Laporan Pendahuluan
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KARSINOMA
LARING
1
Latar Belakang
Perkembangan Kanker telah dikenal
oleh para pemikir sebelumnya dimana Hipokrates memberi nama kanker berasal dari
bahasa latin yaitu “cancri atau kepiting” karena penyebarannya kesemua arah seperti
kaki kepiting dan pada fase lanjut memberikan riwayat tidak dapat disembuhkan.
Terminologi secara umum dipakai sekarang adalah tumor maligna atau neoplasma
dimana neoplasma sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti pertumbuhan
baru atau pembentukan baru. Sel normal dalam proses pembelahan sel dan membagi
diri dalam proses yang teratur dengan tujuan yang khas dari perkembangan sel
untuk mengganti sel yang rusak atau cedera sedangkan kalau sel itu membentuk jaringan
baru disebut tumor atau neoplasma.(long, 1996)
Neoplasma pada masa abnormal terdiri
dari sel-sel yang mengalami proliferasi (proses bertambah banyak) bersifat
otonom dan tak terkoordinasi, tidak adaptif meskipun rangsang dihilangkan terus
tumbuh serta dibedakan atas jinak (benigna) yang sering disebut dengan tumor
dan ganas (maligna) yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma jinak (tumor)
peristiwa lokal/setempat, proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat
sebtrifugal dengan batas nyata, bergerak keluar, menyebabkan desakan jaringan
sekitar, tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan lambat dan ukuran tetap stabil
selama berbulan-bulan/bertahun-tahun sedangkan sifat neoplasma ganas (Kanker)
bertumbuh lebih cepat, progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak teratur,
tidak berkapsul, sukar dipisahkan dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah
sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari tumor primer menuju
sirkulasi mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar pembuluh darah
berproliferasi menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan
penyakit dari bagian / alat tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang
tidak saling berhubungan yang biasanya bersifat lebih ganas dimana produksi
sel-sel yang tidak normal dan tidak mengikuti jaringan yang normal.
Salah
satu neoplasma ganas yang sering terjadi pada beberapa kasus adalah carcinoma
sel skuamosa laring yang lebih sering disebut kanker laring yang mengenai pita
suara dan jaringan sekitarnya
Sehingga peran perawat dalam memberi
asuhan keperwatan kepada pasien sangat besar dan sangat berpengaruh dimana
perawat harus memiliki pengetahuan untuk pencegahan, pengawasan, dan pengobatan
khususnya mengenai carcinoma laring atau kanker laring yang meliputi :
A.
Pengertian
Carsinoma
laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang
tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan
karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis,
pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak
pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe
leher bagian dalam. Secara anatomi kanker laring dibagi atas tiga bagian yaitu
supra glotik : kanker pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus
piriformis ; Glotis : tumor pada korda vokalis ; Subglotis : tumor dibawah
korda vokalis.
B.
Patofisiologi
Karsinoma
laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 60 tahun. Kebanyakan lima kali
lebih sering terjadi laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, minum alcohol, laryngitis kronis, penyalahgunaan suara dan
predisposisi keturunan terhadap kanker, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara
pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan
leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma
laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita
suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe
sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan
epiglotis (ekstrinsi) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan
subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan
suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu
pita suara masih dapat digerakan.
Ket :
o Apoptosis : program
sel dimatikan kalau abnormal
o Protoencogen : mengatur
proses pertumbuhan
o Tumor supresor gen :
yang mengatur pertumbuhan
o BCL2 & MDM
2 : meregulasi protein yang dihasilkan
oleh gen suppresor
o NER : Nucleotine
eksesion refair : gen perbaikkan
o P53 : protein yang
mengatur expresi P21
o P21 : protein yang
menekan CDK4,6
o CDK : Cyclin
dependent protein kinase : yang berperan dalam pembelahan sel





