BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
- DEFINISI.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-lapisan membrane
serosa rongga abdomen dan meliputi visera.
- ETIOLOGI
Peritonitis dibagi menurut etiologinya yaitu:
·
Peritonitis Primer
Biasanya akibat dari infeksi
bakteri,organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada
wanita dari organ reproduktif interna. Peritonitas dapat juga akibat dari
sumber eksternal seperti cedera atau trauma atau oleh inflamasi yang luas yang
berasal dari organ luar area peritoneum seperti ginjal. Bakteri paling umum
yang trlibat adalah E.Coli,klebsiella & psevdomonas.
·
Peritonitis sekunder
Peritonitis yang terjadi bila ada
sumber infeksi intra peritoneal seperti apendesitis,diverkulitis,sal
pingitis,kolesistitis,pangkreatitis.Juga bila ada trauma yang dapat menyebabkan
rupture pada saluran crna atau perforasi setelah endoskopi,kateterisasi,biopsy
atau polipektomi endoskopi.
·
Peritonitis karena ada benda
asing dirongga peritoneum yang dipasang untuk pengobatan.
Yang menimbulkan peritonitis yaitu :
·
Kateter ventrikulo- peritoneal
yang dipasang pada pengobatan hidrosefalus.
·
Kateter peritoneo- jugular
untuk mengurangi asistes.
·
Continous ambulatory peritoneal
dialysis.
- PATOFISIOLOGI
Bakteri Benda
asing dalam rongga abdomen
Apendisitis
Divertikulitis
Salvingitis
Kolesistitis
Pangkreatitis
Peritonitis
Reaksi inflamasi rangsangan
pd pengaktifan ↑ set point respon menggigil
Hypothalamus thermoregulator
kebocoran
↑ Suhu tubuh
poliferasi bakteri
edema jaringan hipertermi
eksudasi cairan
abses / kantong nanah
peristaltik usus
ileus paralitik
atoni dan pembengkakan usus
distensi abdomen
merangsang pelepasan mediator kimia
nosiceptor
thalamus
cortex cerebri
nyeri abdomen dipersepsikan
Nyeri
Peritonitis disebabkan oleh bakteri, infeksi organ-organ
obdomen dan karena benda asing dalam rongga abdomen. Kebocoran isi dari organ
abdomen ke dalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi sehingga
terjadi proliferasi bakteri. Terjadi edema jaringan dan secara singkat terjadi
eksudasi cairan. Kantong-kantong nanah (abses) berbentuk diantara pelekatan fibrinosa
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh. Bila bahan yang
menginfeksi tersebar luas dengan permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum,
aktifitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus poralitik, usus kemudian
menjadi otoni dan merenggang. Sehingga
terjadi distensi abdomen.
Terjadinya distensi abdomen merangsang pelepasan
mediator kimia pada nosiceptor dan diteruskan ke thalamus dan cortex cerebri
kemudian nyeri dipersepsikan.
Karena adanya reaksi inflamasi maka rangsngan pada hypothalamus
untuk pengaktifan thermoregulator secara point meningkat dan respon menggigil
sehingga suhu tubuh meningkat.
- MANIFESTASI KLINIS
Gejala tergantung pada lokasi dan
luas inflamasi. Manifestasi klinis awal dari peritonis adalah gejala dari
gangguan yang menyebabkan kondisi ini. Pada awalnya nyeri menyebar dan sangat
terasa. nyeri cenderung menjadi konstan,
terlokalisasi, lebih terasa didekat sisi inflamasi dan biasanya diperberat oleh
gerakan.
Diagnosis peritonitis biasanya
diteggakan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan
nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (pertonium visceral)
kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada
keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung,
duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomen
berlangsung luas berbagai lokasi.
Tanda-tanda peritonitis relative sama
dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bias
menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, sehingga menjadi hipotensi. Nyeri
abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai
sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang
menyakitkan, atau juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini
kadang smar denga nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada
penderita wanita di perlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada
keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini
bias saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosepresi,
(misalnya ; diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV),
penderita pada penurunan kesadaran (misalnya, trauma kronial, aseyalopati,
toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia
dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di
perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.
- PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengganti cairan, koloid dan
elektronik adalah focus utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa liter
larutan isotonik di berikan. Hipovolemia terjadi karena sejumlah besar cairan
dalam ruang vuskuler.
Analgesik di berikan untuk mengatasi
nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intu
basi usus dan pe ngisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dalam
meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan
yang membatasi ekspensi paru dan menyebabkan distress pernapasan.
Terapi oksigen dengan kanula nasal
atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang
intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi di perlukan.
Terapi antibiotik massif biasanya dimulai
di awal pengobatan peritonitis. Dosis besar dari antibiotik spectrum luas di
berikan secara intravena sampai organisme penyebab infeksi diidentifikasi dan
terapi antibiotic khusus yang tepat dapat dimulai.
Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan
memperbaiki penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi (apendiks)
reaksi denga atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki (perforasi) dan
drainase (abses). Pada sepsis yang luas,perlu
di buat di versi fekal.
