BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kemajuan dibidang sosial dan ekonomi
mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap angka kematian bayi. Pengaruh
demikian tidak seberapa tampak pada angka kematia perinatal. Dalam 30 tahun
terakhir angka kematian bayi turun dengan menyolok, yaitu di bawah 25 per 1000
kelahiran.
Negara-negara
Barat telah berhasil menurunkan angka kematian maternal dan kini angka kematian
perinatal digunakan sebagai ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.
Dalam hubungan ini, maka pada pengawasan antenatal hal-hal yang berhubungan
dengan keadaan janin dalam uterus mendapat banyak perhatian. Angka yang ada adalah angka kematian perinatal
yang ada di Indonesia
yaitu di rumah sakit-rumah sakit besar yang umumnya merupakan referral hospital
yaitu berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 kelahiran.
Perbaikan
angka kematian perinatal dapat dicapai
dengan pemberian pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan
menemukan dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan
neonatus.
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibu tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian
dinilai dengan fakta bahwa sesudah
dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat atau kontraksi otot.
Kematian perinatal ini berdampak psikologis yaitu rasa kehilangan pada ibu/ suami atau
keluarga. Kehilangan pada perinatal dapat terjadi kapan saja selama periode
gestasi atau neonataus. Biasanya bila kehamilan mencapai puncak pada kematian
janin atau neonatus, kehilangan tidak diinginkan dan membuat klien/ pasangan
tidak berdaya. Kehilangan anak yang diinginkan dapat sama traumatiknya (atau
bahkan lebih traumatic) seperti kehilangan anggota keluarga dewasa atau teman
yang dekat.
Respon
terhadap kehilangan akibat kematian janin dqalan rahim dari tiap individu
berbeda-beda, hal ini tentunya tidak terlepas dari sifat manusia yang unik.
Untuk itu kami mengangkat kasus Kematian Janin Dalam Rahim sebagai bahan dalam
Seminar Keperawatan Maternitas.
B.
TUJUAN
Melaui
makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
Tujuan Umum
Mengetahui
gambaran secara umum tentang kasus Kematian Janin Dalam Rahim dan perawatannya.
Tujuan khusus
1.
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
kasus Kematian Janin dalam Rahim
2.
Menetapkan Diagnosa keperawatan
3.
Menetapkan rencana keperawatan
4.
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
5.
Melakukan evaluasi keperawatan
C.
MANFAAT
a.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi institusi
Rumah Sakit khususnya di bagian Poliklinik Ante Natal Care dalam memberikan
pelayanan perawatan professional pada ibu hamil/ prenatal..
b.
Pelaksanaan Seminar kasus dapat menjadi masukan dan
bahan informasi serta koleksi bagi
mahasiswa dan institusi pendidikan dalam rangka peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kepada peserta didik,
sehingga peserta didik mampu mengaktualisasikan ilmu dan ketrampilan secara
efisien ditempat praktek atau dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KONSEP MEDIS KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM ( KJDR )
A. Pengertian.
Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR), biasa didefinisikan
sebagai kematian intrauterin dari janin dengan berat 500gr atau lebih atau
janin pada umur kehamilan sekurang – kurangnya 20 minggu.( Melfiamsati S, 1994)
.
Sebelum 20 minggu : kematian
janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi
yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed
abortion.
Sesudah 20 minggu biasanya ibu
telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila
wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin
dalam rahim.
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibu tanpa memandang usia kehamilan. Kematian
dinilai berdasarkan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak
bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau
pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.
Menurut WHO Exspert Committee On the Prevention of
Perinatal Morbidity and Mortality ( 1970 ) untuk penyeragaman statistic,
menyatakan bahwa yang dinamakan kematian janin ialah kematian janin pada waktu
lahir berat badannya diatas 1000 gram.
Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1.
Golongan 1 : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh.
2.
Golongan II : kematian janin sesudah ibu hamil 20-28
minggu.
3.
Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28
minggu (late Foetal
Death).
4.
Golongan IV : kematian janin yang tidak masuk dalam
ketiga golongan diatas.
B. Etiologi.
1.
Perdarahan : plasenta previa
dan solutio plasenta
2.
Pre-eklamsia
3.
Penyakit-penyakit kelainan
darah, penyakit infeksi dan penyakit menular.
4.
Penyakit saluran kencing : bakteriuria,
pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal.
5.
Penyakit endokrin : Diabetes Mellitus,
hyperthyroid, malnutrisi dan sebagainya.
6.
Gangguan pertumbuhan janin atau
kelainan/anomali janin.
C. Diagnostik .
1.
Anamnesis : ibu tidak merasakan
gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu
merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan semakin kecil atau kehamilan
tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasa perutnya sering
menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2.
Inspeksi : tidak kelihatan
gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus.
3.
Palpasi :
·
Tinggi fundus uteri lebih
rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
·
Dengan palpasi yang teliti,
dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4.
Auskultasi : baik memakai
stetoskop maupun dengan Deptone tidak akan terdengar denyut jantung janin.
5.
Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negatif setelah
beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6.
Rontgen Foto Abdomen :
·
Adanya akumulasi gas dalam
jantung dan pembuluh darah besar janin.
·
Tanda Najosk : adanya angulasi
yang tajam tulang belakang janin.
·
Tanda Gerhard : adanya
hiperektensi kepala tulang leher janin.
·
Disintegrasi tulang janin bila
ibu berdiri tegak.
·
Kepala janin kelihatan seperti
kantong berisi benda padat.
·
5 hari atau lebih setelah
kematian janin, kelainan – kelainan yang ditemukan meliputi tulang – tulang
tengkorak janin yang tumpang tindih atau overlapping tulang – tulang kepala
(sutura) janin (Tanda Spalding) yang disebabkan oleh mencairnya otak.
7.
Ultrasonografi dengan scan
real-time : Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin
memastikan kematian janin. Tengkorak janin yang kolaps memberi kesan bahwa
janin telah mati 1 minggu atau lebih.
8.
Amniosentesis :
Cairan amnion cenderung untuk menjadi merah, coklat atau
keruh.
9. Test – test koagulasi :
Fibrinogen, jumlah trombosit,
masa protrombin dan masa tromboplastin parsial dapat mengidentifikasi
atau menyingkirkan gangguan koagulasi.
D. Penanganan dan
pendidikan klien.
1.
Bila disangka telah terjadi
kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya
diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
2.
Biasanya selama masih menunggu
ini, 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan.
3.
Bila setelah 3 minggu kematian
janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis, partus belum mulai, maka
wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
4.
Induksi partus dapat dimulai
dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau langsung
dengan pemberian oksitosin drips dengan
atau tanpa amniotomy.
5.
Suppositoria vagina yang
mengandung prostaglandin biasanya dianjurkan.
6.
Sokongan emosional yang cukup adalah esensial.
7.
Pemerikasaan patologi plasenta
adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.
E. Pengaruh
Terhadap Ibu.
Kermatian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya
tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadi
kelainan darah ( hipo-fibrinogenemia ) akan lebih besar; karena itu pemeriksaan
pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan.
Bila terjadai hipofibrinogenemia bahayanya adalah perdarahan post partum.
Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.
Selain itu jika penanganan tidak segera dilakukan maka
mengakibatkan terjadinya sepsis, perdarahan postpartum dan emboli cairan ketuban.
F.
Diagnosa diffrensial.
-
Kehamilan ekstrauterin
-
Kehamilan mola
-
Missed abortion
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.
I. PENGKAJIAN DASAR DATA KLIEN.
SIRKULASI
Riwayat hipertensi esensial, penyakit vaskuler.
INTEGRITAS EGO
Sejarah emosi labil : ansietas, takut, syok, tidak
percaya, deperesi.
ELIMINASI
Nefritis kronik.
MAKANAN/CAIRAN
Status nutrisi ibu buruk.
KEAMANAN.
Pemajanan pada agen-agen toksik/teratogenik, Riwayat
kejadian traumatic.
Adanya penyakit inflamasi, penyakit hubungan seksual,
atau pemajanan penyakit menular seperti rubella, sitomegalovirus, herpes aktif,
Pecah ketuban dini. Abnormalitas plasenta/tali pusat yang terlihat pada
kelahiran, Inkompatibilitas ABO.
SEKSUALITAS.
Uterus birokrat atau septat, tumor fibrosa uterus
(leiomioma), atau abnormalitas lainnya dari kejadian kelahiran traumatic,
komplikasi intrapartum.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Melaporkan penyalahgunaan obat/alcohol, Riwayat keluarga
tentang kondisi genetic.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
USG, Foto abdomen, amniosentesis, test koagolasi.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1.
Memfasilitasi proses berduka.
2.
Memberikan informasi mengenai
kejadian-kejadian sekitar kehilangan dan implikasi masa datang.
TUJUAN PULANG
1.
Dukungan teridentifikasi dan
pada tempatnya.
2.
Rencana dibuat untuk pemakaman
bayi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Berduka (diperkirakan)
Dihubungkan dengan
: Kematian janin/ bayi
Kemungkinan dibuktikan oleh : Ekspresi verbal dari distress, marah,
kehilangan, rasa bersalah : menagis; perubahan dalam kebiasaan makan
atau pola tidur.
HASIL YANG DIHARAPKAN : Mengungkapkan tahap proses berduka yang
dialami
KLIEN AKAN Mengekspresikan perasaaan dengan tepat.
Mengidentifikasi
masalah proses berduka ( mis: masalah
fisik makan, tidur ) dan mencari bantuan yang tepat.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Dihubungkan dengan
Kemungkinan dibuktikan oleh
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
|
BERDUKA (diperkirakan)
Ekspresi verbal dari distress, marah, kehilangan,
rasa bersalah : menangis; perubahan
dalam kebiasaan makan atau pola tidur.
Mengungkapkan tahap proses berduka yang dialami
Mengekspresikan perasaaan
dengan tepat.
Mengidentifikasi
masalah proses berduka ( mis: masalah
fisik makan, tidur ) dan mencari bantuan yang tepat.
|
||
TINDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
Kaji pengetahuan klien/pasangan dan interpretasi terhadap KJDR.
Berikan informasi dan perbaiki kesalahan konsep berdasarkan kesiapan pasangan
dan kemampuan untuk mendengarkan secara efektif.
Tentukan makna kehilangan terhadap kedua anggota pasangan. Perhatikan
bagaimana kuatnya pasangan menginginkan kehamilan ini.
Identifikasi ekspresi dari tahap berduka; mis., menyangkal, marah,
menawar, depresi, menerima. Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik (mis.,
mendengarkan dengan aktif, pengakuan), menghargai hasrat/permintaan klien
untuk tidak bicara.
Anjurkan keluarga untuk mengekspresikan perasaan, dan mendengar
(tetap diam atau mengkomentari dengan
tepat). Catat bahasa tubuh. Tingkatkan situasi rileks.
Diskusikan respons yang diantisipasi secara fisik dan emosi
terhadap kehilangan. Evaluasi keterampilan koping. Perhatikan keyakinan religius
dan latar belakang budaya.
|
RASIONAL
Sering, setelah kematian anak, orang tua berespons syok,
menyangkal, atau tidak percaya. Reaksi emosi ini dapat menyembunyikan
kemampuan pasangan untuk memproses informasi dan menginterpretasi kejadian
bermakna. Pola berpikir konkrit
(interpretasi literal) mungkin merupakan cara mekanisme koping
satu-satunya yang ada terhadap informasi saat ini.
Luas dan durasi respons berduka dapat tergantung pada makna
kehilangan (mis., apakah kehamilan direncanakan, apakah pasangan telah
kehilangan kehamilan yang lain, lama waktu berkenaan dengan mencoba mengatur
rencana). Selain itu, orang tua dapat merasa kehilangan sepanjang hidup
mereka, berduka untuk anak yang tidak pernah lagi mereka tahu atau lihat
bertumbuh.
Bila anak meninggal dalam rahim, lahir mati, atau meninggal
setelah kelahiran, berduka dirasakan, tanpa melihat apakah anak diinginkan
atau tidak. Bila berduka tidak selesai, berduka dapat menjadi disfungsional,
mengakibatkan perilaku yang merusak pada keamanan pribadi dan pada masa depan
keluarga dan perkawinan/hubungan.
Isyarat verbal dan nonverbal memberikan informasi tentang derajat
kesedihan, rasa bersalah, dan rasa takut keluarga. Keluarga yang berduka
memerlukan kesempatan ulang untuk mengungkapkan pengalaman mereka. Diperlukan
waktu untuk membuat situasi terapeutik. Mendengarkan dengan aktif menunjukkan
perhatian, yang mengkomunikasikan kesadaran tentang keunikan arti kehilangan
pada klien.
Membantu pasangan untuk mengenali bahwa respon mereka sebelumnya
dan berikutnya adalah normal. Berduka merupakan hal yang individual, dan luas
serta sifat dari respons dipengaruhi oleh sifat kepribadian, keterampilan
koping masa lalu, keyakinan religius , dan latar belakang budaya.
|
||
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Dihubungkan dengan :
Kemungkinan dibuktikan oleh :
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
|
HARGA DIRI, SITUASIONAL RENDAH
Kegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup
Penilaian diri negatif sebagai respon terhadap kejadian hidup pada
indivbidu dengan evaluasi diri positif sebelumnya, pengungkapan perasaan
negatif tentang diri ( tidak berdaya, tidak berguna), kesulitan membuat
keputusan.
Mengidentifikasi kekuatan dan sumber-sumber yang tersedia.
Mengekspresikan harga diri positif
Mendemonstrasikan adaptasi terhadap kematian bayi dan integrasi
kehilangan kedalam hidup sehari-hari dengan merencanakan masa depan.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Tentukan persepsi diri pasangan sebagai individu dan orang tua.
