SEPTUM DEVIASI
A. Pengertian
Dikatakan
septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media spenoidalis oleh adanya
perubahan struktur mukosa tulang rawan
Septum
deviasi dikatan juga hidung bengkok karena adanya penyimpangan garis tengah disertai obstruksi Nasi yang belum
tahu penyebabnya.
B. Etiologi Dan Faktor Penyebab
1.
Trauma baik langsung maupun tidak langsung
Trauma langsung bila
terjadi cidera pada wajah ( hidung), sedangkan trauma tidak langsung yang biasa terjadi pada saat bayi yaitu mukosa
tulang rawan palatum yang tidak terdeteksi dini.
2.
Patologi
Terjadi pertumbuhan
dan perubahan struktur mukosa tulang rawan palatum.
C. Anatomi dan Fisiologi
Hidung
berbentuk piramide, kira – kita 2/5 bagian atas terdiri dari tulang dan 3/5
bagioan bawahnya terdiri dari tulang rawan, ujung atasnya yang sempit bertemu
dengan dahi diglabela dan disebut
radiksnasi atau pangkal hidung. Pangkal
hidung dan sudut bebas diujung bawahnya disebut puncak hidung atau apeks nasi.,
dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh sekat tulang rawan kulit yang disebut
kolumela. Permukaan lateral hidung membentuk dorsum pada pertemua digaris
tengah, permukaan lateral berakhir membulat dibawah membentuk alanasi.
Bagian
tulang terdiri daru dua tulang Nasal yang dibatasi oleh procecus nasalis os
frontal diatas, procecus nasalis ofs maxila di lateral dan lamina perdikuloris
os ethmoid dan septum dibawahnya.
Bagian
tulang rawan terdiri dari terdiri dari dua kartilago lateralis superior, yang
bentuknya mirip segi tiga dan bersatu dengan septum digaris tengah tepi atasnya
bertemu dengan permukaan bawah os nasal dan procecus frontal os maxilla
perlektannya di tunjang oleh adanya jaringa ikat.
Bagian
bawah tulang rawan terdiri dari dua kartilago lateralis inferior yang bentuknya
bervariasi dan kurang lebih membingkai nares dan membentuk kala nasi.
Septum
mempunyai unsur tulang dan tulang rawan. Kartilago adalah sekeping tulang rawan
tunggal yang berbentuk kuadrilateral, merupakan bagian anterior septum.
D. Pathofisiologi
Trauma yang terus
menerus pada tulang rawan hidung secara langsung ataupun tidak langsung
menyebabkan perubahan dan pertumbuhan struktur mukosa tulang rawan sehingga
drainage dar sekret terganggu dan hal inilah yang membuat hidung bebrau dan
dirasa buntu.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengumpulan Data.
1.
Ciri – Ciri Umum
(berisi identitas pasien).
2.
Riwayat keperawatan
a.
Keluhan Utama
Tidak dapat bernafas
melalui hidung, ada sesuatu yang mengganjal.
b.
Riwayat Penyakit sekarang.
Adanya keluhan tidak
dapat bernafas melalui hidung, hidung terasa nyeri, tidak dapat makan karena
takut tersedak.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Pilek terus menerus,
biasanya lebih dari satu tahun dan tidak ada perubahan meskipun diberi obat.
3.
Pemeriksaan Fisik
Hidung : Ada luka
operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang tampak dari luar, pernapasan
pindah ke mulut.
4.
Pemeriksaan Penunjang.
a.
Radiologi
v Foto waters adanya
kelainan tulang hidung
v Pemeriksaan
laboratorium meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
b.
Penatalasanaan medis.
v Konservatif (Obat
dekongestan)
v Operatif
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan Pola Nafas Sehubungan dengan Tampon Pada Hidung
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka operasi.
3.
Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
sehubungan dengan intake yang kurang
C.
Perencanaan
1.
“Perubahan
pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung”
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
Tampon di
lepas
-
Klien dapat
ber5nafas melalui hidung.
Intervensi :
-
jelaskan
tentang perubahan pola nafas dan bernafas
melalui mulut.
-
Anjurkan
klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas melalui mulut.
-
Beri tindakan
perawatan untuk :
·
Oral hygiene
·
Rawat luka
dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA
·
Nebulizer
tanpa obat.
-
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian
kalmethason dan bronchodilator.
-
Monitor vital
sign.
R a s i o n a l :
-
Klien /
keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.
-
Membuat paru
mengembang dengan baik.
-
Memberi rasa
nyaman dan mencegah infeksi.
-
Fungsi
interdependent untuk mengencerkan sekret dan melonggarkan pernafasan.
-
Mengetahui
kelainan dini.
2.
“Gangguan
rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi”
Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
klien bisa
tidur
-
klien merasa
tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.
Intervensi :
-
Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri,
misal takut / posisi yang salah.
-
Kaji tingkat
nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
-
Anjurkan
klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi progresif, cutaneus
stimulation.
-
Monitor vital
sign.
Rasional :
-
Ketakutan /
posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.
-
Menentukan
tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan nyeri.
-
Mengurangi
nyeri
-
Mengetahui
kelainan dini terhadap respon nyeri
3.
“Potensial
gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang”
Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
-
Klien mau
menghabiskan makanannya.
-
BB dalam
batas normal, turgor baik.
Intervensi :
-
jelaskan pada
klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati dan sedikit – sedikit.
-
Monitor makan
tiap hari.
-
Beri diet
halus dan lunak.
-
Kontrol berat
badan tiap 2 hari.
Rasional :
-
Klien tetap
mau makan tanpa takut tersedak.
-
Mengetahui
seberapa banyak makanan yang masuk.
-
Memudahkan
pencernaan dan mencegah perdarahan
-
Perkembangan
asupan yang adekuat.
D. Pelaksanaan
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan dengan tujuan agar terpenuhnya kebutuhan klien secara
optimal.
E.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan dalam perencanaan
LAPORAN KASUS
DI RUANG THT
PENGKAJIAN
a. Ciri – ciri Umum
Klien adalah kariawan swasta PT.Asahi Mas, dan berumur 37 tahun, beragama
islam, belum menikah, suku jawa, beralamatkan di balong bendo RT 14, RW II, dengan diagnosa medis Septum Deviasi
dan MRS tanggal 27 – April - 2001 Reg. 210199.
b.
Riwayat
keperawatan
1.
Keluhan utama
Klien mengatakan tidak dapat bernafas lewat hidung
2.
Riwayat
penyakit sekarang
Klien masuk
rumah sakit tanggal 27 – April – 2001dengan keluhan : Hidung buntu, sukar
bernafas, Pilek, Pusing, dan sebelumnya klien datang ke poli THT dan oleh
dokter yang merawat hanya di beri obat
dan untuk selanjutnya klien harus operasi.
Tanggal 20 – April – 2001 jam 16.00 klien di operasi, klien mengeluh tidak
bisa bernafas melalui hidung dan hidung terasa nyeri.
3.
Riwayat
penyakit dahulu
+ 6 bulan klien sering polek,
dari orang tua klien sewaktu kecil di pukul temannya.
4.
Riwayat
kesehatan keluarga
Dari keluarga hanya klien yang menderita Septum Deviasi dan dari keluarga
tidak ada yang menderita penyakit keturunan (misal : DM).
5.
Kebutuhan
sehari – hari:
-
N u t r i s i
Makan 3x/hari di rumah, di sukai yang pedas – pedas. Di RS klien hanya
makan 2 sendok bubur halus, di rumah minumnya + 1 liter/hari air putih,
di RS klien hanya minum teh persendok 1 gelas dan aqua 1 liter.
