INFEKSI
MASA NIFAS
A.
Pengertian
Infeksi
masa adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman ke
dalam alat – alt genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau
morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, morbiditas puerperalis ialah
kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.
B.
Penyebab
Infeksi
nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam
usus dan jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70 % biakan serviks normal dapat
pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob patogen. Kuman anerob adalah kokus
gram positif (Peptostreptokokus, Peptokokus, Bakteroides dan Clostridium).
Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E. coli. Selain itu, infeksi nifas
dapat pula disebabkan oleh :
-
Streptococus haemolyticus aerobicus, ini merupakan penyebab infeksi yang berat,
khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat
atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
-
Staphylococus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Banyak ditemukan di rumah sakit.
-
Escherichia coli, Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium.
Kuman ini merupakan sebab dari infeksi traktus urinarius.
-
Clostridium welchii, infeksi kuman yang bersifat anerobik jarang ditemukan
tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
C.
Cara terjadinya infeksi :
1.
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alt – alt yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.
2.
Droplet infection
Sarung
tangan atau alat – alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung
atau tenggorokan penolong.
Dalam
rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa
aliran udara kemana-mana.
Coitus
pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
Infeksi
intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya
persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika
ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam.
Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan
takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasa
menjadi keruh dan bau.
D.
Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas ialah :
Semua
keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak,
pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung, dan
sebagainya.
Partus
lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
Tindakan
bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
Tertinggalnya
sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
E.
Golongan Infeksi Nifas
Dapat
dibagi dalam 2 golongan : yaitu (1) infeksi yang terbatas pada perineum, vulva,
vagina, serviks, dan endometrium ; dan (2) penyebaran dari tempat-tempat
tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
1.
Infeksi pada perineum, vulva, vagina, seviks, dan endometrium
Vulvitis
Pada
infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan ini mudah terlepas
dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangaluarkan pus.
Vaginitis
Infeksi
vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum.
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung
nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas.
Servisitis
Infeksi
sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka
serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Endometritis
Jenis
infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium
2.
Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah
Septikemia
dan piemia
Ini
merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen
biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya
dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
Pada
septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk keperedaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan
dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu
tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat
plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika,
dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu
embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan,
embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah
ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan
sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut.
Keadaan ini dinamakan piemia.
Penyebaran
melalui jalan limfe dan jalan lain
Peritonitis
Infeksi
nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai
peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua
lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis ( sellulitis pelvika).
Parametritis
(sellulitis pelvika)
Peritonitis
dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika.
Infeksi
jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni :
1. Penyebaran
melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai kedasar
ligamentum.
3.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Penyebaran
melalui permukaan endometrium
Salpingitis,
ooforitis
Kadang-kadang
walaupun jarang, infeksi yang menjalar ketuba Fallopii, malahan ke ovarium.
F.
Gambaran Klinik
Infeksi
pada perineum, vulva, vagina, dan serviks
Gejalanya
berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bilamana getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat
suhu sekitar 38° C, dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi
tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
Endometritis
Uterus
pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Mulai
hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari
suhu dan nadi menurun dan dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah normal
kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
Septikemia
dan piemia
Sampai
tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai dengan
menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat
memburuk, nadi menjadi cepat (140-160/menit atau lebih). Penderita dapat
meninggal dalam 6-7 hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia. Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit,
perut nyeri dan suhu agak meningkat. Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus
memasuki peredaran darah umum. Satu cirri khusus pada piemia ialah bahwa
berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai dengan menggigil, kemudian
diikuti oleh turunnya suhu.
Peritonitis
Peritonitis
nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Peritonitis,
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan merupakan penyakit berat. Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita yang mulanya kemerah-merahan, menjadi pucat,
mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica.
Sellulitis
Pelvika
Sellulitis
pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu
tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau
dikanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan
tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan yang
meradang itu bisa tumbuh abses. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut
nyeri.
Salpingitis
dan ooforitis
Gejala
salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitis.
G.
Diagnosis
Kebanyakan
demam setelah persalinan disebabkan oleh infeksi nifas. Paling sering ditemukan
ialah radang saluran pernafasan (bronchitis, pneumonia, dan sebagainya),
pielonefritis, dan mastitis.
Dalam
minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata
adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita
dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya sakit, suhu
meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga
lebih banyak.
H.
Prognosis
Menurut
derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas
tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis
dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang
sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
I.
Pencegahan
Selama
kehamilan
Oleh
karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya
diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus
pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban
dan terjadinya infeksi.
Selama
persalinan
Usaha-usaha
pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan
lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan
dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua
petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,
alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan
dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
Selama
nifas
Sesudah
partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama
postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
J.
Pengobatan
Antibiotika
memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena
pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
Disamping
pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan
badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok
dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Pada
sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama
apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan
menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah
yang agak besar tidak sampai dilukai.
PAYUDARA
BERUBAH MENJADI MERAH, PANAS, DAN TERASA SAKIT
A.
Pembendungan ASI (Zogstuwing, engorgement of the breast)
Sesudah
bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalan 2 – 3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya Pituitary
Lactogenic Hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh
estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktinoleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus – alveolus kelenjar mamae terisi dengan air
susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi
sel – sel mioepitelialyang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar –
kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu.
Penyebab
:
-
Bayi tidak menyusu dengan baik sehingga kelenjar – kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna
-
Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
Komplikasi
:
-
Payudara terasa panas, keras pada perabaan
-
Nyeri pada payudara
-
Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
-
Pengeluaran air susu terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena
pembesaran vena serta pembuluh limfe
Penanganan
:
-
Menyokong mamae dengan BH yang nyaman
-
Memberikan analgetika
-
Sebelyum bayi menyusu pengeluaran air susu dengan pijatan yang ringan
-
Kompres dingin
B.
Mastitis
Mastitis
adalah peradangan pada payudara. Kejadian ini biasanya terjadi 1 – 3 minggu
setelah postpartum.
Klasifikasi
:
1.
mastitis dibawah areola mamae
2.
Mastitis di tengah – tengah mamae
3.
mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar antara mamae
dan otot – otot dibawahnya
Penyebab
:
-
Staphylococus aureus
-
Sumbatan saluran susu yang berlanjut
Komplikasi
:
- Mamae
membesar, nyeri, merah, dan menmbengkak
-
Temperatur badan ibu tinggi kadang disertai menggigil
-
Bila mastitis nerlanjut dapat menyebabkan abses payudara
Pencegahan
:
-
Perawatan putting susu pada waktu laktasi
-
Perawat yang memberikan pertolongan pada ibunyang menyusui bayinya harus bebas
dari infeksi dengan stafilokokus
-
Bila ada retak atau luka pada putting sebaiknya bayinya jangan menyusu pada
mamae yang bersangkutan
- Air
susu ibu dikeluarkan dengan pijatan
Pengobatan
:
-
berikan antibiotika
-
Bila terdapat abses, pus perlu dikeluarkan
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono. Jakarta
2.
Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatus. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
3.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
ConversionConversion EmoticonEmoticon