Evaluasi respons keluarga terhadap kehilangan, perhatikan kesalahan yang
dibuat oleh anggota keluarga.
Diskusikan dengan pasangan apa yang telah terjadi dan bagaimana
perasaan mereka terhadap kematian
Berikan kesempatan untuk mengungkapkan, menyalurkan emosi dan
menangis.
Diskusikan kebutuhan menjadi orang tua terhadap anak yang lain
secara tepat.
Berikan penguatan positif untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
dan masalah-masalah.
Kolaborasi
Bantu dengan rujukan untuk konseling dan koordinasi perjanjian (
mis; pelayanan sosial atau kelompok pendukung).
|
RASIONAL
Kelahiran memberikan kesempatan untuk memberikan cinta, dicintai,
mengembangkan harga diri, perasaan bangga dan lengkap, membuat alasan untuk
hidup, dan menciptakan jembatan untuk masa depan. Kehilangan kehamilan dan
bayi baru lahir selanjutnya sering dihubungkan dengan perasaan tidak adekuat,
tidak berdaya, dan tidak berharga, yang secara langsung mempengaruhi perasaan
diri dan kemungkinan menghancurkan harga diri seseorang sebagai orang tua.
Ekspresi rasa marah atau menyalahkan dari anggota keluarga yang lain dapat
menurunkan harga diri lebih lanjut.
Kemarahan dalam anggota keluarga mungkin berpindah ke
klien/pasangan, mengakibatkan distorsi dari kejadian sebenarnya.
Pengungkapan
kehilangan memberikan kesempatan untuk penerimaan yang diperlukan, membantu
orang tua untuk menyaring perasaan dengan seksama, dan menfalidasi perasaan
normal orang tua tentanmg ketidakberdayaan dan ketidakadekuatan.
Kesinambungan
perawatan dan merasa perlu bantuan dalam memelihara identitas klien/ pasangan
sebagai orang tua berguna.
Membantu dalam
koping kesedihan terhadap situasi. Membantu orang tua untuk menerima diri
mereka sendiri sebagai manusia yang berharga.
Kemampuan klien/
pasangan untuk mengkoordinasikan dan melakukan tugas mungkin menurun dan
melakukan tugas mungkin menurun. Rujukan membantu memberikan dukungan dan
bantuan, yang dapat memudahkan integrasi dari kehilangan kedalam kehidupan
setiap hari dan meningkatkan harga diri.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dihubungkan dengan
Kemungkinan dibuktikan oleh
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
|
PROSES
KELUARGA, PERUBAHAN, RESIKO TINGGI TERHADAP; PENAMPILAN PERAN, PERUBAHAN,
RESIKO TINGGI TERHADAP.
Krisis situasi ( kematian anak )
( tidak dapat
diterapkan; adanya tanda/ gejala untuk menegakkan diagnosa actual).
Mengekspresikan perasaan dengan tepat dan sesuai.
Menunjukkan keterlibatan individu dalam proses pemecahan masalah
yang diarahkan untuk resolusi krisis.
Mengungkapkan pemahaman tentang harapan peran/ kewajiban.
Mengidentifikasi kebutuhan dan sumber untuk memelihara peran/
ikatan keluarga.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Evaluasi situasi keluarga saat ini dan status psikososial ( mis;
anak lain, keluarga besar, system pendukung ).
Identifikasi harapan perubahan peran yang diperlukan karena adanya
kehilangan.
Berikan informasi dan Bantu orang tua menghadapi situasi,
keseimbangan perawatan diri dan kebutuhan berduka serta tangguang jawab
menjadi orang tua.
Beri klien pilihan aktivitas sederhana, dengan kesempatan untuk
melakukan lebih banyak sesuai kemajuannya.
Kolaborasi
Rujuk pada konseling psikiatrik atau psikoterapi bila
diindikasikan.
Berikan obat-obatan dengan bijaksana, sesuai kebutuhan ( mis;
sedative, antiansietas/ antidepressant).
|
RASIONAL
Anggota keluarga mungkin memberikan dukungan satu sama lain.
Ketidakyakinan, marah, dan menyangkal, bagaimanapun, dapat secara temporer
merusak ketrampilan menjadi orang tua, dan anak lain mungkin diabaikan atau
diperlakukan berbeda dari yang dilakukan sebelum kematian bayi.
Perubahan yang diantisipasi meliputi periode disorientasi atau
terpecahnya pola kerja normal, diikuti oleh periode reorganisasi, dimana
energi dengan tepat disimpan dalam individu dan aktivitas baru.
Kematian anak merupakan perubahan peran orang tua yang tidak
diantisipasi. Pada kematian anak pertama, fungsi orang tua yang terjadi hanya
berduka. Bila ada anak yang lain, orang tua dapat mengekspresikan
kekhawatiran tentang tentang kemampuan mereka menjadi orang tua. Perasaan
tentang kegagalan atau rasa tidak adekuat.
Klien perlu untuk menerima pesan bahwa ia terlihat berfungsi,
individu yang mampu meskipun ia mungkin tidak merasa kompeten.
Dukungan tambahan dalam koping berduka mungkin diperlukan.
Psikoterapi mungkin membantu dalam kasus berduka patologis atau mempengaruhi
over protektif, yang secara negatif mempengaruhi proses menjadi orang tua
yang normal dan integrasi kehilangan aktivitas biasanya.
Dapat membantu klien memperoleh tidur/ istirahat ( mis; kesulitan
atau kelelahan kelahiran atau kelahiran sesaria). ( Catatan :Ketidaktepatan penggunaan
obat-obatan menghambat proses berduka).
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dihubungkan dengan
Kemungkinan dibuktikan oleh
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
|
KURANG PENGETAHUAN (
KEBUTUHAN BELAJAR ).
Mengenai kehilangan perinatal, harapan masa datang.
Kurang pemajanan pada atau tidak mengenal sumber informasi,
kesalahan interpretasi informasi.
Meminta informasi, pernyataan salah konsepsi
Membedakan antara penyebab kematian yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol.
Mengungkapkan pemahaman alasan dari kehilangan, bila diketahui
Mendiskusikan kemungkinan efek jangka pendek dan jangka panjang
dari kehilangan.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Kaji kesiapan dan kemampuan
klien untuk memahami dan menyerap informasi.
Beri informasi tentang kemungkinan adanya efek emosi dan fisik
jangka pendek dan jangka panjang dari berduka, meliputi gejala-gejala
somatic, kurang tidur, mimpi buruk, mimpi-mimpi tentang bayi atau kehamilan,
rasa hampa, kelelahan, perubahan respon seksual, dan kehilangan napsu makan.
Tinjau ulang urutan kejadian dan tes diagnostic yang dilakukan,
gunakan foto bila ada dan bila perlu.
Identifikasi prioritas keluarga bila memberikan informasi.
Biarkan klien memperkenalkan subjek dari kehamilan lain
Identifikasi persepsi klien / pasangan tentang kejadian dan
perbaiki kesalahpahaman, sesuai indikasi.
Siapkan orang tua terhadap reaksi teman dan keluarga; lakukan
bermain peran untuk respon tersebut.
Rujuk pada Pendeta dan kelompok pendukung dikomunitas ( Rujuk pada
MK: Distres Spiritual, risiko tinggi terhadap ).
|
RASIONAL
Respon emosional dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendengar dan
memproses informasi, tahap menyangkal bukan waktu terbaik untuk individu
berupaya memproses informasi, dan pengulangan informasi mungkin diperlukan
karena ketidakpastian individu dan kurangnya control situasi. Penguatan
terhadap realita yang sederhana mungkin diterima oleh seluruh anggota
keluarga pada saat ini.
Pada kebanyakan kasus, orang tua tiadak mengetahui mengapa anak
mereka meninggal dan mungkin merasa takut untuk hamil lagi. Penyebab kematian
intrauteri, lahir mati, atau kematian perinatal kadang-kadang tidak pasti bahkan
setelah dilakukan autopsi, dan keluarga mungkin merasa bersalah tentang
penyebab dari kematian ini. Memebrikan informasi tentang factor-faktor
tersebut dapat membantu untuk mengatasi berduka dari individu ini. Membantu
menyiapkan pasangan untuk perubahan normal dan kesulitan berkenaan dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari, dan membantu pasangan mengenali luasnya
kehilangan.
Selama stress berat yang menyertai kehilangan klien/ pasangan
memahami dan menyerap informasi lebih mudah bila ini ditunjukkan dengan cara
yang tepat. Symbol-simbol seperti ini cap telapak kaki atau foto dari bayi
mungkin penting.
Keluarga mempunyai perbedaan kebutuhan untuk informasi, tergantung
pada tahap perkembangan keluarga dan apakah kematian intrauterus, karena
penyebab eksternal atau karena masalah genetic.
Individu menentukan kesiapan mereka sendiri untuk memikirkan
tentang dan mendiskusikan kemungkinan ini. Rekomendasi umum adalah untuk
menghindari pertimbangan kehamilan sampai berduka dapat teratasi, atau
setdikitnya sampai 6 bulan setelah kehilanagan.
Ketidakakuratan persepsi perlu dikaji secara kontinu dan informasi
yang valid diulangi.
Anggota keluarga dan teman sering tidak menghargai intensitas
berduka orang tua. Bermain peran dapat menyiapkan orang tua terhadap berbagai
respon dari teman dan kerabat, yang mungkin menghindari untuk membicarakan
kehilangan, salah jika menyakini bahwa menghindari topic merupakan tindakan
terapeutik
Pada banyak kasus orang tua tidak mempercayai infoemasi sampai
mereka telah mendengar dari berbagai sumber.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
Informasi umum.:
Nama :
Ny. R,
Umur :
33 tahun
Tanggal lahir : 27
September 1992. Suku : Makassar
Tanggal kunjungan
ke poliklinik KIA : 18 Juli 2005
Ayah dari anak. Usia :
36 tahun
Suku :
Makassar.
Pemberi Asuhan Keperawatan :
Ibu ( dr/ bidan ) : dr. Umar Malinta, Sp.OG.
Bayi (
dr.) : -
Sumber informasi : keabsahan : 4 ( 1 – 4 dengan 4 paling absah ).
Diagnosa Medis : KJDR tgl: 16-7 2005 (Berdasarkan hasil USG) .,
dimana sejak 3 hari yang lalu , mulai tanggal 14 – 7 – 2005, klien sudah tidak
merasakan pergerakan janin.
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Subjektif :
Pekerjaan : IRT
Hobby : memasak
Aktivitas yang tidak dilakukan semenjak hamil : Olah raga
Tidur malam : 20.30 – 05.00
Tidur siang ( jam) : 15.00-
1600
Insomnia
SIRKULASI:
Subjektif :
Riwayat : Peningkatan TD Masalah jantung Demam rematik Edema tungkai Flebitis
Penyembuhan lambat Kesemutan
INTEGRITAS EGO :
Subjektif :
Perencanaan
kehamilan : Ya Tidak.
Perasaan klien/ ayah tentang kehamilan : senang.
Status hubungan : menikah
Masalah
keuangan : Ada Tidak ada
Cara mengatasi stress : dibicarakan dengan suami
Agama ibu/ ayah : islam
Muncul
perasaan : : Tidak berdaya.
Putus asa Tidak mampu.
·
Ibu
menanyakan penyebab janinnya menggal dalam kandungan.
·
Ibu
mangatakan sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian anaknya.
·
Ibu
mengatakan tidak berguna, gagal sebagai ibu.
·
Ibu
menanyakan tentang induksi/ memancing persalinan itu apa.
·
Ibu
menyakan bagaimana bayinya bisa lahir sedangkan tidak ada kontraksi rahim.
·
Ibu
menanyakan apakah tindakan induksi dapat membahayakan ibu.
ELIMINASI:
Subjektif:
Frekuensi Defekasi : 1 x/ hari
Pengunaan laksatif.
Karakter fefses : lunak.
Waktu defekasi terakhir : 17 Juli 2005 jam 16.00.
Perdarahan Hemorhoid Diare konstipasi
Frekuensi berkemih : 5-6x/hari
Inkontinensia
Urgensi Retensi
Karakter urine : kuning jernih
Nyeri/ rasa
terbakar/ kesulitan berkemih.
Riwayat peny.ginjal
Peny. Kandung kenih
Penggunaan diuretika.
MAKANAN / CAIRAN :
Subjektif:
Pola diet : 3 x / hari
Makanan / masukan terakhir : nasi, lauk, sayur
Kehilangan napsu makan
Mual/ muntah
Panas pada perut /
salah cerna
Nyeri epigastrik
Alergi /
intoleransi makanan
Masalah mengunyah/
menelan.
HIGIENE:
Subjektif :
Jenis aktivitas sehari-hari :
Mandiri :
Makan,minum memasak.
Tergantung : Tidak ada
Bantuan diberikan
: Tidak ada.
NEUROSENSORI :
Subjektif :
Pingsan / pusing Sakit kepala
Frekuensi : -
Kesemutan / kebas / kelelahan ( lokasi ) : -
Stroke ( efek
residu ) Kejang
Cara pengontrolan :-
NYERI / KETIDAKNYAMANAN :
Subjektif :
Lokasi : -
Intensitas ( 0 – 10, pada skala 10 paling berat ): - Frekuensi : -
Kualitas : - Durasi : -
Bagaimana hilangnya : -
Faktor pencetus :
Faktor yang berhubungan : -
PERNAPASAN
Sujektif :
Dispnoe Batuk sputum Riwayat bronchitis Asma TBC Emfisema Pneumonia berulang
Perokok pak/hari : -
Selama ( tahun ):
-
Penggunaan
alat bantu pernapasan oksigen ( L/menit ) : tidak ada
KEAMANAN
Subjektif :
Alergi/ sentivitas : tidak ada. Reaksi : . .Tipe I Tipe II
Tipe III
Riwayat PHS ( Tgl/ jenis ) : Tidak ada
Transfusi
darah ( jumlah ( : Tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : Batuk, demam
Riwayat Immunisasi : Lengkap TT 2 x
Infeksi virus terakhir : tidak ada.
Binatang peliharaan dirumah : tidak ada
Masalah obstetric sebelumnya : HKK Ginjal
Hemoragi
Jantung
Diabetes mellitus Infeksi/ ISK ABO/ sensitivitas Rh Bedah uterus
Anemia.
Jarak waktu kehamilan terakhir : 2,5 tahun.
Riwayat kecelakaan
Fraktur/
dislokasi Artritis Masalah punggung Pembesaran tahi lalat Pembesaran kelenjar Gangguan penglihatan Gangguan
pendengaran prostese.
SEKSUALITAS(Komponen Interaksi sosial ).
Subjektif :
Menarche : 15 tahun lamanya durasi 6 hari, siklus : 28-30
hari
Hari pertama siklus menstruasi terakhir : 14 des. 2004.
jumlah: -
Pendarahan/ kram sejak PMA ( Periode Menstruasi terakhir
) : Tidak
Rabas
pervaginam : warna jernih.
Keyakinan klien tentang kapan terjadi konsepsi: -
Perkiraan tanggal kelahiran : 21 september 2005. Praktik pemeriksaan payudara
sendiri ( Y/T ) : ya.
PAP Smear terakhir : tidak pernah.
Metode kontrasepsi terbaru : suntikan 3 bulan.
Riwayat Obstetri : Arthritis reumatoid Arthritis
rheumatoid, Arthritis rheumatoid, GIII, P II A 0. Term : + 38 minggu.
Kelahiran hidup. Kelahiran multiple : tidak pernah.
Riwayat kelahiran terakhir : tahun 2003.
Tempat : dirumah ditolong Bidan desa. Lama gestasi 39
minggu lama persalinan 18 jam, Tipe persalinan : spontan. BB anak I tidak
diketahui; anak kedua BB 2700 gram, komplikasi ibu/janin: tidak ada.
INTERAKSI SOSIAL :
Subjektif :
Status penikahan : Menikah. Lama pernikahan : 10 tahun.
Tinggal serumah dengan : suami dan anak.
Rencana untuk periode intra/ Pasca natal : Intranatal :
Pemeriksaan ANC
Pasca natal : KB
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN:
Subjektif :
Bahasa dominant : bahasa Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pendidikan Suami : SD
Pekerjaan : Wira swasta
Faktor penyakit dalan keluarga : tidak ada riwayat
Hipertensi, DM.
Obat yang diresepkan : Corsaneuron 3 x 1
Obat tanpa resep/ bebas: tidak ada
Keluhan penyerta kehamilan : bayi tidak bergerak sejak 3
hari yang lalu.
Harapan akan kehamilan : Dapat melahirkan secara normal
dengan bayisehat, tapi setelah mengetahui bayinya meninggal ibu merasa gagal.
Jenis persalinan yang direncanakan : spontan pervaginam,
tapi setelah mengetahui bayinya meninggal klien direncanakan persalinan
dengan induksi.
Jenis pemberian makanan yang direncanakan ( ASI/ PASI ):
ASI ( - )
Sumber Pendidikan tentan Kehamilan : Puskesmas dan Rumah
Sakit.
|
Objektif :
Kardiovaskuler : 88 x/ menit
Pernapasan : 24 x/menit
Status neurologist
: CM letargi stupor semi koma koma
GCS : 15 ( E 4. M 6. V 5 )
Pengkajian neuromuskuler :
Muscle Strench Reflex ( bisep, triseps,
brachiobrachialis, patella, achiles ) : +/+
Tremor Deformitas
Rentang pergerakan sendi ( ROM ) : Aktif
Derajat kekuatan otot : 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5
5 5 5 5 5
Objektif :
TD : 120/80 mmHg. Nadi : 88x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit Distensi vena jugularis.
Bunyi jantung : Frekuensi : 88x/ menit
Irama
: Teratur Tidak
teratur. Kualitas : Kuat Lemah Rub/ Murmur.
Ekstremitas :
Suhu
: Hangat Akral dingin . Pengisian Kapiler: < 3 detik > 3 detik
Tanda homan Varises.
Kuku : Warna :
merah muda, tekstur : rata
Membrane mukosa :
Konjungtiva : tidak anemis. Sclera : tidak
icterus.
Objektif :
Status emosional (
cemas, apatis dll):
·
Ibu
menangis saat menyatakan perasaannya.
·
Ekspresi
wajah murung.
·
Kontak
mata dengan orang lain kurang.
Objektif
:
Palpasi abdoment : Nyeri Lunak Keras Teraba massa.
Lingkar abdomen : 95 cm.
TFU-simpisis : 30 Cm.
Perkiraan BBJ : 95 x 30 = 2850 gram.
Hemoroid
Bising usus : +
Palpasi kandung
kemih : Teraba Tidak
Teraba Berkemih
berlebihan.
Laporan urinalisis ( tanggal ) : Tidak
ada.
Albuminuria Glikosuria
Darah samar Darah samar
feses.
Objektif
:
Berat badab saat ini : 62 kg sebelum
hamil : 54 kg.
Tinggi badan : 157 cm.
Bentuk tubuh : Lordosis
Turgor kulit : Lembab
Kering Membran mukosa
mulut : Lembab Kering .
Hernia/ massa Edema ( lokasi & derajat ): ..
Pembesaran tiroid Bau mulut
kondisi gigi / gusi : Tidak ada caries. Bising Usus : ( +)
Skrining diabetic : tidak ada. Hb/ Ht :
tidak ada.
Objektif
:
Cara berpakaian
: Rapih Kurang rapih
Bau badan.
Kondisi kulit kepala : bersih Ada kutu.
Objektif
:
Status mental ( orientasi waktu, tempat, orang ) : baik
Kacamata Alat Bantu dengar Gangguan
penciuman Gangguan komunikasi.
Objektif
:
Wajah
meringis Melindungi area yang sakit Fokus
menyempit.
Objektif
:
Frekuensi : 24 x / menit
Irama pernapasan : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe Apnoe
Hiperventilasi Chine
-stokes Kusmaul Biot’s Bunyi napas
: Vesikuler Broncho vesikuler Bronchial ….Tracheal
Karakteristik Sputum : tidak ada
Hasil Sinar X dada : tidak ada
Objektif :
Suhu : 36 0 C Diaforesis Integritas
kulit : Jaringan
parut Ruam Ekimosis
Kulit/ lesi vagina.
Cara berjalan : lordosis Perestesia / paralysis.
Janin : DJJ : tidak terdengar. Lokasi :-
Metode auskultasi :
doopler. TFU : 3 jari atas pusat.
Perkiraan gestasi 28-30 minggu. Gerakan janin Ballotemen
Golongan darah ibu/ ayah : tidak
diketahui ibu/suami.
Skrining
Sel sabit Rubella Hepatitis HIV
Objektif
:
Pemeriksaan payudara : simetris kiri/kanan, putting menonjol, ASI:
-
Benjolan/masa tumor : tidak ada
Pemeriksaan:
Leopold I : 3 jari atas pusat.
Leopold II : Punggung kanan.
Leopold III : Kepala
Leopold IV: Convergen
Auskultasi :
DJJ Tidak terdengar.
Objektif
:
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan orang
terdekat/ keluarga : baik.
Pertimbangan Rencana Pulang
( Bila
dirawat di RS )
Tanggal Informasi diambil : 18 Juli 2005
Rencana rawat inap untuk induksi
Tanggal perkiraan persalinan : 22 Juli
2005
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat:
Puskesmas dan RS.
|
|
|
B. ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
1.
2.
3.
|
DS :
-
Ibu
menanyakan penyebab janinnya meninggal dalam kandungan.
-
Ibu
menanyakan tentang induksi/ memancing persalinan itu apa.
-
Ibu
menyakan bagaimana bayinya bisa lahir sedangkan tidak ada kontraksi rahim.
-
Ibu
menanyakan apakah tindakan induksi dapat membahayakan ibu.
DO :
-
Klien tampak bingung
DS:
-
Ibu
mangatakan sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian anaknya.
-
Ibu
mengatakan tidak berguna
DO :
-
Ibu
menangis saat menyatakan perasaannya.
-
Ekspresi
wajah murung.
-
Kontak
mata dengan orang lain kurang.
DS :
-
Klien
merasa bersalah atas kematian janinnya.
-
Ibu
mengatakan tidak berguna, gagal sebagai ibu.
DO :
-
Ibu
menangis saat menyatakan perasaannya.
-
Ekspresi
wajah murung.
|
Kurang pengetahuan mengenai kematian perinatal, prosedur induksi
dan prognosis.
Berduka
Harga diri rendah situasional
|
C. PENYIMPANGAN KDM KJDR
D. DIADNOSA KEPERAWATAN
1.
Berduka situasional berhubungan dengan kematian
janin,
2.
Harga diri rendah situasiona
berhubungan dengan kegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup.
3.
Kurang pengetahuan mengenai
kematian perinatal, prosedur induksi dan prognosis berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.
ConversionConversion EmoticonEmoticon