Konsep
Dasar
ASKEP PASIEN DENGAN KANKER
NASOPHARING
A. Konsep dasar
1.
Pengertian
Karsinoma
nasofaring merupakan suatu bentuk
genasan saluran pernafasan, yang insidensi dan etiologinya sangat
dipengaruhi oleh etnik. Kanker nasofaring sangat jarang ditemukan di Amerika
maupun Eropa. Di Asia kanker nasofaring menyebabr luas di China terutama di
istrik Kwangdong (Van De Velde, 1996). Diduga virus Epstein Barr (EBV ) menjadi
salah satu sebagai penyebab, dimana virus ini berkembang pada sel epiyelial
dari nasofaring. Kanker nasofaring lebih banyak menyerang lai-laki dibandingkan
perempuan, dengan puncak frekwensi kejadian pada umur 40 – 60 tahun.
2.
Etiologi
Seperti
kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa invasi dari Epstein Barr Virus (EBV).
Paparan jangka panjang dari bahan –
bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan
perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis.
a.
Pengaruh rokok.
b.
Pengaruh paparan industri
c.
Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh
karena adanya penyakit lain.
d.
Pengaruh genetik dan status imunologis.
3.
Patofisiologi.
Kanker paru bervariasi
sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer
pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel
kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma.
Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.
4. Gejala
klinis
Pada waktu masih dini
gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi saluran
pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1
bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris,
berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan
yang sudah berlanjut akan ada
gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior
syndroma).
Rata – rata lama hidup
pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 – 5 tahun. Alasannya
adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik
dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama
hidup mungkin lebih pendek.
5. Klasifikasi/Pentahapan
Klinik (Clinical staging) (Sorensen, 1993 )
Klasifikasi berdasarkan
TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 :
diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai
atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih
dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 :
tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 :
terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 :
terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 :
terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 :
sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.
6.
Studi Diagnostik
a.
Chest x – ray ( pandangan lateral dan poteroanterior),
tomografi dada dan CT scanning.
b.
Radioisotop scanning
c.
Tes laboratorium
i.
Pengumpulan sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan
biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsi
ii.
Mediastinoskopi
d.. FNAB
7.
Manajemen medis
a. Manajemen
umum : terapi radiasi
b. Pembedahan
: Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.
c. Terapi
obat : kemoterapi
B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Paru
1.
Pengkajian
a.
Riwayat :
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan
karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan
pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
b.
Pemeriksaan fisik pada pernapasan
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea,
hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak
sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor,
infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleural
oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding par, disfagia, edema daerah
muka, leher dan lengan.
c.
Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelemahan,
ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan
d.
Sirkulasi
Gejala
:JVD (obstruksi vena cava)
Tanda :
Takikardi, jari tabuh
e.
Integritas ego
Gejala
: perasaan takut, takut hasil pembedahan
Tanda : Menolak keganasan
f.
Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, nyeri bahu tangan, nyeri tulang
sendi, nyeri abdomen hilang timbul
g.
Pernafasan
Gejala :
Batuk ringan/perubahan pola batuk dari biasanya, nafas pendek, bekerja
terpasang polutan, debu industri, serak (paralisis pita suara), riwayat merokok
Tanda :
Dispnea, meningkat dengan bekerja, peningkatan premitus taktil, krekels pada
pada inspirasi atau ekspirasi, mengi menetap, penyimpangan trahkeal.
h.
Keamanan
Deman,
kemerahan, kulit pucat.
i.
Seksualitas
Ginekomastia, (ca sel besar), amenore/impoten
j.
Penyuluhan/pembelajaran
Faktor
resiko kanker pada keluarga, TB paru
k.
Nutrisi /cairan
Penurunan
BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus,
kurus, kerempeng, edema wajah, glukosa dalam urine.
l. Diare
hilang timbul, peningkatan frekwensi bak/ jumlah urine.
Kelemahan,
berat badan menurun dan anoreksia
m. Psikososial
:
Takut,
cemas, tanda –tanda kehilangan.
n.Tanda
vital
Peningkatan
suhu tubuh, takipnea
o.Pemeriksaan
diagnostik.
-
Sinar X PA lateral/ tomografi dada : mengetahui bentuk,
ukuran, lokasi lesi
-
Px sitologi : mengetahui tahapa Ca.
-
Bronkoskopi serat optik : visualisasi melihat besarnya
ca
-
Biopsi : untuk
membuat diagonose medik
-
Mediastinuskopi : membuat tahapan Ca
-
Scan radioisotop : untuk bukti metastasis
-
Px fungsi paru : untuk mengetahui kapasitas ventilasi
-
Test kulit :
jumlah absolut limfosit untuk mengetahui sistem imun
-
Scan : tulang, otak, hati, limpa untuk mengetahui metastase.
2.
Diagnosa keperawatan
1.
Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor.
2.
Kerusakan pertukaran gas b.d pengangakatan jaringan
paru, gangguan suplai oksigen.
3.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan
saraf oleh tumor paru
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea
5.
Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan
secara umum.
II.
Rencana Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
P e r e n c a n a a n
|
||
Tujuan dan kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Tidak
efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder
karena invasi tumor.
|
Bersihan
jalan napas akan paten dengan kriteria batuk hilang, suara napas bersih, x
–ray bersih.
|
1.
Auskultasi paru
akan ronkii, rales atau mengi.
2.
Monotr ABGs
3.
Monitor hasil
sputum sitologi
4.
Beri posisi
optimal kepala tempat tidur
ditinggikan.
5.
Atur humifier
oksigen
6.
bantu pasien
dengan ambulasi atau ubah posisi
7.
anjurkan intake
1,5 – 2 L/hari kecuali kontraindikasi
8.
Bantu pasien
yang batuk
|
Lihat adekuatnya pertukaran gas dan luasnya obstruksi jalan napas karena
skeret.
Melihat keseimbangan asam dan basa dan
kebutuhan untuk terapi oksigen
Melihat adanya sel kanker
Sekret bergerak sesuai gravitasi
sesuai perubaha posisi. Meninggikan kepala tempat tidur memungkinkan diafragma untuk brkontraksi
Mensuplay oksigen dan mengurangi kerja
pernapasan
Sekret bergerak sesuai perubahan tubuh
terhadap gravitasi
Mengencerkan sekret
Batuk mengeluarkan sekret yang
menunmpuk
|
2
|
Kerusakan
pertukaran gas b.d pengangkatan jaringan paru, ditandai dengan dispnoe, gelisah, perubahan
mental, hipoksemia dan hiperkarbia, sianosis.
|
Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi dimana BGA dalam rentang normal.
|
1. Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2. Auskultasi paru
3. Observasi kegelisahan dan penurunan mental klien
4. Hindari pemberian posisi kearah paru yang dioperasi.
5. Bantu latihan nafas dalam
6. Pertahankan kepatenan drainage, dan catat perubahan
pada jumlah/type drainage selang dada
7. Observasi adanya gelembung pada klep WSD
|
Pernafasan meningkat sebagai akibat
nyeri, atau kompenasasi akibat hilangnya jar. Paru.Peningkatan kerja nafas
dan sianosis sebagai indikasi peningkatan O2 demand.
Konsolidasi dan kurangnya gerakan
udara pada sisi yang dioperasi normal, sedangkan pada lobus yang masih normal
akan menunjukkan aliran udara nornal.
Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia
atau komplikasi.
Karena dapat menurunkan ekspansi paru
dan mengurangi drainage sekret.
Meningkatkan ventilasi maksimal dan
oksigenasi/mencegah atelektasis.
Harus terjadi penurunan drainge
hemoragik-ke serosa sesuai dengan penyembuhan. Jika produksi drainage tiba-tiba darah dapat
sebagai indikasi hematothorak.,
Kebocoran udara pascsa operasi tidak
umum, harusnya kebocoran terus menurun seiring dengan kemajuan penyembuhan.
|
3
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
|
Mendemonstrasikan
bebas nyeri dengan kriteria ekspresi wajah rileks, pengembangan paru optimal,
menyatakan nyeri hilang
|
1. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya
2. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : anjurkan
untuk menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong
pasien untuk berhenti merokok, dan berikan pelembab udara sesuai order dan
obat antitusif
3. Untuk meminimalkan nyeri tulang : mmembalik hati -
hati dan berikan dukungan, hindari menarik ekstremitas, berikan matras yang
lembut, ubah posisi tiap 2 jam.
|
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam
pemberian perawatan pasien demgam tumor. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi.
Napas dalam dan batuk kuat meregangkan
membran pleura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa menyebabkan
konstriksi bronkial dan menuruhkan gerakan silia yang melapisi saluran
pernapasan. Anti batuk menekan pusat batuk di otak
Metastase ke tulang menyebabkan nyeri
hebat. Pada banyak pasien bahkan sentuhan ringan dapat menimbjlkan rasa
nyeri.
|
4.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea
|
Status
nutrisi ditingkatkan dengan kriteria BB bertambah, makan sesuai diet
seimbanmg, albumin, limfosit normal, lingkar lengan normal
|
1. Kaji diet harian dan kebutuhannya
2. Timbang BB tiap minggu
3. Kaji faktor psikologi
4. Moniitor albumin dan limfosit
5. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan
6. Anjurkan oral care sebelum makan
7. Atur anti emetik sebelum makan
8. Berikan diet TKTP
9. Atur pemberian vitamin sesuai order
|
Bantu menentukan diet individu
Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi menurunnya makan dan
minum
Indikasi adekuatnya protein untuk
sistem imun
Mengurangi dyspnea denan mengurangi
kerja paru
Menghilangkan rasa sputum yang bisa
mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi
napsu makan
Mendukung sistem imun
Mengurangi mual sehingga intake
adekuat
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Sebagai diet suplemen atau tambahan
|
5.
|
Aktivitas
intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
|
Pasien
mampu melakukan akvitas tanpa keleahan atau dyspnea dengan kriteria hasil
mampu melakukan aktivitas hariannya.
|
1. Observasi respon terhadap aktivitas
2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans
seperti stres, efek samping obat
3. rencanakan periode istirahat di antara waktu bekerja
4. anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai kemampuan
pasien
5. berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi
6. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang
berlebihan saat melakukan aktivitas harian
|
Melihat kemapuan beraktivitas
Intevensi dilaksanakan sesuai faktor
yang mempengaruhi
Mengurangi kelelahan melalui
isitirahat yang cukup
Menemukan pasien kebutuhannya ttanpa
menyebabkan kelelahan
Meningkatkan independensi pasien
sendiri
Identifikasi menyimpan energi .
|
Daftar Pustaka
Phipps,
Wilma. et al, (1991), Medical Surgical
Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby
Year Book, Toronto
Doengoes,
Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram,
Barbara, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan
Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya
Tabrani, Agenda
Gawat Darurat, Penerbit Alumni,
Bandung.
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk, volume 4,
edisi V, EGC, Jakarta
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book,
Toronto.
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN
TN. SC DENGAN TUMOR PARU
DI RUANG PARU LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 4 – 7
FEBRUARI 2002
|
||||
|
||||
A. Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas pasien
1.Nama : Tn. SC
(Laki – laki /42 tahun)
2.
Suku/bangsa :
Madura/Indonesia
3.
Agama :
Islam
4.
Status perkawinan :
Kawin
5.
Pendidikan/pekerjaan
: SPG/Guru SD.
6.
Bahasa yang digunakan :
Madura dan Indonesia
7.
Alamat :
Sukawati , Madura
8.
Kiriman dari : RSUD
Penanggung jawab
pasien : Istri /Askes
b.
Alasan masuk rumah sakit
1). Alasan dirawat :
Nyeri dada yang dirasakan
sejak 1 bulan yang lalu, nyeri terasa terutama pada kanan atas dan tembus ke
skapula dan napsu makan menurun.
2). Keluhan utama :
Pasien saat ke IRD RSDS
mengatakan lemah dan nyeri pada dada kanan atas. Menurut pasien penyebab nyeri
tidak diketahui, dimana faktor yang memperberat adalah lingkungan yang dingin
terutama di malam hari, dan ketika batuk. Usaha yang dilakukan adalah duduk
tenang, mernarik napas dalam. Nyeri dirasakan seperti tertekan dan rasa
terbakar. Lokasinya pada dada kanan atas dan menyebar ke skapula (belikat),
serta lengan kanan. Skala keparahan yaitu angka 5 pada skala 10. Timbulnya
nyeri tidak tentu, kadang-kadang dan lamanya kira – kira 5-10 menit.
c.
Riwayat kesehatan saat ini
1)
Keluhan utama:
Saat dikaji tanggal
4-02-2002, klien mengeluh lemah dan dada terasa agak nyeri ,dan bertambah nyeri terutama saat
batuk.
2)
Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien
mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu mengeluh batuk dan dada kanan atas terasa sakit terutama jika
batuk. Akibat sakit tersebut nafsu makan dan kebiasaan tidur klien berkurang.
Untuk mengetasi batuknya klien biasanya minum obat yang dibeli di toko obat.,
dan sudah kedokter sebanyak 2 kali (tanggal dan obat yang di dapat lupa).
Karena badan semakin kurus dan tenaga semakin lemah keluarga kemudian mengajak
klien ke RSDS tanggal 4 Februari 2002, dan langsung MRS. Riwayat TBC disangkal, perokok (+) sejak 25
tahun yang lalu 1-2 bungkus /hari (Dji Sam Soe Kretek) dan baru berhenti sejak
15 hari yang lalu. Riwayat kanker/ penyakit keganasan pada keluarga (-), Asthma
(-), riwayat penyakit jantung (-),
riwayat trauma dada (-).Pasien perokok, sehari bisa 1-2 bungkus berupa rokok
kretek atau filter. Hal ini dijalani sejak umur 17 tahun (25 tahun). Pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit dan sekarang ini merupakan MRS yang pertama
bagi pasien. Tidak punya riwayat alergi
makanan, bau-bauan, debu ataupun obat.
3)
Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara
kandung pasien tidak ada yang menderita tumor, TB atau penyakit batuk, serta
penyakit genetik lainnya lainnya.
Genogram :
= Laki – laki sakit
= Perempuan
4)
Data Kebutuhan Dasar
Riwayat sehari –
hari
Pasien mengatakan sebagai anak desa ia tumbuh dan
berkembang sebagaimana layaknya teman – teman yang lain. Sejak umur 17 yahun
sudah mulai mengenal dan menggunakan rokok. Jenis rokok yang digunakan rokok
kretek.
Aktivitas hidup
sehari – hari
Aktivitas sehari –
hari
|
Pre masuk RS
|
Di rumah sakit
|
A. Makan dan minum
1.
Nutrisi
2.
Minum
|
Pasien makan tiga kali sehari, tidak ada makanan
pantangan, napsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu. Mengatakan berat
badannya turun. Sebelum mengeluh sakit BB-nya 56 kg
Pasien minum air putih 6 – 8 gelas/hari, kopi 2
kali sehari kadang - kadang minum jamu
|
Pasien mengatakan napsu makan menurun, tidak mau
makan yang disiapkan dengan alasan
tidak nafsu makan. Klien hanya mau makan buah sedikit-sedikit. BB klien
sekarang 45 kg TB 165 cm
Pasien hanya mau
minum sedikit yang disiapkan
oleh rumah sakit maupun keluarganya jumlah minum sekitar 5 gelas (@ 200
cc).
|
B. Eliminasi
1.
BAB
2.
BAK
3.
Keringat
|
1 kali sehari, tidak konstipasi, warna dan jumlah
normal serta tidak ada kelainan dan bau
BAK 4 kali/hari, tidak ada kelainan
Berkeringat terutama pada malam hari
|
Sejak masuk BAB normal dan tidak ada kelainan.
BAK 2 kali perhari, jumlah tidak tentu, warna
kuning dan tidak ada kelainan
Berkeringat
terutama pada malam hari
|
C. Istirahat dan tidur
1.
Istirahat
2.
Tidur
|
Siang istirahat siang jam 11.00-13.00, malam jam
19.00-21.00
Siang tidur jam 22.00 – 05.00. kesulitan tidur
yaitu bila timbul nyeri dan keringat dingin.
Cara mengatasi bangun dan duduk.
|
Istirahat
di tempat tidur.
Pasien mengatakan tadi malam tidurnya tidak cukup
karena jam 23.00 – 01.00 merasa nyeri yang sekali. Pasien hanya bisa duduk
saja.
|
D. Aktivitas
|
Pasien pagi-pagi sudah ke sekolah sebagai guru,
dan siangnya bekerja sampingan sebagai pedagang jual beli mobil dan motor
bekas.
|
Pasien hanya duduk dan tidur-tiduran saja. Skala
aktivitas
|
E. Kebersihan diri
|
Pasien
mandi 2 X/hari, tidak ada hambatan dalam melakukan personal hygiene
|
Pasien diseka dengan lap pagi dan sore, menggosok
gigi. Melakukan personal hygiene di tempat tidur.
|
F. Rekreasi
|
Pasien
menonton tv, mendengar tape dan juga radio
|
Tidak bisa dilakukan karena masuk rumah sakit
|
5)
Psikososial
a)
Persepsi klien terhadap penyakit :
Pasien
mengatakan belum mengetahui proses penyakit yang diderita sekarang ini. Klien
dan keluarga hanya mendengar sekilas kalau penyakitnya tumor paru. Klien tidak
tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
b ) Konsep diri :
Pasien
mengatakan sebagai kepala keluarga dan guru sekarang tidak bisa berbuat apa-apa
lagi.
Keadaan
emosi :
Pasien
nampak lebih banyak diam dan hanya menjawab pertanyaan pendek-pendek. Tampak
lebih banyak memejamkan mata.
Kemampuan
adaptasi :
Pasien tampak belum siap menghadapi diagnose Tumor paru
yang, hal ini tampak dari prilaku klien yang lebih banyak menarik diri.
Mekanisme pertahanan diri
: Kompensasi ( Marah –marah kepada
istrinya )
Sosial
Hubungan
pasien dengan keluarga dan keluarga lain biasanya biasa-biasa saja , saat ini hanya dijaga oleh istrinya. Saat
berinteraksi dengan perawat, pasien jarang kontak mata.
Spiritual
Pelaksanaan
ibadah : pasien beribadah 5 waktu. Sekarang berusaha pasrah.
6)
Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan umum :
Nampak
lebih banyak diam, kesadaran baik, tampak sakit sedang : lemah. Tingkat
kesadaran compos mentis, GCS : 4 – 5 – 6. TB 165 cm dan BB 45 Kg. Ciri tubuh
kulit pucat dan sawo matang, rambut panjang lurus. Tanda vital : nadi 96
X/menit, RR 20X/menit, tekanan darah 120/75 mmHg dan suhu 36.7 oC.
b)
Head to toe
- Kepala
Bentuk
kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala bersih.
- Rambut
Rambut
lurus, warna hitam, nampak bersih, tidak ada ketombe, tidak tertata rapih
(awut-awutan).
- Mata
(penglihatan).
Visus
normal, tidak menggunakan alat bantu. Konjungtiva anemis. Kelopak mata bawah
nampak sembab
- Hidung
(penciuman).
Bentuk
normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
-
Telinga (pendengaran).
Ketajaman
pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran
baik, tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
-
Mulut dan gigi.
Bentuk
bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan
pada mulut. Jumlah gigi lengkap, ada
karang/caries, tepi lidah tidak hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi
palsu. Sedangkan fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta
tidak ada peradangan pada faring.
- Leher
Kelenjar
getah bening tidak mengalami pembesaran, JVP tidak mengalami pelebaran, tidak
ada kaku kuduk.
-
Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi
: asimetris dimana dada kanan tertinggal, pengembangan dada kurang optimal.
Palpasi : hangat, ada vokal fremitus pada paru kanan. Perkusi : ada bunyi pekak
pada dada kanan. Auskultasi : tidak ada ronchii, ataupun wheezing, bunyi
vesikuler menurun pada paru kanan atas (Bronchovesikuler).
Inspeksi
: tidak ada massa abdomen, simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena
ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, hati
dan limpa tidak teraba. Perkusi : normal. Auskultasi : bising usus normal (15
X/menit).
-
Reproduksi (alat kelamin)
Tidak
dikaji.
-
Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan
kanan. Axilar dan ligual tidak ada pembesaran getah bening. Clubing finger (-),
Kapilarry refill 3 3
3 3
Kekuatan ektremitas normal 555
555
555 555
-
Integumen
Secara
umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi
dan daerah thoraks. Kulit kering, lemak subkutis kurang.
d.
Pemeriksaan penunjang
1)
Laboratorium :
Tanggal 4-2-2002
WBC :
9,6 X 10,e9/L, ( 4,3 –
10,3 )
Hb :13,2
gr/dl, ( 13,4 –17,7 )
Trombo : 367 ( 150 - 350
)
PCV : 0,98 ( 040 – 0,47
)
GDA : 80 ( < 200 )
SGOT : 15 ( < 25 )
BUN : 13 ( 10 - 20 )
Creat : 0,74 ( 1,5 )
Elektrolit : K : 4,06 ( 3,8 – 5,0 )
: Na :
128 ( 136 - 144 )
PH : 7,405
( 7,35 –
7,45 )
PCO2 : 35 ( 35 - 45 )
PO2 : 77,7 ( 80 - 100
)
Hco3 : 21,4 ( 21 – 25 )
BE : -3,3 ( -2,4 - + 2,3 )
2).Radiologi :
Foto thorax PA : 4 – 2- 2002 : jantung tampak terdorong ke kiri dan ada
bayangan massa pada daerah parahiler sampai suprahiler kanan. Kesimpulan :
tumor paru kanan.
3)
Rencana :
-
Sitologi sputum
-
CT scan
-
Culture
4)
Therapi
D5 : RL : 2 : 1 21 tts/mnt
Cefotaxime : 3 X 1 gram
Multivit : 1
Diet : TKTP
Analisa data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||
Subyektif :
Pasien
mengatakan hanya mendengar kalau tumor paru
Obyektif :
Pendidikan SPG, belum tahu apa yang akan
dilakukan berkaitan dengan penyakitnya sekarang.
|
Kurang
mendapat informasi
|
Kurang pengetahuan
|
|||
Subyektif :
Mengatakan sebelum MRS napsu makan menurun., mual
Obyektif :
Nampak lemah, tampak kurus , BB
45 Kg TB 165 cm, tidak mau makan porsi yang disiapkan, hanya mau makan buah
kurus
|
Intake inadekuat
Peningkatan kadar
serotonin, dan host cytokin serta
kompetisi pemakaian nutrisi
Malnutrisi
|
Gangguan nutrisi
( Kurang dari kebutuhan)
|
|||
Subyektif :
Mengatakan
nyeri pada dada kanan atas, merambat ke skapula, terasa seperti tertekan dan
terbakar, mengatakan angka 5 pada skala nyeri 5, mengatakan nyeri muncul
tidak tentu.
Obyektif :
Nampak lemah
dan berusaha menahan sakit, x-ray dada tumor pada lobus paru kanan atas
(pancoast),
|
Penekanan saraf oleh tumor Penekanan reseptor. Pada
lobus paru, prostalagnin, serotonin, bradikinin, norefinefrin, ion hidrogen,
ion kalium dan subtance
Melalui reseptor H1
Nosiseptor
|
Gangguan rasa
nyaman
(nyeri)
|
|||
S :
klien tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai guru, kepala keluarga
maupun berdagang.
O : Klien lebih banyak diam dan menutup mata, hanya
bicara satu dua sesuai pertanyaan, kontak mata kurang.
|
Terdiagnose Tu. Paru
Kehilangan harapan &peran
Koping mekanisme maladaptif
Ketakutan
|
Cemas b.d
terdiagnose Tumor paru dan ancaman
kematian sekunder koping mekanisme maladaptif
|
B. Diagnosa keperawatan
1.Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit penanganan serta prognosenya ditandai dengan klien belum tahu penyakit yang diderita saat ini, klien hanya mendengar sekilas bahwa penaykitnya tumor paru.dan tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2.Nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d kurangnya intake sekunder efek produk
tumor komplement ditandai dengan BB 45 kg TB 165 cm kulit kering, klien
tampak kurus.
3.Gangguan
rasa nyaman ( Nyeri ) b.d penekanan pada nosiseptor pada lobus paru sekunder
rangsangan dari local P subtance
agent ditandai dengan adanya massa tumor di paru kanan, nyrei dengan
skala 3-5, nyeri meningkat jika batuk.
4.Cemas b.d terdiagnose Tumor paru dan ancaman kematian
ditandai dengan klien lebih banyak diam, memejamkan mata dan tidak komunikatif,
N : 96 X/mnt, RR 20 X/mnt, sering marah-marah dengan kepada istri dan cenderung
menarik diri.
III.
Rencana Keperawatan
Tujuan :
Jangka pendek : setelah 2 X 30 menit klien mau terbuka
dan berkomunikasi dengan perawat serta mengungkapkan ketakutannya.dan
kecemasannya.
Jangka
panjang : setelah di rawat selama 4
hari klien memiliki koping mekanisme positif
dan dapat menerima keadannya tanpa rasa takut yang berlebihan.
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
P e r e n c a n a a n
|
||
Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1
|
1.
Kecemasan b.d terdiagnose Tumor paru dan ancaman kematian.
|
- Klin mau menatap muka
bila bicara.
- Klien mampu mengungkapkan ketakutannya
- Klien mengungkapkan penerimaan terhadap kondisi yang
dialami.
|
1. Lakukan pendekatan secara empati
2.Jaga lingkungan tetap
tenang.
3.
Bantu klien menurunkan keluhan yang dirasakan saat
ini.
4.
Yakinkan bahwa keadaan ini tidak hanya dirasakan oleh
individu banyak orang lain yang telah berhasil mengatasi kondisi seperti ini.
5.
Bantu individu mengepresikan perasaannya.
6.
Bantu individu berhubungan dengan sumber koping yang
ada.
7.
Dorong keluarga mengerti keadaan yang sedang dialami
klien.
|
-
Membentuk rasa saling percaya
- Untuk mengurangi stresor negatif
yang dapat memperparah kondisi psikologis klien.
- Sebagai suatu upaya distraksi
dalam mengurangi beban klien.
- Sebagai inforcement bahwa klien
tidak sendiri
- Katarsis dapat menurunkan beban
psikologis klien
- Untuk mendapatkan lebih banyak
dukungan dalam upaya membentuk koping yang adaptif.
- Memberi penguatan dan dukungan
psikologis.
|
Tujuan :
Jangka pendek
: Setelah di rawat selama 30 menit klien mampu mendemontrasikan model /cara
mereduksi nyeri melalui nafas dalam, distraksi pada daerah kontralateral,
memberikan bacaan .
Jangka
panjang: Setelah 4 hari nyeri terkontrol,
skala nyeri berkisar antara 1- 5
|
||||
2
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pada nosiseptor pada
lobus paru sekunder rangsangan dari local
P subtance agent
|
Mendemonstrasikan
bebas nyeri dengan kriteria
-ekspresi wajah rileks,
-pengembang
an paru opti-mal,
-menyatakan nyeri berkurang
|
1. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : anjurkan
untuk menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk
2. Lakukan latihan nafas dalam dan
distraksi nyeri dengan aktivitas yang disukai klien
3.Beri analgesik dan evaluasi
keefektifannya dan obat antitusif
4.Kaji vital sign dan skala nyeri.
|
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam
pemberian perawatan pasien demgam tumor. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi.
Napas dalam dan batuk kuat meregangkan
membran pleura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. . Anti batuk menekan pusat batuk di otak
Dengan relaksasi akan mampu
mengalihkan rangsangan nyeri serta menghambat respon nyeri pada sistem “
Paint gate kontrol “ di thorakal 7-8 dan daerah spinothalamik sehingga
rangsangan nyeri menjadi berkurang.
Untuk memblokir sistem penghataran
reseptor H1 sehingga rasa nyeri berkurang. Antitusif mengurangi batuk sehingga
menurunkan tekanan intra thorakal yang berakibat penurunan kualitas maupun
kuantitas nyeri akibat penekanan pada viseral paru.
Peningkatan nyeri sering disertai
dengan peningkatan vital sign.
|
Tujuan :
Jangka pendek : Setelah di
rawat selama 45 menit klien tahu manfaat nutrisi bagi kesembuhanklin saat
ini, Klien bersedia makan.
Jangka panjang : Setelah 4
hari klien mau makan makanan yang disediakan dan porsi yang disedaiakan
habis.BB naik ½ kg. Kadar albumin > 3,2 mg/dl
|
||||
:
|
Nutrisi
Kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat sekunder dampak tumor host komplemet.
|
Klien
dapat menyebutkan manfaat nutrisi bagi kesembuhan klien saat ini. BB
bertambah ½ kg, makan sesuai diet seimbang, albumin dalam batas normal.
|
1.He tentang manfaat makanan bagi
kesembuhan klien saat ini.
2.Kaji diet harian dan kebutuhannya
3.Timbang BB tiap minggu
4.Kaji faktor psikologi
5.Moniitor albumin dan limfosit
6.Anjurkan oral care sebelum makan
7.Atur anti emetik sebelum makan (Serotonin blocker)
8.Berikan diet TKTP
9.Atur pemberian vitamin sesuai order
|
Pengertian akan meningkatkan kepatuhan
Bantu menentukan diet individu
Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi menurunnya makan dan
minum
Indikasi adekuatnya protein untuk
sistem imun
Kriteria status gizi klien
Menghilangkan rasa sputum yang bisa
mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi
napsu makan
Mendukung sistem imun
Mengurangi mual sehingga intake
adekuat
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Sebagai diet suplemen atau tambahan
|
Tujuan :
Jangka pendek : Setelah
diberikan pengetahuan klien tahu tentang lingkungan perawatan, serta prosedur
penatalaksanaan yang akan dilakukan pada klien.
Jangka panjang : Setelah 4 hari klien mematuhi prosedur
diagnostik medik dan perawatam yang dilakukan.
|
||||
|
Kurangnya
pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit serta penatalaksanaan
yang akan dilakukan.
|
- Klien tidak disorientasi terhadap
lingkungan tempat perawatan
- Klien kooperatif terhadap prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
- Klien tahu faktor yang memperberat
dan memperingan upaya penyembuhannya.
|
1. lakukan orientasi terhadap ruangan
dan lingkungannya.
2. Jelaskan tentang jenis penyakit
yang dialami klien, penyebab serta faktor yang mempersulit serta memperingan.
4. Jelaskan prosedur penegakan diagnose yang agak
panjang
- Thorak foto
-Sputum sitologi
-CT scan
-FOB
- FNAB
5.
Jelaskan jika kemungkinan ditemukan penyakit lain yang sebelumnya tidak
dirasakan klien.
|
Menghindari disorientasi yang dapat
menimbulkan stress adaptasi.
Agar klien dapar mengambil suatu
tindakan dalam upaya mempercepat
proses pneymbuhannya.
- Pemeriksaan
serial diagnostik Tumor paru panjang dan lama. Jika tidak diketahui klien
bisa putus asa dan perawatan bisa terputus.
- Agar klien dan keluarga siap,
mengingat tumor paru bukan merupakan penyakit tunggal.
|
Pelaksanaan dan Evaluasi
Dx. kep
|
Hari/tgl
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
Selasa, 13–11 –2001
15.00
19.00
|
1.
Memberi codein 1 tablet peroral
2.
Meganjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi : tarik napas dalam
dan memeluk bantal.
1.
Memberi minum codein 1 tablet
2.
Menganjurkan pasien untuk melakukan posisi yang dikehendakinya untuk
kenyamanannya.
|
Jam 20.30
S : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala 2
O : rileks, menghabiskan ¾
prosi yang disiapkan, minum tablet vitamin
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi
dipertahankan
|
2.
|
10.00
|
1.
Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas
2.
Menanyakan siapa saja yang merawat/menemani pasie selama MRS
3.
Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
4.
Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
5.
Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah ditegakkan
|
Jam 13.30
S : pasien dan keluarga mengatakan dokter belum
mengatakan diagnosa pasti, menanyakan apa yang harus dilakukan.
O : napsu makan
menurun, kontak mata kurang,
mengekspresikan perasaannya, kadang menarik diri
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi
dipertahankan, kecuali tindakan nomor 2
|
1
|
Rabu, 07– 11 – 2001
08.00
|
1.
Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti kumur – kumur
dan sikat gigi
2.
Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada
pasien
3.
Memberi minum Roborantia 1 tablet.
4.
Menganjurkan untuk duduk setelah makan
5.
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau
biskuit
6.
Menimbang berat badan pasien
|
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai
meningkat, mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah
sakit.
O : Hb 9 g/dl, konjungtiva
anemis, pucat, lemak subkutis berkurang, BB 42 Kg, nampak lemah,
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
|
2
|
10.00
|
1.
Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas
2.
Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
3.
Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
4.
Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah ditegakkan
|
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat,
mengatakan memahami keadaan penyakitnya yang membutuhkan waktu untuk
menegakkan diagnosis pasti.
O : istirahat cukup,
menerima keadaannya, lebih banyak berdiam diri
A : masalah belum teratasi
P : tindakan keperawatan
dipertahankan sampai diagnosis ditegakkan
|
1
|
Jumat, 08 – 11 – 2001
08.00
|
1.
Mengingatkan pasien untuk oral hygiene sebelum makan seperti kumur –
kumur dan sikat gigi
2.
Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada
pasien
3.
Memberi minum Roborantia 1 tablet.
4.
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau
biskuit
|
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai
meningkat, mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah
sakit, tidak merasa cepat penuh.
O : konjungtiva anemis,
pucat, lemak subkutis berkurang, nampak masih lemah, jalan pelan - pelan
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
|
2
|
11.00
|
1.
Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas
2.
Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
3.
Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
4.
Memberitahukan kepada pasien tentang diagnosis pasti berdasarkan
hasil biopsi PA
|
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat,
mengatakan memahami keadaan penyakitnya, mengatakan sudah mendengarkan dari
dokter sakit yang sedang dideritanya.
O : tenang, rileks,
menerima keadaannya, bercerita dengan pasien di samping tempat tidurnya.
A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan
dihentikan
|
1
|
Sabtu, 10 -11 – 2001
08.30
|
1.
Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti kumur – kumur
dan sikat gigi
2.
Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada
pasien
3.
Memberi minum Roborantia 1 tablet.
4.
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau
biskuit
5.
Menimbang berat badan
|
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai
meningkat, mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah
sakit.
O : Hb 9 g/dl, konjungtiva
anemis, pucat, lemak subkutis berkurang, BB 42 Kg
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
|
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
DP
|
HR/TGL/JAM
|
I M P L E M E N T A S I
|
E V A L U A S I
|
|
|
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon