Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS (DM)


KONSEP DASAR
DIABETES MELLITUS

  1. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis. (Long, 1996, hal. 4).
Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau insentivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2001, hal. 532).
Diabetes Mellitus adalah penyakit karena kekurangan hormone insulin, sehingga glukosa tidak dapat diolah badan dan kadar glukosa dalam darah meningkat, lalu dikeluarkan dalam kemih yang menjadi terasa manis (Ramali, 2003, hal. 92).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. (Mansjoer A., 1999, hal. 17)
Ulkus neurotropik merupakan salah satu keadaan insensitive dan biasanya timbul di bawah kulit kaki yang menebal atau di bawah kalus. (Long, 1996, hal. 17)
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit (Ramali, 2000, hal. 368). Diabetes Mellitus dengan komplikasi ulkus adalah luka yang terjadi pada permukaan kulit pada pasien Diabetes Mellitus sebagai akibat dari perubahan-perubahan makrovaskuler maupun mikrovaskuler sehingga terjadi anesthesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf sensoris. Keadaan inilah yang menyebabkan trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ulkus baik kering atau basah. (Noer, 2004, hal. 215)
Ulkus tungkai adalah ekslavasi permukaan kulit yang terjadi ketika jaringan nekrotik yang meradang lepas. (Smeltzer & Bare, 2001, hal. 916).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes mellitus dengan komplikasi ulkus adalah penyakit kronis yang disebabkan gangguan hormonal sekunder akibat insufisiensi insulin, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada organ tubuh dan pembuluh darah serta menimbulkan neuropati yang dapat berakibat ulkus dan nekrosis jaringan.

  1. ETIOLOGI
Menurut Corwin (2001, hal 543) paling sedikit terdapat tiga bentuk Diabetes Mellitus, yaitu Diabetes Mellitus tipe I, tipe II dan diabetes gestasional.
        1. Diabetes Mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolute insulin. Penyakit ini disebut Diabetes Mellitus dependen insulin (IDDM) dan diperkirakan timbul akibat destruksi autoimun sel-sel beta langerhans yang dicetuskan lingkungan.
        2. Diabetes Mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka Diabetes Mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
        3. Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.

  1. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Menurut Smeltzer dan Bare (2001, hal 1221), klasifikasi Diabetes Mellitus dan intoleransi glukosa yang berhubungan terbagi menjadi beberapa tipe antara lain:
              1. Tipe I, Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (IDDM)
Etiologi mencakup factor genetic, imunologi atau lingkungan (missal ; virus) atau tidak memiliki insulin endogen dan memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsingan hidup.
              1. Tipe II, Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (NIDDM)
Biasanya berusia diatas 30 tahun, biasanya bertubuh gemuk (obese) pada saat didiagnosis, etiologi mencakup factor obesitas, herediter atau lingkungan, terjadi penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe ini mungkin lingkungan, terjadi penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin. Pd penderita dm tipe ini mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia dan mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.
              1. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain (Diabetes Sekunder)
Pada umumnya disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit . Tipe ini bergantung pada kemampuan pancreas untuk menghasilkan insulin. Pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral atau insulin.
              1. Diabetes Gestasional
Disebabkan oleh hormone yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin. Pada umumnya dapat diatasi dengan diit atau insulin (jika diperlukan) untuk mempertahankan secara ketat kadar glukosa darah normal.
              1. Toleransi glukosa terganggu
Kadar glukosa darah berkisar diantara kadar darah normal dan kadar diabetes, yang pada akhirnya 75% individu akan menderita diabetes.
              1. Kelainan toleransi glukosa yang terjadi sebelumnya
Biasanya terdapat riwayat hiperglikemia dan metabolisme glukosa yang terakhir normal.
              1. Keadaan toleransi glukosa yang potensial
Pada tipe ini tidak ada riwayat intoleransi glukosa, resiko mengalami diabetes meningkat jika riwayat dalam keluarga positif, obesitas, ibu dengan berat bayi di atas 4,5 kg saat dilahirkan anggota suku asli Indian Amerika.