-
E l i m i n a
s i
BAK : 6 – 7 x/ hari, sehari sebelum operasi klien tidak bisa tidur karena
sakit pada hidungnya. Tanggal 20 April 2001 jam 17.00 : Klien tampak lemah,
pada lengan kiri terpasang infus RL 28 tetes/ menit, T 11/80 mmHg, suhu 37,2oc,
RR 28 x/menit, n 92 x/menit, pada hidung
terdapat tampon + 1,5 meter, klien bernafas melalui mulut.
c.
Pemeriksaan
Fisik
Kepala : rambut hitam, tidak
ada cacat pada kulit kepala.
Mata : simetris, tidak ada
tanda anemis, sklera tidak icterus.
Hidung: : Ada luka operasi,
terdapat tanpon + 1,5 m yang tampak
dari luar,
pernafasan pindah ke mulut.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
thiroid ekstrimitas atas atau
bawah ; tidak ada
fraktur, kontraktur tidak ada.
ANALISA DAN SINTESA DATA
Setelah di lakukan pengumpulan data, kemudian di kelompokan dan dilakukan
analisa data maka di dapatkan data
sebagai berikut :
1.
Kelompok Data
I
Data subyektif :
Klien mengatakan tidak bisa bernafas seperti biasa, klien mengatakan ada
sesuatu yang mengganjal pada hidungnya.
Data Obyektif :
Klien benafas melalui mulut, ada pita tampon + 1,5 m pada hidung, mulut berbau tidak enak.
Masalah : Perubahan pola nafas.
Kemungkinan penyebab : tampon adalah benda asing yang menyumbat jalan nafas
sehinga proses nafas terganggu.
2.
Kelompok Data
II
Data Subyektif :
Klien mengatakan tidak tidur semalaman, klien mengatakan hidung terasa
sakit.
Data Obyektif :
Klien menyeringai kesakitan, klien memegangi hidung yang sakit, T 120/90
mmHg, N 100 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 37,2 oc.
Masalah : nyaman (nyeri)
Kemungkinan penyebab : luka operasi
Rasional :
terpotongnya jaringan (kontinuitas dari tulang
hidung)
3.
Kelompok data
III
Data Subyektif :
Klien mengatakan hanya makan 2 sendok. Klien mengatakan takut tersedak.
Data Obyektif :
Porsi makan yang tersedia hanya di makan 2 sendok, keadaan umum lemah,
turgor dalam batas normal, tidak terjadi penurunan BB.
Masalah : Potensial gangguan pemenuhan nutrisi.
Kemungkinan penyebab : adanya tampo hidung yang merupakan benda asing yang
menyebabkan reflek menelan dan bernafas bersamaan, menyebabkan klien takut
tersedak dan tidak mau makan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data di atas maka dapat dirumuskan beberapa diag nosa
keperawatan sebagai berikut :
d.
Perubahan
pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung.
e.
Gangguan rasa
nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi.
f.
Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan
intake kurang.
PERENCANAAN
Langkah awal dari perencanaan adalah menentukan pri oritas masalah
keperawatan. Adapun diag nosa keperawatan yang sesuai dengan urutan prioritas
adalah :
1.
“Perubahan
pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung”
Tujuan : Perubahan pola nafas teratasi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
Tampon di
lepas
-
Klien dapat ber5nafas
melalui hidung.
Intervensi :
-
jelaskan
tentang perubahan pola nafas dan bernafas
melalui mulut.
-
Anjurkan
klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas melalui mulut.
-
Beri tindakan
perawatan untuk :
·
Oral hygiene
·
Rawat luka
dengan BWC dan H2O2 dan xylocain/LA
·
Nebulizer
tanpa obat.
-
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian
kalmethason dan bronchodilator.
-
Monitor vital
sign.
R a s i o n a l :
-
Klien /
keluarga mengerti sebab akibat perubahan pola nafas.
-
Membuat paru
mengembang dengan baik.
-
Memberi rasa
nyaman dan mencegah infeksi.
-
Fungsi
interdependent untuk mengencerkan sekret dan melonggarkan pernafasan.
-
Mengetahui
kelainan dini.
2.
“Gangguan
rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi”
Tujuan : nyeri berkurang dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
klien bisa
tidur
-
klien merasa
tenang, T 110/80 mmHg, N 88 x/menit.
Intervensi :
-
Kaji faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri,
misal takut / posisi yang salah.
-
Kaji tingkat
nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
-
Anjurkan
klien untuk menggunakan teknik :distraksi, relaksasi progresif, cutaneus
stimulation.
-
Monitor vital
sign.
Rasional :
-
Ketakutan /
posisi salah dapat meningkatkan respon nyeri.
-
Menentukan
tindakan keperawatan dalam hal untuk penanganan nyeri.
-
Mengurangi
nyeri
-
Mengetahui
kelainan dini terhadap respon nyeri
3.
“Potensial
gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang”
Tujuan : pemenuhan nutrisi teratasi dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil :
-
Klien mau
menghabiskan makanannya.
-
BB dalam
batas normal, turgor baik.
Intervensi :
-
jelaskan pada
klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati dan sedikit – sedikit.
-
Monitor makan
tiap hari.
-
Beri diet
halus dan lunak.
-
Kontrol berat
badan tiap 2 hari.
Rasional :
-
Klien tetap
mau makan tanpa takut tersedak.
-
Mengetahui
seberapa banyak makanan yang masuk.
-
Memudahkan
pencernaan dan mencegah perdarahan
-
Perkembangan
asupan yang adekuat.
PENATALAKSANAAN
- “ Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung “
Pelaksanaan :
·
Memberi
penjelasan terjadinya perubahan pola nafas.
·
Menganjurkan
tindakan perawatan oral hygiene,rawat
luka dengan BWC + H2O2 + xylocain spray (LA), nebulizer.
·
Melaksanakan
hasil kolaborasi untuk pemberian kalmethason dan bronchoidilator.
·
Memonitor
vital sign tiap 2 jam.
- “ Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi “
Pelaksanaan :
-
Mengkaji
faktor – faktor yang mempengarui nyeri misal takut atau posisi salah.
-
Mengkaji
tingkat nyeri / lokasi nyeri / intensitas nyeri.
-
Menganjurkan
klien untuk mengatasi nyeri dengan teknik :
· Relaksasi progresif : menarik nafas panjang sambil
berdzikir.
· Distraksi : melihat obyek/gambar
· Cutaneus stimulation : Massage di daerah sakit,
kompres dingin.
-
Melaksanakan
hasil kolaborasi untuk pemberian analgesic : novalgin 3 x 1
-
Memonitor
vital sign tiap 2 jam.
- “ potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang “
Pelaksanaan :
1.
Menjelaskan
kepada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati dan sedikit –
sedikit.
2.
Memonitor
makan tiap hari kalau perlu tunggui
waktu makan.
3.
Beri diet
halus dan lunak.
4.
Kontrol BB
tiap 2 hari.
EVALUASI
- “Perubahan pola nafas sehubungan dengan tampon pada hidung”
S : klien mengatakan bisa bernafas melalui hidung,
klien mengatakan tampon telah di lepas tadi pagi.
O : klien bernafas melalui hidung, tampon di
lepas.
A : masalah teratsi
P : Intervensi no. 3,4,5 di teruskan.
- “Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka operasi’
S : klien
mengatakan sudah dapat tidur, tapi sakit sedikit berkurang.
O : klien tenang dan mulai dapat adaptasi dengan
respon nyeri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi no.1,2,3,4 di teruskan.
- “Potensial gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan intake kurang”
S : klien mengatakan sudah dapat makan, klien
mengatakan makan sedikit – sedikit.
O : porsi makan yang di sediakan sudah di habiskan.
A : masalah teratasi.
P : Intervensi no. 1,2,3,4 di teruskan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon