Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS GE
DI RUANG TROPIK
LAKI-LAKI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Pengertian
A
Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran pencernaan
ditandai dengan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Gastro enteritis adalah pengeluaran
tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)
Gastroenteritis adalah buang air
besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI,
1988).
A
Menurut WHO
(1980),Gastroenteritis adalah ditandai dengan buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari.
Etiologi
A
Penyebab utama :
Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V.
Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Penyebab lain
; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksi fekal (overflow
diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
Menurut
Mansjoer, Arief., et all. (1999) dibagi menjadi :
.
Patofisiologi ( Lab IKA FKUI 1988 dan Lab IKA FKUA 1984)
![]()
- Infeksi enteral
* Bakteri
* Virus
* Parasit
- Infeksi parenteral
|
|
Faktor penyebab :
- Faktor malabsorbsi
- Faktor makanan
- Faktor psikologis
|
Fecal-oral
![]() |
GI Tract

Gangguan Villi Usus
![]() |
OSMOTIK
- Over -
feeding
-
Malabsorbsi KH bahan makanan yang tak berserat
|
SEKRESI
- Infeksi in-teropatogen
-
Interotropik hormon secreting faktor
|
OVERGROWTH BACTERI
Usus halus terkontaminasi
|
ABSORBSI ABNORMAL
Ion aktif klorida abnormal
|
KERUSAKAN MUKOSA
Inflamatory Bowel DEsease
|
MOTILITAS INTESTINAL ABNORMAL
- Hipomotility
-
Hipermotili -ty
- Short
bowel syndrom
|






I.
II. DIARE
![]() |
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Tonisistas plasma
- Hipotoni
- Isotoni
- HIpertoni
- BJ Urine
- Mata cowong
- Kulit kering/ tidak elastis
|
Derajat
- Ringan
- Sedang
- Berat
|
HIPO-GLIKEMIA
Persediaan glikogen menurun
Kadar glukosa Menurun
- < 40 mg % (bayi)
-
< 50 mg% (anak)
- <100mg%
(Dewasa)
|
GANGGUAN GIZI
Intake menurun
Kelemahan,
Aktivitas menurun
|
GANGGUAN
SIRKULASI
Tekanan koloid osmotik
Volume plasma
Imballance air dan elektrolit
Syok hipovolumia
-
Kerusakan sel
-
perfusi ja-ringan menurun
|
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAMA BASA
METABOLIC ASIDOSIS
-
Kehilangan Na-bic bersama faeces
- Ketosis kelaparan
- Produksi
metabolis-me berisfat asam
-
Perpindahan ion Na dari ekstra sel ke intra sel
|
Infeksi bakteri
![]() |
Golongan :
V. Cholerae
C. Perfringers
S. Aureus
Vibro nonaglutinabel
![]() |
Masuk ke mukosa usus halus (tak
merusak)
![]() |
Toksin ; meningkatkan kadar siklik AMP di dalam sel.
![]() |
Sekresi aktif anion klorida ke
dalam lumen usus diikuti air, ion karbonat, natrium & kalium.
![]() |
Feses (seperti cucian beras)
deras & banyak
Golongan :
Enteroinvasisive E. Coli
S. Paratyphi B.
S. Typhimurnin
S. Enteriditis
S. Choleraesues
Shigella
C. Perfringeus tipe C
![]() |
Merusak dinding usus (nekrosis
& ulserasi)
Bersifat sekretorik eksudatif
![]() |
Feses bercampur lendir dan darah
Fatofisiologi
Masukan
makanan/minuman yang terkontaminasi



![]() |
Makanan/zat
tidak dapat diserap.
![]() |
Tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi.
![]() |
Terjadi
pergeseran air & elektrolit ke dalam rongga usus
![]() |
Isi
rongga usus yg. berlebihan akan
merangsang
usus untuk mengeluarkannya
Menimbulkan
rangsangan tertentu yaitu : Menimbulkan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
toksin
![]() |
Peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
![]() |
|||
![]() |
|||
Menimbulkan
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan toksin
![]() |
Peningkatan
gerakan usus (hiperperistaltik).
![]() |
Berkurangnya
kesempatan usus menyerap makanan
![]() |
Diare
Banyak kehilangan elektrolit dan cairan
![]() |
Resiko Kekurangan Cairan &
Elektrolit Gangguan
Kenyamanan
Derajat
Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)
- Kehilangan berat badan
a.
2,5
% tidak ada dehidrasi
b.
2,5-5%
Dehidrasi ringan
c.
5-10
% dehidrasi sedang
d.
>
10% dehidrasi berat
- Skor Maurice King
Bagian Tubuh
|
N I L A I
|
||
Yang
Diperiksa
|
0
|
1
|
2
|
Keadaan Umum
Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi
|
Sehat
Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120
|
Gelisah
cengeng, apatis, ngantuk
Sedikit,
kurang
Sedikit
cekung
Sedikit
cekung
Kering
Sedang
(120-140)
|
Mengigau,
koma/syok
Sangat
kurang
Sangat
cekung
Sangat
cekung
Kering,
sianosis
Lemah
> 140
|
KETERANGAN :
Ø Skor :
-
0-2
dehidrasi ringan
-
3-6
dehidrasi sedang
-
7-12
Dehidrasi berat
Ø Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah
menutup
Ø Untu k kekenyalan kulit :
-
1 detik : dehidrasi
ringan
-
1-2 detik : dehidrasi
sedang
-
> 2 detik : dehidrasi
berat
I.
PENGKAJIAN
A. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari
pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak
> 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola
makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data
melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi
(tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988).
Sering terjadi
pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
B. Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit.
Manifestasi klnis berupa BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
(LAN IKA, FKUA, 1984) Dimulai dengan
keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu badan meningkat,
nyeri perut
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan
apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi,
malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare
bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah,
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan
daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Terdapat
beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces
dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara
mendadak yang terjadi karena infeksi
atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan >
7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)
D. Riwayat Penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran
kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare
(Lab IKA FKUA, 1984)
E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal
1. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada
kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti
TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan
janin di dalam rahim.
2. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat
yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
3. Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia,
resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian
ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan
yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
F.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap individu
mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi
yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)
G . Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare
atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal
hygiene yang kurang mudah terkena kuma penyebab diare.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai
dan cara bermain anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman
lewat Fecal-oral.
4. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu
suatu keputusan untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
H. Pola
Fungsi kesehatan
1.
Pola
Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang
hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan
samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat
dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/>
1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan
rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan
makananpadat atau makanan cair.
2.
Pola
eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa
lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan
cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan
cairan lewat urine.
3.
Pola
istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan
istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga
menjadi rewel.
4.
Pola
aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan
sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
.
Pemeriksaan Fisik (Robert
Priharjo, 1995).
1.
Sistem Neurologi,
Subyektif, klien
tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi,
Keadaan
umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati
apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati
komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah
parese, anestesia,
Perkusi, refleks
fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata
berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-),
caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala
kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun
besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis,
sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis
atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia
reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat
menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis
respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan
cuping hidung.
Telinga, adakah
infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala
kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2
tahun. Mata, tekanan bola mata dapat
menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
3. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa
kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit
(kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi
sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan
kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun,
pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi
jaringan menurun, heart rate meningkat karena casodilatasi pemuluh darah,
tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi,
irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk
jantung secara kasar pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas
kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal
pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi
gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan
lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi
interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman
pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau
ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan ,
kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara
nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk
mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi
lainnya.
6. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek),
frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah.
Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan
diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa
(-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial
pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.
7. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin
laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor, pemebsaran scrotum (-),
rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan
atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi
testis atau femosis.
8. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas
menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan ,
kekuatan otot.
J.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (Lab IKA FKUI, 1988)
a. Faeces lengkap
Pemeriksaan
tinja
Diperiksa
dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah
dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare
berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang
berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH
tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja
rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
Ø
Makroskopis
dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
Ø
PH
dan kadar gula
Ø
Biakan
dan uji resistensi
b. Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis
metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
c.
Pemeriksaan
kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal
d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan
Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia,
hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
e. Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad
renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada
penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax
AP/PA Lateral.
K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA,
1984)
Rehidrasi
Jenis cairan
Pada
diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 %
50 ml.
cara rehidrasi oral :
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan
Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH
lain) seperti LGG, tajin
cairan parenteral :
usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%,
BB > 2500 (aterm) D10%.
Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
Usia > 3 tahun D51/2NS
HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS
cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.
Diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan
cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :
Metoda
Pierce :
Derajat Dehidrasi
|
Kebutuhan cairan ( X kg BB)
|
Ringan
Sedang
Berat
|
5
%
8
%
10
%
|
Jalan pemberian
Oral (dehidrasi ringan, sedang dan
tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)
Intragastrik (dehidrasi ringan,
sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran menurun).
IV line bila dehidrasi berat
Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan
tergantung pada :
Defisit (derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurent loss)
Rumatan (maintenance)
Jadual/kecepatan
Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung
pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan
dilanjutkan maintenance.
2.
Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal
30 mg
Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
b. Obat antispasmotilitik
Papaverin, opium. loperamid
c.
Antibiotik
Penyebab jelas
Ada penyakit penyerta
3. Dietetik
a. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun
denga BB < 7 kg
Susu ASI/ susu formula dengan laktosa
rendah
Makanan setengah padat (bubur susu),
makana padat
b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
Makanan padat/ maknan cair/susu
c.
Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat
diberikan elemental/semi elemental
formula.
4.
Supportif
a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
f. Vitamin B kompleks, vit C
a.
Jumlah cairan
b.
Jalan masuk atau cara
pemberian cairan
Dapat
dipilih oral atau IV.
c.
Jadwal pemberian
cairan
Rehidrasi
dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya
dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan
cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3.
d.
Terapi simtomatik
Obat
diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
A
Sifat antimotilitas
dan sekresi usus.
A
Sifat antiemetik.
f.
Vitamin meneral,
tergantung kebutuhannya.
A
Vitamin B12, asam
folat, vit. K, vit. A.
A
Preparat besi , zinc,
dll.
g.
Terapi definitif
Pemberian
edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi lingkungan,
dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
(1) Rencana Asuhan Keperawatan
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dipertahankan secara optimal.
Kriteria :
§
Tanda-tanda
vital dalam batas normal
§
Tanda-tanda
dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine
terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
§
Konsistensi
BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
§
Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
§
BGA
dalam batas normal
Intervensi :
1.
Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi
menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2.
Pantau
intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang
sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk
membersihkan sesa metabolisme.
3.
Timbang
BB setiap hari.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat
mendeteksi kehilangan cairan.
4.
Penatalaksanaan
rehidrasi :
a.
Anjurkan
keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10
cc/kg BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit
dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara
peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
b.
Pemberian
cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit
penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi
ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
5.
Kolaborasi
:
a.
Pemeriksaan
serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
b.
Obat-obatan
(antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi
cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses
absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk
menghambat endoktoksin.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
§
Nafsu
makan baik
§
BB
ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
§
Hasil
pemeriksaan laborat protein dalam batas
normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau
dingin)
2.
R/ Makanan
ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
3. Timbang BB setiap hari
4.
R/ Perubahan
berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein
dan vitamin.
5. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan
selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.
6.
R/ Nafsu
makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
7. Diskusikan dan jelaskan tentang
pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan
tubuh.
8.
R/ Makanan
sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme
serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan
yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa
yang diketahuinya.
9.
Kolaborasi :
a. Dietetik
anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB
< 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah
padat/makanan padat.
R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim
laktose inaktif sehingga intoleransi laktose.
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
diberi makan susu/cair dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan
kondisi kesehatan.
b. Rehidrasi parenteral (IV line)
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi
ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
c.
Supporatif
(pemberian vitamin A)
R/ Vitamin merupakan bagian dari
kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses
pertumbuhan.
b) Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi
Kriteria :
§
Integritas
kulit utuh
§
Iritasi
tidak terjadi
§
Kulittidak
hiperemia,atau iscemia
§
Kebersihan
peranal terjaga dan tetap bersih
§
Keluarga
dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya
menjaga kebersihan di tempat tidur .
R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi
yang adeguat melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang
pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan kesehatan.
2. Libatkan dan demonstrasikan cara
perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya
dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.
R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk
peningkatan dan pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang
tidak diharapkan.
3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti
pakaian bawah yang basah.
R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor
pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Lindungi area perianal dari irtasi
dengan pemeberian lotion.
R/
Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga
kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.
5. Atur posisi klien selang 2-3 jam.
R/
Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan
mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.
c.
Pemeriksaan fisik.
A
Tanda-tanda
vital
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi ,
pernapasan.
A
Bila
terjadi kekurangan cairan didapatkan
:
Haus
Lidah kering
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak
A
Bila
terjadi gangguan biokimia :
Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)
A
Bila
banyak kekurangan kalium
Aritmia jantung
A
Bila
syok hipovolumik berat
Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis
A
Bila
perfusi ginjal menurun
Anuria
Nekrosis tubular akut.
(Mansjoer,
Arif., et all. 1999)..
.
Perubahan
kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder akibat
dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
A
Tujuan : Klien merasa
nyaman.
A
Kriteria hasil : Klien akan :
A
Melaporkan penurunan
kram abdomen.
A
Menyebutkan makanan
yang harus dihindari.
Intervensi :
1.
Dorong klien untuk
berbaring dalam posisi terlentang dnegan bantalan penghangat di atas abdomen.
R/
Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.
2.
Singkirkan pemadangan
yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.
R/
Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat muntah.
3.
Dorong masukan jumlah
kecil dan sering dari cairan jernih
(misal; teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2
sampai 1 jam.
R/
Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan
dengan demikian tidak memperberat gejala.
4.
Instruksikan klien
untuk menghindari hal ini :
a.
Cairan yang panas dan
dingin.
b.
Maknan yang
mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah)
c.
Kafein.
R/
cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas menrangsang peristaltik ;
Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus.
5.
Lindungi area
perianal dari iritasi.
R/
Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.
Risiko
terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan
dnegan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda
serta gejala komplikasi Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan
diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi adekuat.
A
Kriteria hasil :
A
Klien dapat
menjelaskan kembali kepada perawat
setelah penjelasan dari perawat.
Intervensi :
1.
Jelaskan pembatasan
diet :
a.
Makanan tinggi serat
(sekam & buah segar).
b.
Makanan tinggi lemak
( susu, makanan goreng).
c.
Air yang sangat panas
atau dingin.
R/
Makann ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2.
Jelaskan pentingnya
mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan.
R/ Muntah dan diare dapat dengan cepat
menyebabkan dehidrasi.
3.
Jelaskan manfaat
istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.
R/
Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI untuk
istirahat.
4.
Instruksikan untuk
mencuci tangan dan :
a.
Desinfeksi area
permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.
b.
Rendam peralatan
makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci piring
untuk peralatan makan.
c.
Tidak mengijinkan
menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.
R/
Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar
tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak
efektif melawan beberapa virus.
5.
Ajarkan klien dan
keluarga untuk melaporkan gejala ini :
a.
Urine coklat gelap
menetap selama lebih dari 12 jam.
b.
Feses berdarah.
R/ Deteksi dini dan pelaporan tanda
dehidrasi memungkinkan intervensi segera untuk mencegah ketidakseimbangan
cairan atau elektrolit serius.
Daftar
Pustaka
Carpenito,
L.J., (1999). Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC
(2000). Diagnosa
Keperawatan. Ed. 8. Jakarata : EGC
Makalah
Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
Pitono
Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi
Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga.
Price,
Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi.
Ed. I. Jakarata : EGC.
ConversionConversion EmoticonEmoticon