing dan bukan benda asing, sehingga terjadi penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sklerosis multipel).

KEKEBALAN & RESPON KEKEBALAN
Sistem kekebalan telah mengembangkan suatu jaringan pengawasan dan keseimbangan yang rumit, yang bisa digolongkan menjadi kekebalan yang dibawa dari lahir dan kekebalan yang dipelajari.
Setiap orang terlahir dengan kekebalan bawaan.
Komponen dari sistem kekebalan yang terlibat dalam kekebalan bawaan adalah makrofag, neutrofil dan komplemen. Komponen tersebut menunjukkan reaksi dan pengenalan antigen yang sama terhadap semua benda asing.

Kekebalan yang didapat diperoleh setelah lahir.
Pada saat lahir, sistem kekebalan seseorang belum bertemu dengan dunia luar atau belum mulai membangun arsip memorinya. Sistem kekebalan belajar untuk memberikan respon terhadap semua antigen baru yang ditemuinya.
Karena itu, kekebalan yang didapat, sifatnya khusus untuk antigen yang ditemui selama hidup seseorang.
Tanda dari kekebalan spesifik adalah kemampuan untuk mempelajari, menyesuaikan dan mengingat.

Sistem kekebalan memiliki suatu rekaman atau ingatan dari setiap antigen yang ditemui; baik melalui pernafasan, makanan atau kulit.
Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki umur yang panjang.
Jika bertemu dengan suatu antigen untuk yang kedua kalinya, maka limfosit dengan segera akan memberikan respon spesifik terhadap antigen tersebut. Dengan adanya respon spesifik ini, maka seseorang tidak akan menderita cacar air atau campak lebih dari 1 kali dan karena respon spesifik ini pula maka vaksinasi berhasil mencegah terjadinya penyakit.
Contohnya, untuk mencegah polio diberikan vaksinasi yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. Jika kemudian orang tersebut terpapar oleh virus polio, maka sistem kekebalan akan membuka arsip memorinya, menemukan konsep untuk virus polio dan dengan segera mengaktifkan pertahanan yang sesuai. Hasilnya adalah pemusnahan virus polio oleh antibodi spesifik yang menetralkan virus sebelum virus memiliki kesempatan untuk berlipatganda dan memasuki sistem saraf.

Kekebalan bawaan dan kekebalan yang didapat tidak tergantung satu sama lain. Setiap sistem berinteraksi dan mempengaruhi yang lainnya, baik secara langsung maupun melalui rangsangan sitokinesis.
REAKSI AUTOIMUN
Kadang terjadi kelainan fungsi sistem kekebalan, dimana jaringn tubuh dikenali sebagai benda asing lalu diserang sehingga terjadi reaksi autoimun.
Reaksi autoimun bisa dipicu oleh beberapa hal:
• Suatu zat di dalam tubuh yang dalam keadaan normal hanya terdapat di suatu daerah khusus (dan berada diluar jangkauan sistem kekebalan) dilepaskan ke dalam sirkulasi umum.
Misalnya cairan di dalam bola mata dalam keadaan normal hanya terdapat di dalam rongga bola mata. Jika suatu tusukan menyebabkan terlepasnya cairan ini ke dalam aliran darah, maka sistem kekebalan akan bereaksi melawannya.
• Perubahan pada suatu zat tubuh yang normal.
Misalnya virus, obat-obatan, cahaya matahari atau penyinaran bisa merubah struktur suatu protein sehingga sistem kekebalan mengenalinya sebagai benda asing.
• Sistem kekebalan memberikan respon terhadap zat asing yang menyerupai zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
• Terjadi kelainan fungsi di dalam sel yang mengendalikan pembentukan antibodi.
Misalnya limfosit B yang ganas bisa menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang sel darah merah.

Akibat dari suatu reaksi autoimun bervariasi:
- Demam
- Kerusakan berbagai jaringan, misalnya pembuluh darah, tulang rawan dan kulit
- Kerusakan organ
- Peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan gagal ginjal, gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung, nyeri, kelainan bentuk, delirium dan kematian.

Sejumlah besar penyakit yang hampir dipastikan merupakan reaksi autoimun adalah:
- Lupus eritematosus sistemik
- Miastenia gravis
- Penyakit Graves
- Tiroiditis Hashimoto
- Pemfigus
- Artritis rematoid
- Skleroderma
- Sindroma Sjögren
- Anemia pernisiosa.


Previous
Next Post »

Translate