Pengobatan yang pertama di berikan
ialah tindakan yang suportif dengan segera yaitu infuse darah plasma atau whole
blood dan albumin, larutan, ringer, dekstrosa 5%, atau Nacl fisiologi.
Kortikosteroid di anjurkan oleh beberapa ahli untuk mengatasi renyatan dan
perlu diberikan denga dosis tinggi. Misalnya metilprednison 30 mg/ kg BB/ hari.
Akan tetapi ada yang mendapatkan hasil yang memuaskan dengan kartikosteroid,
malahan dapat mengaburkan paremeter untuk memantau hasil pengobatan. Naloxono
sutu antagonis reseptor opium dapat mengatasi renyatan pada binatang percobaan
akan tetapi pada manusia hasilnya mengecewakan. Bila ada hipoksia diberikan
oksigen. Parameter yang penting untuk membimbing pemberian cairan ialah
tanda-tanda vital, diuresis, dan CVP. Juga perlu diperiksa apakah ada tanda-tanda
DIC. Pada pasien dengan peritonitis umum biasanya terjadi ileus paralitik, maka
perlu di pasang pipa nasogastrik (nasogastric tube) untuk di kompresi.
Analgetik dan obat sedaktif jangan sering di berikan kecuali bila diagnosis
sudah ditegakkan.
Setelah di ambil paling sedikit 2x sediaan darah untuk
pembiakan kuman. Barulah antibiotik dengan spektrum luas di berikan.
Dosis awal perlu tinggi, tanpa
memandang fungsi ginjal, terutama bila diberikan yenis aminoglikosid. Sebaiknya
di beri antibiotik terhadap kuman aerob dan anaerob. Untuk klindamisin dan
metradinasol tidak perlu penyesuaian dosis bila ada kegagalan ginjal.
Setelah keadaan pasien stabil dan
renyatan dapat diatasi, secepatnya di lakukan pembedahan. Tindakan bedah untuk
mencari sebabnya, menutupi kebocoran dan membersihkan rongga peritoneum.
Ada yang
menganjurkan pemberian anti biotic intra peritoneal setelah rongga peritoneum
bersih, misalnya 100cc- 200cc kanamisin 0,5% dengan hasil yang baik. Akan
tetapi banyak ahli yang memandang antibiotic intra peritoneal tidak diperlukan
karena kemungkinan rangsangan toksis dan antibiotik parenteral sudah mencapai
kadar yang memuakan dimperitoneum.
Pengobatan pilihan terhadap infeksi aktif, adalah ;
1.
Cefotaxim i.v minimal 2 gram
tiap 12 jam selama 5 hari i.v
2.
kombinasi 1 gram amoxillin dan
0,2 gram asam klavulanat i.v
3.
Ofloxacin oral 400 mg setiap 12
jam. Pemberian ofloxacin peroral ini menguntungkan bagi pasien PSB tanpa
komplikasi yang tidak perlu dirawat.
Proflilaksis ;
Norfloxacin 400 mg tiap 12 jam selama 7 hari. Pada
pasien yang baru sembuh sampai dari PSB maka Norfloxacin diberikan paling
sedikit selama 6 bulan. Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG
merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak
terlalu anvasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitf
disbanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu
jelas sehingga hasilnya tidak optimal.
- PROGNOSA
Prognosa baik pada bentuk peritonitis lokal atau ringan
dan mematikan pada peritonitis umum akibat organisme virulen. Lebih cepat
diambil tindakan lebih baik prognosisnya.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
- RIWAYAT KEPERAWATAN
Data Dasar Pengkajian
·
Aktifitas / istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : kesulitan
ambulasi
·
Sirkulasi
Tanda :
Takikardia,berkeringat,pucat,hipotensi,edema jaringan.
·
Eliminasi
Gejala : ketidakmampuan defikasi dan flatus diare (
kadang-kadang ).
Tanda :Cekungan ; distensi
abdomen;abdomen diam penurunan haluaran urine,warna gelap penurunan/ ada bising
usus ( ileus ); bunyi keras hilang timbul,bising usus kasar ( obstuksi
),kekakuan abdomen, nyeri tekan hiperesonan/ timpani( ileus ),hilang suara
pekak diatas hati ( udara bebas dalam abdomen ).
·
Makanan / cairan
Gejala : aneroksia,mual/ muntah,haus.
Tanda : muntah proyektif membrane
mukosa kering,lidah bengkak,turgor kilat buruk
·
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen tiba-tiba
berat,umum atau local,menyebar kebahu,teru-menerus oleh gerakan.
Tanda : distensi,kaku,nyeri tekan
otot tegang ( abdomen );lutut fleksi,perilaku distraksi:gelisah;focus pada diri
sendiri.
·
Pernafasan
Tanda : pernafasan dangkal,takipnea.
·
Keamanan
Gejala : riwayat inflamasi organ
pelvic( saipingitis );infeksi pasca-melahirkan,abses retroperitoneal.
·
Penyuluhan
Gejala : riwayat adanya trauma
penitrasi abdomen.contoh : luka tembak / tusuk atau trauma tumpul pada
abdomen;perforasi kandung kemih / rupture;penyakit saluran GI contoh :
apendesitis dengan reforasi,gangrene / rupture kandung empedu,perfirasi
karsinoma gaster,perforasi gaster/ulkus,duodenal,obstruksi gangrenosa
usus,perforasi diveirculum,ileltis,regional,bernistrangulasi.
- DIAGNOSA TEST
Judul : SDP Meningkat kadang-kadang lebih besar dari
20.000.SDM mungkin meningkat,menunjukkan nemokonsentrasi
-
protein / albumin serum : mungkin menurun karena perpindahan
cairan
-
amilase serum :
biasanya meningkat
-
elektrolit serum :
hipokalemia mungkin ada
-
GDA : alkalosis respiratori dan
andosis metabolic mungkin
ada.
-
Kultur : organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari
darah,eksudat secret atau cairan asires.
-
Pemeriksaan foto abdominal : Dapat menyatakan disteasi usus / ileum.
Bila perporasi visera sebagai etiologi, udara bebasditemukan pada abdomen.
-
Foto dada : dapat
menyatakan peninggian diafragma
-
Parasintesis : contoh cairan
peritoneal dapat mengandung darah, PUS/ eksudat, amylase, empedu, kreatinin.
- MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
- resiko tinggi terhadap infeksi (septicemia) b/d tidak adekuat pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltic) tidak adekuat pertahanan sekunder (penekanan imunologi), prosedur infasif d/d tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada membuat diagnosa actual.
Tujuan :
1. meningkatnya penyembuhan pada waktunya ; bebas
drainase purulen atau eritema ; tidak demam.
2. Menyatakan pemahaman penyebab individu atau factor
Fator
resiko.
Intervensi :
1.Mandiri
a.
catat faktor resiko individu
contoh: trauma abdomen, apendisitis, akut, gralisa perifoneal.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
b.
Kaji tanda vital dengan sering
catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi,
takikardia, demam dan takipnea.
Rasional : tanda adanya syok septic, endotoksin,
sirkulasi, menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi dan
rendahnya status curah jantung.
c.
Catat perubahan status mental (
contoh bingung, pingsan)
Rasional : hipoksemia, hipotensi, dan asidosis, dapat
menyebabkan penyimpanagan status mental.
d.
Catat warna kulit, suhu,
kelembaban
Rasional : hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda
dini septicemia. Selanjutnya manifestasi termasuk dingin, kulit pucat, lembab,
dan sianosis sebagai tanda syok
e.
Awasi haluaran urine
Rasional : oliguria terjadi sebagai akibat penerunan
perfusi , toksin dalam sirkulasi mempengaruhi antibiotic.
f.
Pertahanan teknik aseptic ketat
pada perawatan drem abdomen, luka insisi/ terbuka, dan visi infasif. Bersihkan
dengan betadine atau larutan lain yang tepat.
Rasional : mencegah meluas dan membatasi penyebaran
organisme infektif/ kontaminasi silang.
g.
Observasi drainase pada luka/
drein
Rasional : memberikan informasi tentang status infeksi
h.
Pertahankan teknik steril bila
pasien dipasang kateter dan berikan perawatan kateter / kebersihan perineal
rutin.
Rasional : mencegah penyebaran, membatasi pertumbuhan
bakteri pada traktus urinarius
i.
Awasi / batasi pengunjung dan
staf sesuai kebutuhan. Berikan perlindungan isolasi dila diindikasikan.
Rasional : menurunnya resiko terpajan pada / menambah
infeksi sekunder pada pasien yang mengalami tekanan imun.
- kekurangan volume cairan b/d perpindahan cairan ekstraseluller,intravaskuler, dan area interstisial kedalam usus dan atau area peritoneal ; muntah ; aspirasi NG / usus, demam d/d membrane mukosa kering, turgor kulit buruk, pengisian kapiler lambat, nadi perifer lemah, menurunnya keluaran urin, urine gelap / pekat hipotensi takikardia.
Tujuan : menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan
oleh keluara urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler meningkat.
Intervensi :
a.
Pantau TTV
Rasional : membantu dalam evaluasi derajat devisit /
keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan.
b.
Observasi kulit / membrane
mukusa untuk kekeringan, catat udema feriper / sacral
Rasional : hipovalemia, perpindahan cairan dan
kekurangan nutrisi memperburuk kulit, menambah udema jaringan.
c.
Ukur intake dan output pasien
Rasional : menunjukkan status hidrasi keseluruhan
d.
Anjurkan klien untuk minum
banyak sesuai kebutuhan / yang dapat ditoleransi.
Rasional : mempertahankan hidrasi dan meminimalkan
kekurangan volume cairan
e.
Kolaborasi
i.
Awasi pemeriksaan laboratorium
contoh : HB/HR, elektrolit, protein, albumi, BUM, kreatinin.
Rasional : memberikan informasi tentang hidrasi, fungsi
organ.
ii.
Berikan caiaran elektrolit,
plasma / darah.