DNA Defect

![]() |













Dan acetylinan



Melalui serin 15 dan P53 aktif

MDM 2
secara ATM
ATR



MDM 2 aktif
![]() |



III daerah limf leher
IV
C.
Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik yang
berlangsung selama lebih dari 2 minggu, tidak sembuh-sembuh walaupun penderita
sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti
suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti demam.Rasa
tidak enak ditenggorokan, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut
dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila
rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul
mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi,
sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat berobat
).Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas. Bila sudah dijumpai pembesaran
kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan kadang-kadang
tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring. Bila tumor laring
mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit
bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai kasus
dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari dua minggu
yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya
penderita segera dirujuk
D.
Stadium
Tergantung keadaan tumor / perluasan dari kelenjar primer (T),
pembesaran kelenjar regional atau status terdapatnya kelenjar limfe regional (
N ), dan ada/tidak adanya metastasis jauh ( M ).
Stadium : I
: T1 No Mo
II : T2
No Mo
III : T3
No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV : T4
No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
Klasifikasi
tumor ganas lairng :
Tumor
primer
Supraglotis
Tis
:karsinoma insito
T1 : Tumor terdapat pada satu sisi
suara/pita suara palsu (gerakkan masih baik)
T2 : Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi
daerah supraglotis & glottis masih bisa bergerak
(tidak terpiksir)
T3 : Tumor terbatas pada laring dan sudah
terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian
belakang dinding medial dari
sinus piriformis dan kearah rongga preglotis
T4
: Tumor sudah meluas ke luar laring
menginfiltrasi orofaring jaringan daerah pada daerah
pada leher atau sudah merusak
tulang rawan hyoid
Glotis
Tis
: carcinoma Insito
T1 : tumor mengenai satu atau dua sisi pita
suara, tetapi gerakkan pita suara baik atau tumor
sudah terdapat pada kommisuria
anterior dan posterior
T2 : tumor meluas kedaerah supraglotis atau
subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir
T3 : tumor meliputi laring dan pita suara
sudah terfiksir.
T4
: tumor sangat luas dengan
kerusakkan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring
Sub Glotis
Tis
: Carsinoma insito
T1 : tumor terbatas dari subglotis
T2 : tumor sudah meluas ke pita suara masih
bisa bergerak atau sudah terfiksir
T3 : tumor sudah mengenai laring dalam pita
suara, sudah terfiksir
T4 : tumor yang luas dengan destruksi
tulang rawan atau perluasan keluar laring dan kedua-
duanya
E.
Diagnostic
studies
Laringoskop
direk dilakukan pada setiap orang tersangka lesi laring, biasanya dengan
diberikan anastesi lokal dengan 10 % cocain atau anestesi umum dan pada saat
anastesi lokal diberikan pasien tidak diperbolehkan makan dan minum dalam waktu
2 jam dengan memeriksa reflek muntah dengan menyentuh belakang tenggorokan
dengan spatula lidah atau aplikator. Setelah ada reflek muntah pasien
disarankan untuk minum untuk mencegah terjadinya aspirasi dalam trakea dan
paru-paru apabila reflek belum ada. sedate seperti secobarbital, meperidine,
atau narkotik lain dan sulpas atropine untuk mengurangi sekresi yang diberikan
1 jam sebelum pemeriksaan. Pasien ditempatkan pada posisi berbaring dengan posisi
kepala pada peyangga kepala atau kepala diekstensikan pada tepi tempat tidur
dan disangga oleh tenaga medis (dokter atau perawat). Laringoskop dimasukkan
melalui mulut dan hipoparing sehingga bagian dalam laring terlihat dengan
mudah.Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat
menunjukkan tumor dengan jelas. Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat
pada gambar. SinarX dada, scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan
metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah
dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan
dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat
yang sama.

![]() |
korda vokalis












komisura posterior
F.
Medical Managament
Pada
kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar
stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai
keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat
menyembuhkan tumor yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan
untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan
masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang
demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya
suara yang normal. Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah
mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati
dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang
besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik
adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini
masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada
penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga
penderita akan sembuh sempurna. Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1.
Laringektomi
parsial. Adalah dibuat muara kedalam laring melalui kartilago tirodea dan
pengangkatan Tumor yang terbatas pada bagian pita suara atau pada daerah
diatasnya pada pengangkatan hanya satu pita
suara saja dan kedua pita suara masih bisa bergerak dengan sempurna dan
trakeotomi sementara yang dilakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2.
Hemilaringektomi
atau vertical adalah hampir sama pengertiannya dengan laringektomi parsialBila
ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini
diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago
tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah
pembedahan.
3.
Laringektomi
supraglotis atau horizontal adalah dibuat insisi horizontal melalui sebelah
atas pita suara sejati (pita suara dibiarkan utuh) sedangkan Bila tumor berada
pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan
trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat
maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
4.
Laringektomi
total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan
pengangkatan laring, tulang hiyoid, kartilago krikoid, 2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang
(stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
– pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis
laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar
limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf
spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara
atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus ( Esofageal speech ), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ
laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.
G.
Dasar
data pengkajian keperawatan
Data pre dan posoperasi
tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada.
INTEGRITAS
EGO
Gejala : Perasaan takut akan
kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan
mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi,
marah dan menolak operasi.
PEMBERSIHAN
SALURAN NAFAS INEFEKTIF
Gejala : peningkatan sekresi
pada saluran pernafasan atas dan pipa laringektomi.
Tanda : suara nafas tidak
bersih
MAKANAN
ATAU CAIRAN
Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan,
mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka.
Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan
gangguan gag reflek.
HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan
gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia ( penglihatan
ganda ), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (
keterlibatan parotid dan submandibular ). Parau menetap atau kehilangan suara (
gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik ).Kesulitan menelan. Kerusakan
membran mukosa.
NYERI
ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok
kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah ( tahap
akhir, kemungkinan metastase ). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (
kususnya dengan cairan panas ), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi :
Sakit tenggorok atau mulut ( nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang
berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum
pembedahan ).
Tanda : Perilaku berhati-hati,
gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau
mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk,
dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah,
hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar
matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan
penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran
nodul.
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala : masalah tentang
kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan
tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk
memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.
H.
Prioritas
keperawatan pre dan posoperasi
PREOPERASI
1. Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut
akan kecacatan.
Batasan
Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta
informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan
perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan
takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara verbal
mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1.
Jelaskan
apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes
laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan
praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program
paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kerjasama pasien.
2.
Jika
laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter
untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi. Atur waktu untuk
berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi
suara.Rasional mengetahui apa yang
diharapkan dan melihat hasil yang sukses
membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3.
Izinkan
pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat
di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin ruangan penyakit dalam atau
ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang NGT. Pemberian makan per sonde
diperlukan sampai beberapa minggu setelah pulang hingga insisi luka sembuh dan
mampu untuk menelan ( jika operasi secara radikal di leher dilaksanakan ).Alat
bantu jalan napas buatan ( seperti trakeostomi atau selang laringektomi )
mungkin akan terpasang hingga pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi
atau selang T akan terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen
yang telah dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu. Rasional pengetahuan tentang apa yang
diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan
pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4.
Jika
akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan
pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut :
Ketika makan duduk dan tegak
lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan porsi kecil makanan di bagian
belakang dekat tenggorok, tarik napas panjang dan tahan ( ini akan mendorong
pita suara bersamaan dengan menutupnya jalan masuk ke trakea ), menelan dengan
menggunakan gerakan menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak
ada makanan yang tertinggal di tenggorok. Rasional
karena epiglotis sudah diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi
karena makanan per oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan
frustrasi dan menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat
membantu mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut
2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pre dan pascaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman
kematian.
Karakteristik
data
: kurang kerjasama dan menolak untuk
dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan
bersedia dioperasi.
Kriteria
hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre
dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana
tindakan :
1.
Kaji
faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2.
Anjurkan
keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3.
Direncanakan
tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POSt
OPERASI
1.
Mempertahankan
jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2.
Membantu
pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3.
Memperbaiki
atau mempertahankan integritas kulit.
4.
Membuat
atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5.
Memberikan
dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6.
Memberikan
informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan
Pemulangan
1.
Ventilasi
atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2.
Komunikasi
dengan efektif.
3.
Komplikasi
tercegah atau minimal.
4.
Memulai
untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau
prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis,
gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan
kental.
Batasan
karakteristik
: sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan
otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria
hasil :
bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas
normal.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1.
Awasi
frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan,
dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada pernapasan, adanya
ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2.
Tinggikan
kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan
ekspansi paru.
3.
Dorong
menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan
resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema
paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4.
Dorong
batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk membersihkan
jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5.
Hisap
selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna
dan konsistensi sekret. Rasional
mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan
terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6.
Observasi
jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk
memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan
posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan
terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan
menunjukkan sulit
bernapas secara tiba-tiba.
7.
Ganti
selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi sekret dan
perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab
umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8. Berikan humidifikasi
tambahan, contoh tekanan udara atau
oksigen dan peningkatan masukan
cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau
melembabkan udara yang lewat.Tambahan
kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan
sekret melalui stoma.
9. Awasi seri GDA atau
nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis
dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
2.
Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan dengan defisit anatomi ( pengangkatan batang suara ) dan
hambatan fisik ( selang trakeostomi ).
Karakteristik
data :Ketidakmampuan
berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
Goal : Komunikasi klien
akan efektif .
Kriteria
hasil :
Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah
sembuh.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1.
Kaji
atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu,gunakan
gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan.Rasional untuk
mengurangi rasa takut pada klien.
2.
Tentukan
apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan
penglihatan.Rasional adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan
komunikasi.
3.
Berikan
pilihan cara komunikasi yang tepat bagi
kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan
bahasa isyarat.Rasional memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau
masalah. Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi
kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.
4.
Berikan
waktu yang cukup untuk komunikasi.Rasional kehilangan bicara dan stres
menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan ekspresi, khususnya
bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja.
5.
Berikan
komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik. Rasional
mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain.
6.
Dorong
komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender.
Rasional mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan
komunikasi dengan cara lain.
7.
Beritahu
kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung
pada tersedianya alat bantu suara. Rasional memberikan dorongan dan harapan
untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia
dmungkin.
8.
Ingatkan
pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.Rasional meningkatkan
penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita permanen.
9.
Atur
pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan
tepat. Rasional memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan
masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10.
Konsul
dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi (
contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok laringektomi ) selama
rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi ( bila ada ). Rasional
Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara ( contoh bicara
esofageal ) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan,
usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi
memerlukan waktu panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.
3.
Kerusakan integritas
kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau
suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret
terus-menerus.
Karakteristik
data :
kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu
penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria
hasil :
integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana
tindakan :
1.
Kaji
warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur
kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit
sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang
dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2.
Pertahankan
kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah ( biasanya meningkat pada
hari ketiga-kelima pascaoperasi ).Rasional meminimalkan kongesti jaringan
paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
3.
Lindungi
lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal atau
gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher selama
aktivitas. Rasional tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau tegangan
pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera jaringan.
4.
Awasi
drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan
terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5.
Catat
atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase seperti susu
menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal ( dapat menyebabkan kekurangan
cairan tubuh dan elektrolit ).Kebocoran ini dapat sembuh spontan atau memerlukan
penutupan bedah.
6.
Ganti
balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah meningkatkan
resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan tekan tidak digunakan
diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah dipengaruhi.
7.
Bersihkan
insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida ( campuran 1 : 1 ) setelah
balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak
drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida
tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8.
Bersihka
sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan
alkohol.Tunjukkan pada pasien bagaimana melakukan perawatan stoma atau selang
sendiri dalam membersihkan dengan air bersih dan peroksida, menggunakan kain
bukan tisu atau katun. Rasional mempertahankan area bersih meningkatkan
penyembuhan dan kenyamanan. Sabun dan agen kering lainnya dapat menimbulkan
iritasi stoma dan kemungkinan inflamasi.Bahan lain selain kain dapat
meninggalkan serat pada stoma yang dapat mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
9.
Berikan
antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah atau
mengontrol infeksi.
4.
Perubahan membran
mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi,
kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva
sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik
data :
Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak,
penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak
ada gigi.
Goal : menunjukkan membran
mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria
Hasil : mulut
lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak
pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1. Inspeksi rongga oral
dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan
produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva
dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan
mulut.
2. Perhatikan perubahan
pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa. Rasional pembedahan
meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring. Pasien akan
mengalami penurunan sensasi dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan
peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat
mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi
mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena
malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang
buruk, riwayat lama dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia.
Membran mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3. Hisapan rongga oral
secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan pengisapan sendiri bila
mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi. Rasional saliva
mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan.
Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan kenyamanan sendiri dan
meningkatkan higiene oral.
4. Tunjukkan pasien
bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan
jaringan dan kenyamanan.
5. Berikan pelumas pada
bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional mengatasi efek kekeringan
dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
5. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah,
pembengkakan jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan
pada area bedah atau nyeri karena menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi,
gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal :
Nyeri
klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria
hasil :
klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana
tindakan :
1.
Sokong
kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana menyokong leher
selama aktivitas.Rasional kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan
saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang sokongan meningkatkan
ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area jahitan.
2.
Dorong
pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila
tidak mampu menelan. Rasional menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat
menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
3.
Selidiki
perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma
baru.Rasional dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan kongesti dapat dengan mudah
mengalami trauma dengan penghisapan kateter dan selang makanan.
4.
Catat
indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik.
Rasional alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5.
Anjurkan
penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan
analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6.
Kolaborasi
dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi.
Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan
sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan
nyeri.
6.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau
permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena
perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik
data : tidak
adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan, menolak makan,
kurang tertarik pada makanan,laporan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat
badan, kelemahan otot yang diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Goal : Klien akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria
hasil :
Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu,
menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya.
Rencana
tindakan :
1. Auskultasi bunyi
usus. Rasional makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
2. Pertahankan selang
makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat sesuai
indikasi. Rasional selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya
selang digabungkan dengan penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan
air untuk mempertahankan kepatenan selang.
3. Ajarkan pasien atau
orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode
corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang makanan.
Yakinkan pasien dan orang terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum
pulang dan bahwa makanan tepat dan alat
tersedia di rumah. Rasional membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan
mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada
orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada penyediaan makanan.
4. Mulai dengan makanan
kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster,
regurgitasi dan diare.Rasional kandungan makanan dapat mengakibatkab
ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
5. Berikan diet nutrisi
seimbang ( misalnya semikental atau makanan halus ) atau makanan selang (
contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual ) sesuai indikasi. Rasional
macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor
tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan
pasien.
6.
Gangguan citra diri
berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
Karakteristik
data :perasaan
negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas,
depresi, kurang kontak mata.
Goal :
Mengidentifikasi
perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria
hasil :
menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan
partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi
dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana
tindakan :
1. Diskusikan arti
kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau
harapan yang akan datang.Rasional alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan
masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat bahasa tubuh
non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau
perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan,
kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3. Catat reaksi emosi,
contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien dapat mengalami depresi
cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan
tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4. Susun batasan pada
perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang
akan membaik. Rasional penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi
penerimaan gambaran diri yang baru.
5. Kolaboratif dengan
merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi
psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh
diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan.
Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan
membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk
melawan kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical
Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB
Sauders.
Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A
Nursing Process Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.
EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De
Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad &
Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu
penyakit THT. FKUI : Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon