ASUHAN
KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
I.
PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi
adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II.
TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1.
Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2.
Untuk menurunkan kerja paru-paru
3.
Untuk menurunkan kerja jantung
III.
ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A.
Saluran Nafas Atas
1.
Hidung
•
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
•
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
•
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
•
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
•
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
•
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
•
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
•
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia
2.
Faring
•
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung
dan rongga mulut ke laring
•
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring)
•
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3.
Laring
•
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea
•
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
-
Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
-
Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
-
Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
-
Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
-
Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
-
Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
•
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
•
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
4.
Trakea
•
Disebut juga batang tenggorok
•
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B.
Saluran Nafas Bawah
1.
Bronkus
•
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
•
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
•
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2.
Bronkiolus
•
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
•
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3.
Bronkiolus Terminalis
•
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4.
Bronkiolus respiratori
•
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
•
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5.
Duktus alveolar dan Sakus alveolar
•
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar
• Dan
kemudian menjadi alveoli
6.
Alveoli
•
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
•
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas
70 m2
•
Terdiri atas 3 tipe :
-
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
-
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
-
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
PARU
•
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
•
Terletak dalam rongga dada atau toraks
•
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
•
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
•
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
•
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
•
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
•
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
•
Terbagi mejadi 2 :
-
Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
-
Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
•
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga
untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
•
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
IV.
FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas
/ pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses
bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.
Proses
keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan
volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ventilasi :
a.
Tekanan udara atmosfir
b.
Jalan nafas yang bersih
c.
Pengembangan paru yang adekuat
2.
Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus
dan kapiler paru-paru.
Proses
keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar
ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli
sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat
rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan
tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara
alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi difusi :
a.
Luas permukaan paru
b.
Tebal membran respirasi
c.
Jumlah darah
d.
Keadaan/jumlah kapiler darah
e.
Afinitas
f.
Waktu adanya udara di alveoli
3.
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen
perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju transportasi :
a.
Curah jantung (cardiac Output / CO)
b.
Jumlah sel darah merah
c.
Hematokrit darah
d.
Latihan (exercise)
V.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor
yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1.
Tahap Perkembangan
Saat
lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut
usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2.
Lingkungan
Ketinggian,
panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung
yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai
respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi
pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan
oksigen.
3.
Gaya Hidup
Aktifitas
dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4.
Status Kesehatan
Pada
orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5.
Narkotika
Narkotika
seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6.
Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi
pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a.
Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b.
Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c.
Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan
pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
napas.
Hipoksia
yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi
gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat
merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain
hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan
menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam
darah.
Sianosis
dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa
yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan
permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7.
Perubahan pola nafas
Pernapasan
yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi
jalan napas
Obstruksi
jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya
benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing)
bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi
jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang
terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya
suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
VI.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara
umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1.
Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur
pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan
dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2.
Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan
utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3.
Riwayat perkembangan
a.
Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b.
Bayi : 44 x/mnt
c.
Anak : 20 - 25 x/mnt
d.
Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e.
Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam
hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
yang sama.
5.
Riwayat sosial
Perlu
dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6.
Riwayat psikologis
Disini
perawat perlu mengetahui tentang :
a.
Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b.
Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c.
Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d.
Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7.
Riwayat spiritual
8.
Pemeriksaan fisik
a.
Hidung dan sinus
Inspeksi
: cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi
: sinus frontalis, sinus maksilaris
b.
Faring
Inspeksi
: warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c.
Trakhea
Palpasi
: dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
d.
Thoraks
Inspeksi
:
•
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
•
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior
dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa
kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter
antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan
tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke
salah satu sisi.
•
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea
yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea
yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea
yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu
juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang lambat.
Perlu
juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu
juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan
yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan
kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
Perlu
juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu
juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu
bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu
bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau
bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang
kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu
juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering
dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
•
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu
denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga
perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga
perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu
keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu
keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu
berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger
yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama.
Palpasi
:
Untuk
mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil
vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan
dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah
terasa karena suara pria besar
VII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya adalah :
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.
Pola napas tidak efektif
3.
Gangguan pertukaran gas
4.
Penurunan kardiak output
5.
Rasa berduka
6.
Koping tidak efektif
7.
Perubahan rasa nyaman
8.
Potensial/resiko infeksi
9.
Interaksi sosial terganggu
10.
Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu
tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya
:
•
Bunyi napas yang abnormal
•
Batuk produktif atau non produktif
•
Cianosis
•
Dispnea
•
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan
faktor penyebab :
•
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
•
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
•
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
•
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
•
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
•
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
•
Immobilisasi
•
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2.
Pola napas tidak efektif
Yaitu
respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
adekuat
Tanda-tandanya
:
•
Dispnea
•
Peningkatan kecepatan pernapasan
•
Napas dangkal atau lambat
•
Retraksi dada
•
Pembesaran jari (clubbing finger)
•
Pernapasan melalui mulut
•
Penambahan diameter antero-posterior
•
Cianosis, flail chest, ortopnea
•
Vomitus
•
Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan
faktor penyebab :
•
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
•
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat
anasthesi
•
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
•
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
•
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
•
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan
spasme bronchial atau oedema
•
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3.
Gangguan pertukaran gas
Yaitu
perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4.
Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya
:
•
Kardiak aritmia
•
Tekanan darah bervariasi
•
Takikhardia atau bradikhardia
•
Cianosis atau pucat
•
Kelemahan, vatigue
•
Distensi vena jugularis
•
Output urine berkurang
•
Oedema
•
Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan
penyebab :
•
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
•
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan
reaksi kegagalan jantung
•
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
•
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
VIII.
RENCANA KEPERAWATAN
1.
Mempertahankan terbukanya jalan napas
A.
Pemasangan jalan napas buatan
Jalan
napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan
ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran
trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute
pemasangan :
•
Orotrakheal : mulut dan trakhea
•
Nasotrakheal : hidung dan trakhea
•
Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang
diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
•
Intubasi endotrakheal
B.
Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya
dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara
kerja :
•
Pasien dalam posisi duduk atau baring
•
Letakkan tangan di atas dada
•
Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
•
Tahan napas untuk beberapa detik
•
Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
•
Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
•
Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu
keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi
sesuai kemampuan pasien
•
Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah
bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk
menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C.
Posisi yang baik
•
Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
•
Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan
D.
Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah
suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction
dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau
trakheostomi tube.
E.
Pemberian obat bronkhodilator
Adalah
obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan
spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat
ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi
sekresi paru
A.
Hidrasi
Cairan
diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan
yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.
B.
Humidifikasi
Pengisapan
uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C.
Postural drainage
Adalah
posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus
dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya
dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya
:
•
Sebelum postural drainage, lakukan :
-
Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
-
Perkusi sekitar 1 - 2 menit
-
Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
•
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3.
Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A.
Latihan napas
Adalah
teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan
efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan
pernapasan
Jenis
latihan napas :
•
Pernapasan diafragma
•
Pursed lips breathing
•
Pernapasan sisi iga bawah
•
Pernapasan iga dan lower back
•
Pernapasan segmental
B.
Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah
alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara
ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada
dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C.
Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest
tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan
dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya
pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,
flail chest.
Tujuannya
:
•
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga
thoraks dan rongga mediastinum
•
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan
membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya
:
a.
The single bottle water seal system
b.
The two bottle water
c.
The three bottle water
4.
Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan
pemberian O2 dapat melalui :
•
Nasal canule
•
Bronkhopharingeal khateter
•
Simple mask
•
Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT
(endo trakheal tube)
5.
Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan
resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A :
Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B :
Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C :
Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi
secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a.
Health promotion
•
Ventilasi yang memadai
•
Hindari rokok
•
Pelindung / masker saat bekerja
•
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
•
Pakaian yang nyaman
b.
Health restoration and maintenance
•
Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
•
Teknik batuk dan postural drainage
•
Suctioning
•
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other
•
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat,
fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
•
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan
hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
•
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
•
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
•
Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
•
Terapi O2
•
Terapi ventilasi
•
Drainage dada
IX.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan
kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
Daftar
Pustaka
http://iwansain.wordpress.com/2007/08/22/kebutuhan-oksigenasi/
ConversionConversion EmoticonEmoticon