Rasional : mengisi / mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, koloid (plasma darah) membantu menggerakkan
air ke dalam area intraskuler dengan meningkatkan tekanan osmotic.
- hipertermi b/d proses infeksi d/d peningkatan suhu tubuh, klien mengeluh demam, wajah nampak kemerahan, kulit teraba panas.
Tujuan : hypertermi teratasi dengan criteria klien tidak
mengeluh demam, kulit tidak teraba panas dan suhu tubuh kembali normal (36°c -
37°c).
Intervensi :
a.
Kaji TTV klien, terutama suhu
Rasional : suhu meningkat menunjukkan penyakit
infeksius. Pola demam dapat membantu dalam diagnosa.
b.
Beri kompres hangat pada dahi /
axial.
Rasional : dapat mengurangi demam.
c.
Pantau suhu lingkungan, batasi
/ tambahkan linon tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan/ jumlah selimut harus di ubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
d.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antiseptic.
Rasional : mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
- Nyeri b/d iritasi kimia peritoneum perifer (toksin), trauma jaringan, akumulasi jaringan dalam rongga abdomen/ peritoneal (distensi abdomen) d/d pernyataan nyeri, otot tegang, nyeri lepas, penampilan wajah menahan nyeri, focus pada diri sendiri, perilaku distraksi, respons otomatik/ emosi (cemas).
Tujuan : nyeri teratasi/ hilang dengan criteria laporan
nyeri hilang, wajah ceria, tidak focus pada diri sendiri.
Intervensi :
a.
Kaji tingkat nyeri, lama,
intonsitasi (skala 0-10)
Rasional : perubahan dalam lokasi / intensitas tidak
umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. Nyeri cenderung konstan,
lebih hebat dan menyebar ke atas, nyeri dapat local bila terjadi abses.
b.
Pertahankan posisi semifowler
sesuai indikasi.
Rasional : memudahkan drainase cairan / luka karena
gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.
c.
Berikan tindakan kenyamanan,
contoh pijata punggung nafas dalam, latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dengan mungkin
meningkatkan kemampuan koping pasien dengan memfokuskan kembali perhatian.
d.
Berikan perawatan mulut dengan
sering.
Rasional : menurunkan mual/ muntah yang dapat
meningkatkan tekanan/ nyeri intra abdomen
e.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi
-
Analgetik : membantu
menghilangkan nyeri
-
Antiemetik : menurunkan mual/
muntah yang dapat meningkatkan nyeri abdomen.
- Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah, disfungsi usus, abnormalitas metabolic.
Tujuan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.
Intervensi :
a.
Awasi haluaran selang NG, catat
adanya muntah / diare.
Rasional : jumlah besar dari aspirasi gaster dan mual /
diare diduga terjadi obstruksi usus. Memerlukan evaluasi lanjut.
b.
Auskultasi bising usus, catat
bunyi tak ada, inflamasi / hiperaktif
Rasional : meskipun bising usus sering tak ada,
inflamasi/ iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbsi
air dan diare.
c.
Ukur lingkar abdomen
Rasional : memberikan bukti kuantitas perubahan distensi
gaster / usus dan atau akumulasi asites.
d.
Timbang BB dengan teratur
Rasional : indicator status nutrisi
e.
Kolaborasi
-
awasi BUN, protein, albumin,
glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.
Rasional : menunjukkan fungsi organ dan status /
kebutuhan nutrisi.
-
Tambahkan diet sesuai toleransi
Rasional : mempertahankan status nutrisi klien.
- Resiko tinggi terhadap infeksi (septicemia) b/d prosedur invasive dan adanya luka insisi / pembedahan d/d tampak adanya luka operasi, terpasang drain, infuse dan NGT, trauma abdomen, apendiksitis perporasi akut.
Tujuan : infeksi tidak terjadai dengan kriteria tidak
ditemukan / ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a.
Catat factor resiko individu
contoh : trauma abdomen, apendisitis akut
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi
b.
Catat / observasi warna kulit,
suhu, kelembaban.
Rasional : hangat, kemerahan, kulit kering atau tanda
dini septikimia, selanjutnya manipestasi termasuk dingin, kulit pucat, lembab
dan sianosis sebagai tanda syok.
c.
Pertahankan teknik aseptic
ketak pada perawatan drain abdomen, luka insisi / terbuka dan sisi invasive.
Bersihkan dengan betadin atau larutan lain yang tepat dan GV setiap hari.
Rasional : mencegah, meluas dan membatasi penyebaran
organisme efektif / kontaminasi silang.
d.
Observasi drinase pada luka
atau drain
Rasional : memberikan informasi tentang status infeksi
e.
Batasi / awasi pengunjung
sesuai kebutuhan
Rasional : menurunkan resiko terpajan pada / menambah
resiko sekunder yang mengalami tekanan umum
f.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antimicrobial contoh : gentamicin (geramycin) : amikasin (amikan),
kindamisin (leocin), lavase peritoneal / IV
Rasional : membunuh dan mencegah penyebaran bakteri
anaerob dan hasil aerol brain negative. Lavase dapat digunakan untuk membuang
jaringan nekroti dan mengobati inflamasi yang terlokalisasi / menyebar dengan
huruf.
BAB III
KASUS : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PERITONITIS
I.
Pengkajian Data Dasar
- IDENTIFIKASI
No.RM : 066605
TANGGAL : 21 November 2005
TEMPAT :ICU BPRS Labuang Baji
1.DATA UMUM :
1.IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.U Umur : 20 thn
Tempat/tanggal lahir : Ujung Loe 15
Juni 1986 Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Belum Menikah Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S M K
Suku : Makassar
Pekerjaan : Buruh bangunan Lama Bekerja : -
Alamat : je’neponto Ruangan : ICU BPRS Labuang baji
Tgl Masuk : 17 – 11 -2005 Sumber info: pasien, keluarga, catatan
medik
Gol.darah : -
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Abd.
Salam
Pendidikan terakhir : S M A
Hubungan dengan klien: Bapak
/ Ayah
Alamat : je’neponto
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Sopir
II.
Riwayat Kesehatan Saat Ini.
4.
Keluhan utama :
Pada saat dikaji pasien menyatakan nyeri pada daerah
abdomen / perut
5.
Alasan masuk rumah sakit :
Nyeri pada daerah abdomen / perut yang dialami sejak
lama dan diiringi / dibarengi pembengkakan pada daerah perut serta demam.
6.
Riwayat penyakit
Provocative / Palliative : Tidak
diketahui apa yang menyebabkan /
penyebab dasar dari peritonitis diduga penyakitnya ileus obstruktis
Quality : Nyeri yang dirasakan pada skala 8
interval 1 – 10.
Region : kuadran kanan atas, bawah, menyebar ke
kuadran kiri atas dan bawah.
Severity : Nyeri timbul mendadak dan sangat hebat
Timing : Nyeri timbul tidak tentu waktu
III.
Riwayat kesehatan masa lalu
1.
Penyakit yang pernah dialami
Saat kecil / kanak-kanak : Pada saat klien masih kanak-kanak sering
demam.
Penyebab : disebabkan karena penyakit yang brsifat
injeksius, perubahan cuaca dan lain-lain.
Riwayat perawatan : ketika klien merasa kurang enak
badan / demam hanya diberi kompres atau dengan istirahat yang cukup, jika parah
barulah bawa ke RS.
Riwayat operasi : klien tidak pernah operasi
Riwayat pengobatan : ketika klien merasa kurang enak
badan, klien hanya membeli obat yang dijual bebas jika parah barulah dibawa ke
dokter agar diberikan obat.
2.
Riwayat alergi : klien tidak ada riwayat
alergi
3.
Riwayat imunisasi : klien pernah diimunisasi
IV.
Riwayat kesehatan keluarga
X X
Keterangan :
: laki – laki X : meninggal dunia
:
perempuan : klien
Generasi I : kakek dan nenek Atau Ayah dan Ibu dari Ibu
klien telah meninggal dunia, tidak ada riwayat penyakit sebelum meninggal
(karena usia yang sudah tua/ajal).
Generasi II : kedua orang tua klien masih hidup, mereka
tinggal serumah dengan tuan U beserta ke empat adiknya. Tidak ada riwayat
penyakit apapun pada mereka berdua
Generasi III : tuan U / klien tinggal dengan kedua orang
tua beserta ke empat adiknya, baik iya maupun keluarganya tidak mengetahui apa
yang menjadi penyebab penyakitnya.
V.
Riwayat Psiko-sosio-spiritual
1.
Pola koping :
Klien berusaha mencari alternative untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan dengan mengambil posisi yang nyaman atau menarik nafas
dalam.
2.
Harapan klien tentang
penyakitnya :
Klien berharap penyakitnya tidak kambuh lagi dan dapat
sembuh total
3.
Factor stressor
Jika klien merasa cemas akan penyakitnya maka akan
berdampak pada nyerinya.
4.
Konsep diri
Klien merasa cemas akan penyakitnya, klien takut akan
kematian, merasa kuatir dengan pekerjaan, keungan dan merasa apakah orang-orang
akan menerimanya setelah keluar nanti.
5.
Pengetahuan klien tentang
penyakitnya
Klien menyadari bahwa penyakit yang dideritanya tidak
bakalan sembuh, hanya dapat mencegah keparahan dari penyakitnya
6.
Adaptasi
Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
penyakitnya
7.
Hubungan keluarga dan
masyarakat
Klien mempunyai hubungan baik dengan keluarga dan
masyarakat
8.
Bahasa yang sering digunakan :
Klien yang menggunakan bahasa Indonesia, biasanya dicampur dengan
bahasa makassar dalam kehidupan sehari-harinya.
9.
Perhatian terhadap orang lain
dan lawan bicara :
Perhatian klien terhadap lawan bicaranya baik
(komunikatif dan berespons)
10.
Keadaan lingkungan :
Lingkungan sekitar klien tinggal bersih, karena mereka
membagi diri dalam tugas / kerjaan di rumah tangga, klien tinggal dilingkungan
yang tidak kumuh.
11.
Aktivitas sosialnya :
Klien merupakan salah satu tulang punggung keluarga, ia
bekerja sebagai buruh bangunan
12.
Kegiatan keagamaan / pola
ibadah :
Klien beragama islam dan percaya kepada Allah SWT,
kegiatan keagamaan yang dilakukan klien sebelum saat yakni shalat meskipun
tidak teratur. Setelah masuk rumah sakit kegiatan shalatnya hampir tidak sama
sekali, klien hanya bias berdoa dalam hati agar sembuh secepatnya.
13.
kegiatan tentang kesehatan
klien menyadari benar bahwa penyakitnya tidak dapat
disembuhkan tetapi hanya dapat diminimalkan saja.
VI.
Kebutuhan dasar / pola
kebiasaan sehari-hari
1.
Makan
Sebelum masuk RS, makannya teratur 3x sehari dengan menu
4 sehat, semua jenis makanan disukai dan nafsu makan baik
2.
Minum
Sebelum masuk RS, klien minum kira-kira 8-10 gelas per
hari (1500-2000 cc), semua jenis minuman disukai.
Setelah masuk RS, klien jarang minum hanya mengandalkan
cairan infuse saja.
3.
Tidur
Sebelum masuk RS, klien sering tidur siang + 1
jam dan tidur malam + 7 jam. Setelah klien masuk rumah sakit, tidak
teratur, tapi kayak ingin tidur terus.
4.
Eliminasi Fekal / BAB
Sebelum masuk RS, klien BAB dengan frekwensi 1 X sehari
terutama pagi hari dengan konsistensi lunak warna kuning.
Setelah masuk RS, klien jarang BAB, volumenya sedikit
dengan konsistensi padat dengan warna kuning padat.
5.
Eliminasi urin / BAK
Sebelum masuk RS, BAK lancar
Setelah masuk RS, BAK lancar
6.
Aktivitas dan latihan
Sebelum masuk RS, klien bekerja sebagai seorang buruh,
lama jam kerja tidak tentu, olah raga jarang diliakukan begitu pun dengan
rekreasi.
Setelah masuk RS, klien hanya bias tidur, sesekali bias
miring baik itu miring kanan atau miring kiri.
7.
Personal hygiene
Sebelum masuk RS, klien mandi 1 X sehari, cuci rambut
3 seminggu, rajin memotong kuku dan
berpenampilan rapi
Setelah masuk RS, klien mandi 1 X sehari itu pun
dimandikan perawat, jarang bahkan tidak pernah mencuci rambut, potong kuku dan
tidak berpenampilan rapi.
VII.
Pemeriksaan fisik
Hari senin tanggal 21 November 2005 jam 09.10
1.
keadaan umum
kehilangan BB : klien mengalami penurunan BB + 5 kg selama masuk RS
kelemahan : klien masih tampak lemah dan letih
perubahan mood : klien merasa tidak enak atau bergairah
selamadi RS
vital sign : TD : 110/70 mmHg P : 20 x /
menit
N : 84 x / menit s : 36,5°C
Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran klien baik (composmentis)
Ciri-ciri tubuh : klien terliha kurus, bibir pucat,
ekstremitas atas dan
Bawah pucat.
2.
Head to toe
Kulit / integument :
Kulit
klien kering / tidak lembab, tidak ada lesi, warna agak sedikit pucat, turgor
kulit (+), tidak ada edema pada ekstremitas, tapi pada daerah perut, suhu
36,5°C
. Kepala
dan rambut
Muka
simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala kotor, tidak ada peradangan / massa / pembengkakan dan
nyeri tekan.
Kuku :
Kuku
klien terlihat agak kotor dan sedikit pucat
Mata / penglihatan :
Kedua
pupil isokhor, akomodsi bagus, refleks terhadap cahaya bagus, konjungtiva tidak
anemi, sclera agak ikterus, fungsi penglihatan bagus dan tidah ada tanda-tanda
radang.
Hidung / penghiduan :
Hidung
simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan, tidak ada
cairan, tidak ada polip / sumbatan, tidak memasang O2 atau alat
Bantu pernafasan.
Telinga / pendengaran :
Kedua
telinga simetris berada pada posisinya, tidak ada peradangan, perdarahan,
cairan, pendengaran tajam.
Mulut dan gigi
Bibir
terlihat pucat, gusi dan lidah pun pucat, fungsi pengecapan kuaran baik, tidak
ada peradangan, perdarahan, mulut dan gigi kotor, tidak ada gangguan menelan.
Leher :
Tidak
adanya distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan
kelenjar tiroid, mobilisasi leher normal.
Dada :
Bentuk
dada tidak simetris kiri dan kanan, frekwensi jantung 84 X per menit, frekwensi
pernafasan 20 per menit, bunyi nafas
bronkovesikuler, bunyi jantung teratur, terlihat dan teraba ictus cordis.
Abdomen :
Bentuk
simetris, ada massa
/ cairan, ada peristaltic usus.
Perineum dan genitalia :
Genitalia
kurang bersih, tidak ada peradangan, pembengkakan dan perdarahan.
Ekstremitas atas dan bawah :
Refleks
(+), tonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi (-) kekuatan otot 70 %.
3.
Pengkajian data focus
(pengkajian system)
§ Sistem respiratori :
Frekwensi nafas normal 20 per menit, tidak ada keluhan saraf, tidak ada
batuk, menggunakan pernafasan dada.
§ Sistem kardiovaskuler :
Tekanan darah pada saat klien dikaji 110/70 mmHg,
frekwensi jantung 84 X per menit, nadi kuat, kepala terasa agak pusing.
§ Sistem gastrointestinal :
Pada saat klien dikaji pasien baru 1 X BAB sejak
kemarin. Berampas, padat, mual, muntah tidak ada, nyeri abdomen peristaltic
usus lemak.
§ Sistem genitourinaria :
Urin lancer dengan warna seperti teh pekat, tidak
dijumpai partikel-partikel darah atau yang lainnya.
§ Sistem musculoskeletal :
Repleks (+), tonus otot sedang, kekakuan otot dan sendi
(-), kekuatan otot 70%, kelemahan dan keletihan (+).
§ Sistem neurologi :
Hanya sedikit pusing yang dirasakan oleh klien,
kesadaran composmentis, kehilangan memori (-), komunikasi lancar dan jelas,
orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, emosi dapat dikendalikan.
§ Sistem penglihatan :
Kedua pupil isokhor, akomodasi bagus, refleks terhadap
cahaya bagus, konjungtiva tidak anemis, sclera ictorus, fungsi penglihatan
bagus dan tidak ada tanda-tanda radang.
§ Sistem endokrin :
Riwayat DM (-) dan riwayat makan berlebihan tidak ada.
§ Sistem pendengaran :
Kedua telinga simetris, berada pada posisinya, tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan, tidak ada cairan, pendengaran tajam.
4.
Pemeriksaan diagnostic
§ Hasil laboratorium
Protein total : 4,59 gr/100 ml ( N = 5,0 – 8,0 g/dl ) (100%)
Albumin : 1,36 gr/100 ml ( N = 3,5 – 5,0 g/dl) (58-74%)
Globulin : 3,2 gr/100 ml ( N = 1,5 – 30 g/dl )
Bilirubin total : 2,56 mg/100 ml ( N = 0 -1 mg/dl )
Bilirubin direct : 1,98 mg/100 ml ( N = < 0,25
mg/dl )
SGOT = 57
u/l N = - ♂ = 6-30 u/l
-♀ = 6-25 u/l
SGPT = 29 u/l N = - ♂ = 7-32 u/l
-♀ = 7-26 u/l
Alkali phosphatase =
198 u/l N= - dewasa = 30 – 110 u/l
-
anak-anak = 30 – 300 u/l
ureum = 68,5 mg/100
ml N = 20 mg/dl
kreatinin = 1,14
mg/100 ml N = 1,2 mg/dl
GDS = 96 N =
Pa O2 75 –
100 mmHg
Pa CO2 35 -45 mmHg
O2 CT 15% - 23%
Sa O2 94% - 100%
HCO3 22 – 26 m Eq/1
PH 7,36
– 7,42
5.
Penatalaksanaan medik
§ IVFD Rl : Dex 0,5% = Amifiren 28 tetes/menit
1 : 1
: 1
§ Cefotaxime 1 gr/12 jam
§ Ulcument 1 amp/8 jam
§ Tragesix 1 amp/8
jam
§ Dumazol 0,5 gr/8
jam
§ Dulculax Supp II
- KLASIFIKASI DATA
- Data Subyektif
1.
klien mengatakan nyeri di
daerah perut
2.
klien mengatakan pusing dan
demam
3.
klien mengatakan jarang BAB
4.
klien mengatakan penyakitnya
tidak akan sembuh
5.
klien mengatakan cemas akan
penyakitnya
6.
klien mengatakan jarang minum
7.
klien mengatakan susah tidur
8.
klien mengatakan kurang enak
atau bergairah
- Data Obyektif
1.
terjadi pembengkakan di daerah
perut
2.
kulit teraba panas
3.
BB menurun
4.
klien tampak lemah dan letih
5.
klien tampak kurus
6.
bibir pucat
7.
ekstremitas atas dan bawah
pucat
8.
kulit tampak kering atau tidak
lembab
9.
warna kulit agak sedikit pucat
10.
kulit kepala klien kotor
11.
kuku kotor dan terlihat agak
pucat
12.
sclera agak icterus
13.
gusi dan lidah pucat
14.
fungsi pengecapan kurang baik
15.
mulut dan gigi kotor
16.
pada perut ada massa atau cairan
17.
peristaltic usus melemah
18.
genitalia kurang bersih
19.
tidur tidak teratur
20.
volume BAB sedikit dengan
konsistensi padat dan warna kuning pekat
- ANALISA DATA
No
|
Data keperawatan
|
Kemungkinan
penyebab
|
masalah
keperawatan
|
|||||||||
01
02
03
04
05
06
07
08
|
DS : klien mengatakan nyeri
didaerah perut
DO : - pembengkakan pada daerah perut
-
pada perut ada masa/cairan
DS : klien mengatakan pusing dan
demam
DO : bibir pucat
-
kulit teraba panas
-
fungsi pengecapan kurang baik
DS : klien mengatakan jarang BAB
DO : - volume BAB sedikit
-
konsistensi padat
-
warna kuning pekat
-
peristaltic usus melemah
DS : klien mengatakan penyakitnya tidak akan sembuh
DS : klien mengatakan cemas
akan penyakitnya
-
klien tampak takut akan
kematian
-
klien rasa kuatir dengan
kerjaan,keuangan
-
klien merasa apakah orang
–orang akan menerimanya setelah keluar nanti
DS : klien mengatakan jarang minum
DO : - pengeluaran cairan tubuh
melalui keringat / pernapasan.
-
kulit tampak kering atau
tidak lembab
DS : klien mengatakan susah tidur
DO: - tidur tidak teratur
-
klien tampak kurus
-
berat badan menurun
-
ekstremitas atas dan bawah
pucat
-
warna kulit agak pucat
-
sklera agak ikterus
DS : klien mengatakan kurang
enak/bergairah
DO : - kulit kepala klien kotor
-
kuku kotor dan terlihat agak
pucat
-
gusi dan lidah pucat
-
mulut dan gigi kotor
-
genitelia kurang bersih
|
Bakteri apendisitis benda asing divertikulitis rongga
perut
Salvingitis
Colestisitis
Pangkreatitis
Trauma
Peritonitis
Reaksi inflamasi
Kebocoran
proliferasi bakteri
edema jaringan
eksudasi cairan
abses/kantong nanah
peristaltic menurun
ileus paralitik
atoni dan pembengkakan
usus
distensi abdomen
merangsang pelepasan
mediator
nosiceptor
thalamus
cortex cerebri
nyeri abdomen
dipersepsikan
Nyeri
Rangsangan pada hipothalamus
Pengaktifan thermoregulator
Set point meningkat
Respon menggigil
Suhu tubuh meningkat
hipetermi
peristaltic menurun
konstipasi
gangguan eliminasi fekal
perubahan status kesehatan
hospitalisasi
kurang terpajan informasi
salah persepsi informasi
kurang pengetahuan
koping individu inefektif
stress meningkat
ansietas
Suhu tubuh meningkat
Evaporasi meningkat
Pengeluaran cairan tubuh
melalui keringat dan pernapasan
Kekurangan volume cairan
Dehidrasi
Nyeri abdomen dipersepsikan
Ras diaktifkan
REM menurun
Susah
tidur
Gangguan pola tidur
Kelemahan
Kemampuan perawatan diri
Self care devisit
|
Nyeri abdomen
Hipetermi
Gangguan eliminasi fekal
Kurang pengetahuan
Ansietas
Dehidrasi
Ganggaun pola tidur
self care devisit
|
- PERUMUSAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Hipertermi b/d reaksi inflamasi
d/d klien mengatakan agak pusing dan demam, kulit teraba panas, fungsi
pengecapan kurang baik.
2.
Dehidrasi b/d evaporasi
meningkat d/d klien mengatakan jarang minum, pengeluaran, cairan tubuh melalui
keringat dan pernapasan, kulit tampak kering atau tidak lembab.
3.
Nyeri b/d distensi abdomen d/d klien mengatakan nyeri didaerah perut,
pembengkakan pada daerah abdomen, pada perut ada massa atau cairan.
4.
self care devisit b/d kelemahan
ditandai dengan klien mengatakan kurang enak/ bergairah, kulit kepala klien
kotor, kuku kotor, gusi dan lidah pucat, mulut dan gigi kotor, genitalia kurang
bersih.
5.
Gangguan pola tidur b/d nyeri
d/d klien mengatakan susah tidur, tidur tidak teratur, warna kulit agak sedikit
pucat, berat badan menurun, ekstremitas atas dan bawah pucat, sclera icterik,
klien tampak kurus, lemah dan letih.
6.
Gangguan eliminasi fekal b/d
konstipasi d/d klien mengatakan jarang BAB, volume BAB sedikit dengan
konsistensi padat dan warna kuning pekat, peristaltic usus melemah.
7.
Ansietas b/d hospitalisasi d/d
klien merasa cemas akan penyakitnya, klien takut akan kematian, rasa kuatir
dengan kerjaan, keuangan, dan merasa apakah orang-orang akan menerimanya
setelah keluar nanti.
8.
Kurang pengetahuan b/d kurang
terpajan informasi d/d kesalahan persepsi tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddar,Dkk.Buku
Ajar Keperawatan Medical Bedah Ed.8vol.2.Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn
E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta : EGC
Lorraine, Wilson, Sylvia, Price. 1995. Patofisiologi.
Ed.4. Jakarta :
EGC.
Soeparman, Dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit UI.
www.google.co.id Yogi Internet.
ConversionConversion EmoticonEmoticon