  1. PATOFISIOLOGI
Etiologi dari Diabetes Mellitus secara pasti belum diketahui tetapi pada akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin yang dihasilkan kelenjar pancreas, manifestasi klinis dan Diabetes Mellitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak. (Price, 2005, hal. 1112) dilampaui timbullah glikosuria. Glikosuria menimbulkan diuresis osmotic yang mengakibatkan peningkatan volume urine (poliuria), karena diuresis, terjadi dehidrasi ruang ekstra sel, cairan intra sel keluar dan menimbulkan mekanisme haus dan pasien akan minum dalam jumlah yang banyak (polidipsi) karena glukosa hilang bersama urin, glikogen tidak sampai ke sel akan terjadi kehilangan kalori dan berat badan berkurang sehingga akan meningkatkan selera makan dan pasien akan sering makan (polifagi), sering mengantuk dan kelelahan. Diuresis osmotic, terjadi dehidrasi ruang ekstra sel, apabila terjadi dehidrasi berat akan menimbulkan hemokonsentrasi sehingga fungsi ginjal berkurang. Protein dan lemak akan teroksidasi dengan cepat dan pecahan lemak yang banyak akan menghasilkan banyak keton sehingga terjadi kerosis dan asidosis. Asidosis menyebabkan oksigen ke otak berkurang sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran (Smeltzer & Bare, 2001, hal. 1859)
Peningkatan kadar glukosa darah, keringat menguap sehingga gula tertimbun dalam kulit menyebabkan terjadi iritasi, gatal dan lain-lain. Akibat dari dehidrasi sel-sel kulit menyebabkan berkurangnya pembentukan asam monosakarida sebagai antiseptic, sehingga mudah terjadi infeksi dan kelelahan.
Hiperglikemia juga mengakibatkan glikoprotein dan penebalan membrane sehingga jaringan menurun (Smeltzer & Bare, 2001, hal. 1222)
Aldose reduktase mengatur perubahan glukosa menjadi sarbutol dan metabolisme secara lambat menjadi fruktosa, mengakibatkan fungsi endosel kebocoran dan agregasi trombosit menjadi mikrotrombus. Kemudian sklero yang menjadi sebab gangguan arteri dan kapiler. Sarbitol dapat mempengaruhi mata apabila lensa tertimbun sarbutol, masuk ke lensa, bisa menjadi keruh, penglihatan kabur (terjadi katarak diabetic) (Long, 1996, hal. 18)
Terjadinya gangrene disebabkan oleh infeksi pada luka terbuka oleh ulserasi yang ditimbulkan trauma mekanik khemis termal yang tal dirasakan nyeri. Hal ini terjadi karena hilangnya sensasi sensoris pada system neuron (Long, 1996, hal.18)

5. Pathways
  1. MANIFESTASI KLINIS
Menurut mansjoer (1999, hal. 580), manifestasi klinis pada pasien Diabetes Mellitus yaitu:
    1. Gejala khas:
          1. Polifagia (banyak makan)
          2. Poliuria (banyak kencing)
          3. Polidipsia (banyak minum)
          4. Lemas
          5. Berat badan turun
    2. Gejala lain:
                1. Kesemutan
                2. Gatal
                3. Penglihatan kabur
                4. Impotensi pada pria
                5. Pruritus (gatal) vulva pada wanita
Menurut Noer (2004, hal. 586), manifestasi klinis yang muncul adalah:
                  1. Kelainan kulit: gatal-gatal
                  2. Kelainan ginekolisis : keputihan
                  3. Kesemutan, rasa baal
                  4. Kelemahan tubuh
                  5. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
                  6. infeksi saluran kemih

  1. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (1999, hal. 582), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Diabetes Mellitus antara lain:
            1. Komplikasi akut:
  1. Koma hipoglikemi yaitu penurunan atau kehilangan kesadaran akibat penurunan kadar glukosa darah di bawah 50-6- mg/dL atau 2,7-3,3 mmol/L
  2. Ketoasidosis yaitu suatu gangguan metabolic yang berat, ditandai dengan adanya hiperglikemi, hiperosmolaritas dan asidosis metabolic.
  3. Koma hiperosmolar non ketotik, merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai penurunan kesadarn.
            1. Komplikasi kronik:
  1. Makroangiopati: mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
  2. Mikroangiopati: mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetic, nefropati diabetic.
  3. Neuropati diabetes: mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom, medulla spinalis, atau system saraf pusat.
  4. Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, dan saluran kemih.
  5. Kaki diabetic: kelainan kaki tungkai bawah akibat Diabetes Mellitus yang tidak terkendali yang dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan persarafan, dan adanya infeksi.

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Engram (1998, hal.536), pemeriksaan penunjang atau diagnostic yang dapat dilakukan antara lain:
  1. Tes toleransi glukosa (TENTANG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat di bawah kondisi stress.
  2. Gula darah puasa (FBS) normal atau di atas normal.
  3. Essei hemoglobin glikosilat di atas rentang normal. Tes ini mengukur persentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup. Rentang normal adalah 5 % - 6 %
  4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. Glikosuria menandakan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorbsi glukosa dicapai, sedangkan ketonuria menandakan ketoasidosis.
  5. Kolesterol dan badan trigliserida serum dapat meningkat, menandakan ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

  1. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diabetes terdiri lima komponen (Smeltzer & Bare, 2001, hal. 1212) yaitu:
  1. Diet
Diet penderita diabetes ditujukan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan setiap hari. Standar yang digunakan adalah santapan dengan komposisi yang seimbang dalam hal persentase karbohidrat, protein, lemak, dan sayuran yang sesuai dengan kecukupan gizi yang baik sebagai berikut:
    1. Karbohidrat 60-70% (pada keadaan tertentu boleh sampai 70-75%)
    2. Protein 10-15%
    3. Lemak 20-25%
    4. Kolesterol <>
    5. Serat 25 gr/hari
    6. Garam dibatasi terutama bila hipertensi
    7. Pemanis dapat digunakan seperlunya
  1. Agen hipoglikemik oral
Pasien diabetic dengan sisa sel-sel pulau langerhans yang masih berfungsi (DMTTI) merupakan calon yang tepat untuk penggunaan agen hipoglikemik oral seperti sulforul urea. Obat-obatan ini merangsang sel beta untuk meningkatkan akresi insulin.
  1. Pengaturan aktivitas fisik
Latihan fisik atau bekerja juga mempengaruhi pengaturan glukosa darah pada penderita diabetes. Latihan agaknya mempermudah tramsport glukosa ke dalam sel.


  1. Pemantauan
Pemantauan yang dimaksud adalah pemantauan kadar glukosa darah dan keton secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia
  1. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan diberikan kepada Diabetes Mellitus untuk memberikan informasi dan pengetahuan dalam menangani pasien Diabetes Mellitus dan mencegah komplikasinya. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan meliputi:
  1. Gaya hidup dan pola makan (diet)
Penekanan pada pola hidup sehat yang teratur sesuai diit yang diperlukan dan menghindari pola hidup beresiko.
  1. Perawatan luka di Rumah
Perawatan mandiri meliputi perawatan kulti kaki, kuku kaki dan perawatan luka.
  1. Kaki diabetic
Merupakan komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus dengan keluhan sering kesemutan, rasa lemah, kurang/tidak mampu merasakan rabaan dan rasa panas serta terdapat kelainan kuku (kuku kasar, tidak transparan, kehitaman, retak-retak, dan tumbuh abnormal), kelainan kulit (kulit kering, melepuh, adanya pengerassan seperti kutil dan mata ikan), kelainan pergerakan (gerakan terbatas) dan dapat pula disertai ulkus gangrene.

  1. FOKUS KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
Menurut Barbara Engram (1998, hal. 535), pengkajian data dasar meliputi:
    1. Riwayat adanya factor resiko
      • Riwayat keluarga tentang penyakit
      • Kegemukan
      • Riwayat pankreatitis kronik
      • Riwayat lahir lebih dari 4 kg
      • Riwayat glikosuria selama stress atau terapi obat
    2. Manifestasi diabetes mellitus
      • Poliuria (banyak kencing)
      • Polidipsia (banyak minum)
      • Polifagia (banyak makan)
      • Penurunan berat badan
    3. Pemeriksaan diagnostik
    4. Tingkat pengetahuan klien
    5. Tingkat emosional klien
Menurut Doengoes (2000, hal. 726), pengkajian data dasar meliputi:
  1. Aktivitas/istirahat
Gejala : berat, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat tidur.
Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
  1. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
  1. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah financial
Tanda : cemas, mudah tersinggung
  1. Eliminasi
Gejala : perubahan pada berkemih (poliuria), rasa nyeri/terbakar. Infeksi saluran kemih
Tanda : urine encer, pucat kuning, urine berkabut, bau busuk (infeksi), adanya asites


  1. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan glukosa/karbohidrat, haus, penggunaan diuretic
Tanda : Kulit kering, turgor jelek, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, bau halitosis/manis
  1. Neuron sensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, gangguan penglihatan
Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut) gangguan memori, aktivitas kejang
  1. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang atau berat)
Tanda : wajah meringis ketika dipalpasi: tampak sangat hati-hati
  1. Pernafasan
Gejala : merasa kurang oksigen, batuk, dengan/tanpa sputum purulen
Tanda : frekuensi pernafasan, batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi)
  1. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : diaforesis, demam, kulit rusak, lesi/ulserasi
  1. Seksualitas
Gejala : rabas vagina (infeksi), impotensi pada pria, sulit orgasme pada wanita
  1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : factor resiko keluarga: Diabetes Mellitus, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penggunaan obat seperti steroid, diuretic, dilantin dan fenobarbital
  1. Diagnosa dan intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic, masukan dibatasi, mual, muntah, kacau mental. (Doengoes, 2000<>
Rencana tujuan:
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menunjukkan tanda- tanda vital stabil, nadi pasien dapat dibaca, homeostasis dapat dipertahankan
Rencana tindakan:
  1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda-tanda vital
  2. Panau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
  3. Ukur berat badan setiap hari
  4. Kaji adanya perubahan mental, sensori
  5. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri, abdomen, muntah dan distensi lambung.
Rasional:
  1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik turun dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri.
  2. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan, dari terapi yang diberikan
  3. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
  4. Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi ; elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral dan berkembangnya hipoksia
  5. Kekurangan volume cairan dan elektrolit mengubah mobilitas lembung yang sering akan menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin efektif. (Tucker, 1998, hal. 414)


Rencana tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat badan pasien stabil, kadar glukosa darah dalam batas normal
Rencana tindakan :
  1. Kaji masukan diet dan nutrisi sebelum dan selama sakit
  2. Berikan diet sesuai ADA dan cairan yang dipesankan
  3. Timbang berat badan klien tiap hari
  4. Berikan makanan sehari-hari bila perlu
  5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian insulin
Rasional:
  1. Mengkaji pemasukan yang adekuat
  2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebuuhan terapeutik
  3. Memantau perubahan nutrisi klien selama sakti
  4. Untuk membantu klien dalam menentukan masukan
  5. Untuk mengontrol kadar glukosa darah
  1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit (Doengoes, 2000, hal. 734)
Rencana tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/mengemukakan resiko infeksi.
Rencana tindakan:
  1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan (demam, kemerahan, pus dan luka)
  2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan dan yang berhubungan dengan klien
  3. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive (pemasangan infus, kateter, dan sebagainya)


Rasional:
  1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan dosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial
  2. Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
  3. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
  1. Resiko tinggi perubahan sensori perceptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit (Doengoes, 2000, hal. 730)
Rencana tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien akan mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenal dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Rencana tindakan:
  1. Pantau tanda-tanda vital
  2. Pelihara aktivitas rutin
  3. Lindungi pasien dari cidera
  4. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
  5. Selidiki adanya keluhan porestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha atau kaki
  6. Bantu pasien dalam ambulasi dan perubahan posisi
  7. Kolaborasi (pantau nilai laboratorium)
Rasional:
  1. Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat mempengaruhi fungsi mental
  2. Membantu memelihara pasien tetap berhubungan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungan
  3. Pasien mengalami disorientasi merupakan awalnya, timbulnya cidera terutama pada malam hari dan perlu pencegahan sesuai tindakan
  4. Edema/lepasnya retina, hemoragis, katarak atau paralysis otot ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi kolektif dan atau perawatan penyokong
  5. Neuropati dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat sensori sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit dan gangguan keseimbangan
  6. Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan terpenuhi
  1. Kelelahan fisik berhubungan dengan penurunan prodiksi energi metabolisme berhubungan dengan insufisiensi insulin. (Doengoes, 2000, hal. 737)
Rencana tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mengungkapkan peningkatan energi.
Rencana tindakan:
  1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
  2. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
  3. Diskusikan cara menghemat energi
  4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas pecan hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi
Rasional:
  1. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah
  2. Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis
  3. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan pemenuhan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan
  4. Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang posititf sesuai tingkat aktifitas yang ditoleransi pasien
  1. Ketidakberdayaan berhubungan dengan resiko komplikasi diabetes (retinopait, gagal ginjal, nefropati, neuropati, dan penyakit vaskuler). (Carpenito, 2000, hal. 151)
Rencana tujaun:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mengidentifikasi factor-faktor resiko komplikasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan intervensi.
Rencana tindakan:
  1. Gali pengetahuan klien tentang efek Diabetes Mellitus
  2. Tentukan kebiasaan respon klien terhadap masalah
  3. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan asset diri
  4. Bersama klien mengidentifikasi aktifitas yang secara pribadi penting dan jadwalkan saat tingkat energi dalam keadaan tinggi
  5. Anjurkan klien untuk ikut serta dalam program latihan regular
  6. Tekankan maknanya berbagai perasaan dengan keluarga dan teman
Rasional :
  1. Diabetes menyebabkan komplikasi serius memerlukan regimen terapeutik yang kompleks, dan dapat mencetuskan perasaan kerentanan dan kurang control dan mempengaruhi gaya hidup, kepribadian, dan kesejahteraan emosional klien
  2. Membantu menentukan apakah klien biasanya mencari bantuan untuk mengubah perilakunya dan untuk masalah control
  3. Klien mungkin memerlukan bantuan untuk menghindari memfokuskan diri pada keterbatasan diri
  4. Memungkinkan kontinuitas aktifitas klien, dapat membantu meningkatkan perasaan nilai dan harkat diri.
  5. Latihan regular meningkatkan metabolisme karboidrat dan meningkatkan perasaan sejahtera
  6. Dialog terbuka dan jujur dapat membantu memperoleh dukungan dari orang lain
  1. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi/ kesalahan interpretasi informasi. (Doengoes, 2000, hal. 738)
Rencana tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien bersedia mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Rencana tindakan:
  1. Ciptakan lingkungan yang saling percaya dengan mendengarkan dengan penuh perhatian
  2. Kerjasama dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
  3. Diskusikan topic utama tentang Diabetes Mellitus
  4. Diskusikan tentang rencana di set, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
Rasional:
  1. Menangani dan memperlihatkan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
  2. Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari
  3. Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
  4. Kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.








DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan dan dokumentasi keperawatan (Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi, edisi 2). Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktek klinis, edisi 6. Jakarta: EGC.
Corwin,E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2000). Nursing care plan: Guidelines for planning and documenting patient care, 3/E (Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien E/3, editor: Monica Ester). Jakarta: EGC.
Engram, B. (1999). Medical-surgical nursing care plans, 3/V (Rencana asuhan keperawatan medical-bedah, V/3, alih bahasa oleh Suharyati Samba). Jakarta: EGC.
Mansjoer, A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardani, W. I, Setiowulan, W. (1999). Kapita selekta kedokteran, edisi III. Jakarta: Media Ausculapius FKUI.
Ramali A. Pamoentjak, K. (2003). Kamus kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Smeltzer, S. C. Barbara B.G (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Bruner and Sudarth, edisi 8. jakarta: EGC.
Tucker, S. M, Canobbio, M. M, Paquette, E. V, Wells, M. F. (1998). Patient Care Standards; Nursing Process, Diagnosis, and Outcome, 3/V, 5/E (Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi, V/3, E/5). Jakarta: EGC.

Previous
Next Post »

Translate