LAPORAN
UJIAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN Tn. S DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTI KRONIS (PPOK) DI RUANG
PARU LAKI
RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA
Asuhan Keperawatan klien dengan
Penyakit Paru Obstruktif kronik
1.
Pengertian
a.
PPOK Merujuk
pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru.
Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma
Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b.
Suatu
kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses
penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram,
B. 1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan
klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan
dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
Emphysema
Perubahan
anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu
penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma
dibedakan menjadi 2 :
1.
Asthma
Bronkiale Alergenik
2.
Asthma
Bronkiale Non Alergenik
Asthma
tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan
khusus mengenai penyakit asma
2.
PATOGENESIS
PPOK
Patofisiologi
Bronkhitis Kronis dan Emphysema
MEROKOK PREDISPOSISI
GENETIK FAKTOR
POLUSI
UDARA ( KEKURANGAN a 1 – ANTI
TRIPSIN ) TIDAK
DIKETAHUI
GANGGUAN SEKAT
DAN JARINGAN
SEUMUR
HIDUP
PEMBERSIHAN PARU PENYOKONG
HILANG
PERADANGAN
BRONKUS
&
ALVEOLUS
SAAT
EKSPIRASI SAL.
UDARA
YG KECIL KOLAPS
PERADANGAN
JALAN
UDARA
DINDING
BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
PECAH
SAAT
EKSPIRASI SALURAN
UDARA
YANG KECIL KOLAPS
SERING CLE PLE PADA
BRONKIOLITIS TERJADI
CLE DAN LANSIA
TIMBUL
GEJALA
CLE
BRONKEOLITIK KRONIK
3.
Penyebab
PPOK
a.
Bronkitis
Kronis
1)
Faktor tak
diketahui
2)
Merokok
3)
Polusi Udara
4)
Iklim
b.
Emphysema
1)
Faktor tak
diketahui
2)
Predisposisi
genetic
3)
Merokok
4)
Polusi udara
c.
Asthma
Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1.
Alergen
(debu, bulu binatang, kulit dll)
2.
Infeksi
saluran nafas
3.
Stress
4.
Olahraga
(kegiatan jasmani berat )
5.
obat-obatan
6.
Polusi udara
7.
lingkungan
kerja
8.
Lain-lain,
(iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4.
Gambaran
Klinis
a.
Asthma
Bronkiale
Selama serangan klien mengalami
dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi
kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi
dan takipnea.
b.
Manifestasi
klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
|
Emphysema
|
Bronkhitis
|
Mulai timbul
|
Usia 30 – 40 tahun
|
20 – 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia pertengahan)
|
Sputum
|
Minimal
|
Banyak sekali
|
Dispne
|
Dispnea relatif dini
|
Lambat
|
Rasio V/Q
|
Ketidakseimbangan minimal
|
Ketidakseimbangan nyata
|
Bnetuk Tubuh
|
Kurus dan ramping
|
Gizi cukup
|
Diameter AP dada
|
Dada seperti tong
|
Tidak membesar
|
Gambaran respirasi
|
Hyperventilasi
|
hypoventilasi
|
Volume Paru
|
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
|
FEV 1 rendah
TLC normal RV meningkat
moderat
|
Pa O2
Sa O 2
|
Norml/rendah
normal
|
Meningkat
Desaturasi
|
Polisitemia
|
normal
|
Hb dan Hematokrit meningkat
|
Sianosis
|
Jarang
|
sering
|
Managemen
Medis
Intervensi medis bertujuan
untuk :
1)
Memelihara
kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret
yang berlebihan
2)
Memelihara
keefektifan pertukaran gas
3)
Mencegah dan
mengobati infeksi saluran pernafasan
4)
Meningkatkan
toleransi latihan.
5)
Mencegah
adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6)
Mencegah
allergen/iritasi jalan nafas
7)
Membebaskan
adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi
jalan nafas kronis.
Managemen medis yang diberikan
berupa
1)
Pharmacologic
management
a)
Anti
inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b)
Bronkodilator
Adrenergik :
efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non
adrenergik : aminophilin,
tefilin
c)
Antihistamin
d)
Steroid
e)
Antibiotic
f)
Ekspektoran
Oksigen
digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2)
Hygiene
Paru.
Bertujuan
untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia
dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan
dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3)
Exercise
Bertujuan
untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih
efektif.
Dilaksanakan
dengan jalan sehat.
4)
Menghindari
bahan iritans
Penyebab
iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah
adanya alergen yang masuk tubuh.
5)
Diet
Klien sering mengalami kesulitan
makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik
daripada makan langsung banyak.
Management
Keperawatan
Pengkajian :
1.
Riwayat atau
faktor penunjang :
-
Merokok
merupakan faktor penyebab utama.
-
Tinggal atau
bekerja di area dengan polusi udara berat.
-
Riwayat
alergi pada keluarga
-
Riwayat
Asthma pada anak-anak.
2.
Riwayat atau
adanya faktor pencetus eksaserbasi :
-
Alergen.
-
Stress
emosional.
-
Aktivitas
fisik yang berlebihan.
-
Polusi
udara.
-
Infeksi
saluran nafas.
3.
Pemeriksaan
fisik :
a.
Manifestasi
klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
·
Peningkatan
dispnea.
·
Penggunaan
otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu
saat inspirasi, nafas cuping hidung).
·
Penurunan
bunyi nafas.
·
Takipnea.
b.
Gejala yang
menetap pada penyakit dasar
Ø Asthma
v Batuk
(mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
v Mengi
saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
v Pernafasan
cuping hidung.
v Ketakutan
dan diaforesis.
Ø Bronkhitis
v Batuk
produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada
pagi hari.
v Inspirasi
ronkhi kasar dan whezzing.
v Sesak
nafas
Ø Bronkhitis
(tahap lanjut)
v Penampilan
sianosis
v Pembengkakan
umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai
akibat dari kor pulmunal).
Ø Emphysema
v Penampilan
fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior posterior
meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
v Fase
ekspirasi memanjang.
Ø Emphysema
(tahap lanjut)
v Hipoksemia
dan hiperkapnia.
v Penampilan
sebagai “pink puffers”
v Jari-jari
tabuh.
4.
Pemeriksaan
diagnostik
§
Test faal
paru
1)
Kapasitas
inspirasi menurun
2)
Volume
residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3)
FEV1 selalu
menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4)
FVC awal
normal ®
menurun pada bronchitis dan astma.
5)
TLC normal
sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
§
Transfer gas
(kapasitas difusi).
Pada
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada
emphysema : area permukaan gas menurun.
¯
Transfer
gas (kapasitas difusi).menurun
§
Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada
polisitemia sekunder.
Jumlah
darah merah meningkat
Eo
dan total IgE serum meningkat.
Analisa
Gas Darah ®
gagal nafas kronis.
Pulse
oksimetri ®
SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit
menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
§
Analisa Gas
Darah
PaO2
menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal
asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
§
Sputum :
Pemeriksaan
gram kuman/kultur adanya infeksi
campuran.
Kuman
patogen >> :
Streptococcus
pneumoniae.
Hemophylus
influenzae.
Moraxella
catarrhalis.
§
Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi
paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada
emphysema paru :
Ø Distensi
>
Ø Diafragma
letak rendah dan mendatar.
Ø Ruang
udara retrosternal > (foto lateral).
Ø Jantung
tampak memanjang dan menyempit.
§
Bronkogram :
menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
§
EKG.
Kelainan
EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor
Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III
dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio
R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5.
Lain-lain
perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
Aktivitas dan Istirahat
|
|
Gejala
|
Keletihan, kelelahan, malaise
|
|
Ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk
cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
|
Tanda
|
Kelelahan, gelisah, insomnia,
kelemahan umum/kehilangan masa otot
|
Sirkulasi
|
|
Gejala
|
Pembengkakan pada ekstremitas
bawah
|
Tanda
|
Peningkatan tekanan darah.
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis
perifer
|
Integritas ego
|
|
Gejala/tanda
|
Ansietas, ketakutan dan peka
rangsang
|
Makanan/cairan
|
|
Gejala
|
Mual/muntah, Nafsu makan
menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema)
dan peningkatan BB karena edema (Bronkitis)
|
Tanda
|
Turgor kulit buruk, edema,
berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot
|
Hygiene
|
|
Gejala
|
Penurunan
Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh
|
Tanda
|
Kebersihan buruk, bau badan
|
Pernafasan
|
|
Gejala
|
Nafas pendek, khususnya pada
saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada
tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.
Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul
dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat
keluarga defisiensi alfa antitripsin
|
Tanda
|
Respirasi cepat dangkal,
biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir
(empisema)
Pengguanaan otot Bantu
pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki,
wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area
paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5
kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar
kuku, jari tabuh.
|
Seksualitas
|
Libido menurun
|
Interaksi sosial
|
|
Gejala
|
Hubungan ketergantungan,
kurang sisitem pendukung
|
tanda
|
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar
keluarga
|
Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot
pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan
atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4.
Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas tubuh
6.
Kurang
pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi
Perencanaan
Perencanaan
meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing
masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
·
Mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
·
Pemeliharaan
fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
·
Pencegahan
dan penanganan eksaserbasi.
·
Mengurangi
perburukan fungsi paru setiap tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :
·
Berkurangnya
gejala sesak nafas.
·
Berkurangnya
frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
·
Membaiknya
faal paru.
·
Menurunnya
gejala psikologik (depresi, kecemasan).
·
Memperbaiki
kualitas hidup.
·
Dapat
melakukan aktifitas sehari-hari.
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana
tindakan
|
Rasional
|
1.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot
pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
|
Klien mampu menunjukkan
perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
a.
Gas arteri
dalam batas normal
b.
Warna
kulit perifer membaik (tidak cianosis)
c.
RR : 12 –
24 x /menit
d.
Bunyi
nafas bersih
e.
Batuk (-)
f.
Ketidaknyamanan
dada (–)
g.
Nadi 60 –
100 x/menit
h.
Dyspnea
(–)
|
1.
Observasi
status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri
2.
Awasi
perkembangan membran mukosa / kulit (warna)
3.
Observasi
tanda vital dan status kesdaran.
4.
Evaluasi
toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien
5.
Berikan
oksigenasi yang telah dilembabkan
6.
Pertahankan
posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk
condong ke depan dengan ditahan meja.
7.
Kolaborasi
untuk
a.
Berikan
obat yang telah diresepkan
b.
Berikan
obat depresan saraf dengan hati-hati (sedatif/narkotik).
|
1.
Memantau
perkembangan kegawatan pernafasan
2.
Gangguan
Oksigenasi perifer tampak cianosis
3.
Menentukan
status pernafasan dan kesadaran
4.
Mengurangi
penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen
5.
Memenuhi
kebutuhan oksiegen
6.
Meningkatkan
kebebasan suplay oksiegn
7.
Obat
depresan akan mendepresi system pernafasan dan menyebabkan gagal nafas
|
2.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
|
Klien dapat mening-katkan
bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
1.
Mampu
mendemonstrasikan batuk terkontrol
2.
Intake
cairan adekuat
|
1.
Kaji
kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :
a.
Ajarkan
metode batuk terkontrol
b.
Gunakan
suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)
c.
Lakukan
fisioterapi dada
2.
Secara
rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara
nafas dan kemajuannya.
3.
Berikan
obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans
4.
Anjurkan
minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi
5.
Anjurkan
klien mencegah infeksi / stressor
a.
Cegah
ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita
influenza
b.
Mencegah
iritasi : asap rokok
c.
Imunisasi
: vaksinasi Influensa.
|
1.
Memantau
tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri /
membersihkan/membebaskan jalan nafas
2.
Memantau
kemajuan bersihan jalan nafas
3.
Mengencerkan
secret agar mudah dikeluarkan
4.
mengencerkan
sekert
5.
Menghindarkan
bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas
|
3.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja
pernafasan, kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia
|
Klien akan menunjukkan
kemajuan/peningkatan status nutrisi
Kriteria hasil
a.
Klien
tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
b.
Masukan
makanan dan cairan meningkat
c.
Urine
tidak pekat
d.
Output
urine meningkat.
e.
Membran
mukosa lembab
f.
Kulit
tidak kering
g.
Tonus otot
membaik
|
1.
Kaji
kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan makan/masukan. Evaluasi BB
2.
Berikan
perawaatan oral
3.
Hindari
makanan penghasil gas dan minuman karbont
4.
Sajikan
menu dalam keadaan hangat
5.
Anjurkan
makan sedikit tapi sering
6.
Kolaborasi
tim nutrisi untuk menentukan diit
|
1.
Pasien
distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga sering mempunyai pola makan
yang buruk. Sehingga cenderung Bb menurun
2.
kebersihan
oral menhilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan eningkatkan rangsangan
/nafsu makan
3.
menimbulkan
distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
4.
Menu
hangat mempenga-ruhi relaksasi spingkter / saluran pencrnaan shg respon
mual/muntah berkurang
5.
menegah
perut penuh dan menurunkan resiko mual
6.
Menentukan
diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi
|
4.
Kurangnya
pengetahuan tentang perawatan di rumah berhubungan dengan kurang informasi,
miss persefsi
|
Tujuan : rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.
Klien
mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2.
Ekspresi
wajah rileks.
3.
RR : 12 –
24 X / menit.
4.
N : 60 -
100 X / menit
|
1.
Beri
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
2.
Lakukan
pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian
informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus.
3.
Berikan
penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan
pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam
tindakan keperawatan.
4.
Berikan
keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
5.
Berikan
kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
6.
Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman.
|
1.
Dapat
meringankan beban pikiran pasien.
2.
Agar
terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
3.
Penjelasan
yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan
diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
4.
Sikap
positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan
pasien.
5.
Pasien
akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
6.
Lingkung
yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
|
Daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995).
Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989).
Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana
Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien.
EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990).
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine
McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit.
EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi
Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
LAPORAN
KASUS (PROSES KEPERAWATAN)
Nama
Mahasiswa :
Arif Muttaqin, S.Kep
N
I M :
010130353 B
Ruangan :
Paru Lk Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian
diambil tanggal :
2 Oktober 2003 Jam 07.30 BBWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit :
30 September 2003
No.
Regester :
10170746
Diagnosa
Medis :
PPOK ex. Acut
1.
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Tn S.
Umur : 63
Tahun.
Jenis
Kelamin :
Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status
Marietal : Kawin
Pendidikan : STP
Pekerjaan : Pensiunan
Marinir
Bahasa yang
digunakan : Indonesia
Alamat : Jl.
Gubeng Surabaya.
Cara
Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Keluhan
Utama : Sesak
nafas.
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY)
1)
Riwayat
Sebelum Sakit
Klien
menderita batuk lama dan selalu kontrol ke Poli Paru RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Klien ada riwayat merokok sekitar 5 batang sehari lebih dari 20 tahun dan klien
1 tahun terakhir tidak merokok. Tidak ada riwayat sesak nafas yang disertai
bunyi “ngik”. Klien tidak pernah menderita DM, hipertensi. Klien pernah opname
diruang Kulit selama 1 bulan pada tahun 1997 dan opname dengan masalah pita
suara thn 2000.
2)
Riwayat
Penyakit Sekarang
Pagi
(29-9-2003) klien bersih-bersih rumah yang diperbaiki dan kemudian karena
terisap debu klien kemudian bersin-bersin, batuk tapi tidak bisa mengeluarkan
dahaknya. Setelah itu klien merasa sesak nafas, sulit mengeluarkan dahak dan
minum obat OBH tapi tidak ada perubahan. Keadaan sesak semakin berat pada malam
hari dan oleh keluarga klien masuk opname
lewat IRD.
3)
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Riwayat
kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita klien saat ini.
Keterangan : : laki-laki
: perempuan
: klien
: meninggal
4)
Keadaan
Kesehatan Lingkungan
Keluarga
klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.
3.
OBSERVASI
DAN PEMERIKSAAN FISIK
1)
Keadaan Umum
:
Keadaan umum baik, GCS 4 5 6
2)
Tanda-tanda
vital
Suhu : 37,2 0C
Nadi : 80 X/menit. lemah dan teratur
Tekanan darah : 100/80 mmHg.
Respirasi : 22 x/menit
3)
Body Systems
(1)
Pernafasan
(B 1 : Breathing)
Inspeksi
:
Pernafasan
melalui hidung. Frekuensi 22 x/menit teratur/regular. Trachea tidak ada kelainan. Tidak terdapat retraksi
dada, napas dalam. Bentuk dadaBarrel Chest. Klien terlihat batuk produktif
dengan sputum kental warna putih kehijauan. Kemampuan batuk belum terlihat
efektif dalam mengeluarkan dahaknya.
Palpasi :
Taktil premitus getaran seimbang kanan
dan kiri
Perkusi :
Didapatkan bunyi resonan pada seluruh
paru.
Auskultasi :
Terdengar bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi dan wheezing pada area paru kanan. Pada paru kiri tidak terdengar bunyi
nafas tambahan.
(2)
Cardiovascular
(B 2 : Bleeding)
Nadi
80 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu 37,2 0C.
Palpitasi tidak ada,
clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal S1 S2 tunggal. Edema : tidak
ada.
(3)
Persyarafan
(B 3 : Brain)
Tingkat
kesadaran : Composmentis.
GCS
: Membuka mata : Spontan (4)
Verbal
: Berorientasi (5)
Motorik
: Mematuhi perintah sederhana (6)
Kepala dan wajah : tak ada kelainan.
Mata : Cowong, sklera putih, Conjungtiva
tidak anemis, pupil : isokor.
Leher : tak ada pembesaran kelenjar dan
distensi vena jugularis, Mobilitas baik
Compos
Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi
Sensori : Tidak ada kelainan/
Dalam batas normal.
Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam
batas normal.
Penciuman : Tidak ada kelainan/
Dalam batas normal.
Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam
batas normal.
Penglihatan : Tidak ada kelainan/
Dalam batas normal.
Perabaan : Tidak ada kelainan/
Dalam batas normal.
(4)
Perkemihan-Eliminasi
Uri (B.4 : Bladder)
BAK
tanpa keluhan Jumlah urine 24 jam sekitar 2500 cc warna kuning jernih. Intake
cairan dari minum 2000 cc/hari, Infus 1000 cc/24 jam dan dari makanan sekitar
500 cc.
(5)
Pencernaan-Eliminasi
Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut
dan tenggorokan normal, hati dan lien tidak teraba, bising usus normal, tidak
kembung, BAB tanpa keluhan sehari 1 kali dengan konsistensi faeses lembek
berbentuk,
Diet Nasi TKTP porsi yang disediakan
habis dimakan.
(6)
Tulang-Otot-Integumen
(B 6 : Bone)
Kemampuan
pergerakan sendi lengan dan
tungkai bebas (tidak terbatas)
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : kecoklatan.
Akral : Hangat.
Turgor :Baik kembali < 1 detik.
Kulit & membran mukosa : basah
Tidak terdapat kontraktur
maupun dikubitus.
Pola
istirahat dan tidur
Klien tidur siang sekitar 1- 2 jam dan
malam sekitar 3-4 jam tanpa masalah dengan tidurnya dan sudah terbiasa dengan
pola tidurnya.
Psikososial spiritual
Klien
bertanya keadaan penyakitnya, penyebab dan bagaimana mengatasinya/menghindari
penyebab dari batuk dan sesak nafas nanti bila dirumah. Klien tidak cemas
dengan keadaan sakitnya dan merasa sakit merupakan cobaan bagi dirinya.
DIAGNOSTIC
TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
pemeriksaan Laboratorium.
Darah
lengkap tanggal : 30 September 2003.
-
Hb : 13,4 mg/dl (L
13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl).
-
Leukosit : 5.800 (4000 – 11.000)
-
Trombosit :
257.000/cmm (150.000 – 450.000/cmm).
-
Hematokrit/PCV :
0,54 % (L
: 40 – 54 % P : 37 –
47 %)
-
GDA :
102 mg/dl ( <200 )
Analisa gas darah
-
Ph : 7,436 (7,35 – 7,45)
-
PCO2 : 38,9 mmHg (35 – 45)
-
PO2 : 77,3 mmHg (80 – 104 )
-
HCO3 : 25,5 mmol / L ( 21 – 25 )
Rontgen
Thorak (30 September 2003)
Kesimpulan
: Emfisematous Lung
TERAPI
: (2-10-2003)
1.
Infus D5 % : RL ( 1: 1) 14 tts/ mt.
2.
aminophilin dirf stop.
3.
Fluimocil 3 x 1 tab.
4.
Cefatoxime injeksi 1 gr/8 jam
5.
Nebulizer : Atropent 0,025 % + Ventolin 2,5 mg
6.
Diet TKTP
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO
|
D A T A
|
KEMUNGKINAN ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
S :
Keluhan batuk masih dengan dahak yang kental
O :
Klien
terlihat batuk produktif tapi kemampuan batuk secara efektif masih belum
optimal. Sputum yang keluar kental warna putih kehijauan.
Klien
terlihat tidak sesak dan tidak menggunakan otoy Bantu nafas. Terdengar bunyi
Ronkhi pada area paru kanan.
Suhu : 37,2 0C, Nadi : 80 X/menit
teratur, Respirasi 22 kali permenit teratur/regular. TD 100/80 mmHg
|
PPOK
¯
Bronkokontriksi
Hipersekresi
mucus
Penurunan
elastisitas alveoli
¯
Akumulasi/perlengketan
mucus pada jalan nafas
¯
Kemampuan batuk tidak efektif
¯
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
|
Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas
|
3.
|
S : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang kondisi penyakit,
sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik, tujuan tindakan perawatan maupun
pengobatan yang diprogramkan. serta kurangnya pengetahuan tentang cara
perawatan dirumah.
“ Bagaimana
kondisi penyakit saya ?”
“ Bagaimana
cara Perawatan untuk mengeluarkan dahak bila sudah pulang kerumah ?”
O : Klien
dan keluarga nampak serius memberikan pertanyaan
|
PPOK
¯
Kebutuhan
informasi mengenai kondisi, Kebutuhan informasi cara perawatan selama di
rumah
¯
Kurang informasi,
salah persepsi
¯
kurangnya pengetahuan
|
Kurang
pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan Kebutuhan informasi cara perawatan
selama di rumah
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi/perlengketan mucus
pada jalan nafas dan Kemampuan batuk tidak efektif
2.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan Kebutuhan informasi cara perawatan
selama di rumah berhubungan dengan kurangnya informasi, salah persepsi.
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus/peningkatan sekresi lendir
|
Tujuan :
Dalam 3 x 24 jam Klien dapat
meningkatkan bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil
1.
Tidak ada
keluhan sesak nafas dengan RR 16 – 20 kali/menit
2.
Bunyi
nafas bersih/Vesikuler
3.
Keluhan
Batuk berkurang
4.
Mampu
mendemonstrasikan batuk secara efektif / terkontrol.
5.
Intake
cairan adekuat
|
a.
Lakukan
fisioterapi dada dengan metode
Clupping pada area yang diduga terkumpulnya secret dengan posisi klien duduk
b.
Ajarkan
metode batuk efektif / terkontrol
c.
Anjurkan
minum kurang lebih 2 liter per hari
d.
Secara
rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara
nafas dan kemajuannya.
e.
Kolaborasi
dengan tim medis untuk pemberian:
-
Nebulizer
: Atropent + Ventolin 2 x sehari
-
Fluimocil
capsul 3 x sehari
-
Cefotaxime
3 x 1 gr
|
a.
Fisioterafi
dada di area yang diduga terkumpulnya secret dengan metode Clupping akan memobilkan / menggerakkan sputum/secret ke
saluran nafas besar sehingga mudah keluar dengan usaha batuk
b.
Batuk
efektif yang baik dapat dengan dorongan aliran udara yang efektif dapat
mengeluarkan secret yang menempel pada jalan nafas
c.
Memenuhi
kebutuhan hidrasi dan dapat membantu mengencerkan secret sehingga mudah
keluar dari jalan nafas.
d.
Memantau
tingkat kepatenan jalan nafas dan monitoring kondisi terakhir untuk melihat
kemajuan perawatan / pengobatan. Tidak ada bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi menandakan masalah bersihan nafas teratasi
e.
-
Pemberian Atropent sebagai bronkodilator dan Ventolin sebagai mukolitik via
inhalasi dengan target terafi langsung ke jalan nafas memberikan efek bronkodilatasi dan
Mengencerkan secret
-
Fluimocil merupakan jenis mukolitik yang berguna untuk mengencerkan sekert.
-
Cefotaxime merupakan jenis antibiotik golongan sefapolosporin generasi ke 4
dengan efek spectrum luas dapat mengurangi efek keradangan
|
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan Kebutuhan informasi cara perawatan
selama di rumah berhubungan dengan kurangnya informasi, salah persepsi.
|
Tujuan
:
Dalam
watu 3 jam setelah dilakukan tindakan kebutuhan akan informasi dapat
terpenuhi.
Kriteria
Hasil :
1.
Secara
subjektif klien mengatakan sudah mengerti dari apa yang diinginkan klien
untuk diketahui
2.
Secara
subjektif klien mengatakan tidak ada pertanyaan lagi/tidak ada yang ingin
ditanyakan
3.
Klien dan
keluarga mampu secara mandiri melakukan perawatan untuk mengeluarkan sekret
|
1.
Lakukan
kolaborasi dengan dokter yang merawat untuk penjelasan mengenai kondisi dan
penyebab penyakit
2.
Beri
kesempatan pada klien untuk bertanya pada dokter yang merawat.
3.
Berikan
penjelasan dan demonstrasi secara ringkas dan mudah dimengerti klien dan
keluarga tentang perawatan dirumah mengenai cara mengeluarkan secret pada
jalan nafas :
-
Cara
melakukan fisioterafi dada
-
Cara batuk
efektif
-
Inhalasi
dengan uap hangat
-
Pemenuhan
cairan via oral
4.
Berikan
kesempatan pada klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri apa
yang telah dijelaskan
5.
Evaluasi /
tanyakan kembali pendapat secara subjektif dari klien terhadap pemenuhan
kebutuhan informasi yang telah diberikan
.
|
1.
Penjelasan
yang diberikan oleh dokter yang merawat lebih relevan karena lebih mengetahui
kondisi klien yang dirawat dan merupakan legal aspek yang penting dalam
pemberian informasi.
2.
Menambah
pengetahuan klien sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien
3.
.Penjelasan
dan demonstrasi yang ringkas dan mudah dimengert oleh klien dan keluarga
dapat lebih mudah diingat dan diterapkan. Perawatan cara mengeluarkan secret
bagi klien merupakan kebutuhan belajar yang penting sesuai dengan kondisinya
saat ini.
4.
Dapat
melihat sejauhmana keefektifan penjelasan dan kemampuan klien dan keluaraga
cara perawatan pengeluaran secret
5.
Mengkaji
ulang masalah apakah sudah teratasi
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)
TGL
|
JAM
|
NO.
DX
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
(SOAP)
|
2-10-2003
|
07.45
08.45
08.50
09.00
09.10
09.30
09.40
09.45
10.00
10.20
10.30
13.00
13.10
|
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
|
Melakukan pemeriksaan fisik,
observasi vital sign : TD 100/80 mmHg, T 37,2 0C, RR 22 x/mnt dan
nadi 80 x/mnt
Berkolaborasi pemberian Inj.
Cefotaxime 1 gr via intra vena
Menganjurkan klien minum 2000
cc/hari
Melakukan kolaborasi dengan
dokter yang merawat untuk penjelasan mengenai kondisi
dan penyebab penyakit pada
klien
Memberikan kesempatan pada klien
untuk bertanya pada dokter yang merawat.
Melakukan fisioterafi dada
dengan metode Clupping pada dada kanan
Mengajarkan cara batuk
efektif / terkontrol
Memberikan minum segelas pada
klien haus
Mengobservasi keadaan suara
nafas : wheezing pada paru kanan hilang dan ronkhi pada paru kanan berkurang
Observasi TD 100/80 mmHg, T
37,2 0C, RR 18 x/mnt dan nadi 80 x/mnt
Memberikan penjelasan dan
demonstrasi secara ringkas dan mudah dimengerti klien dan keluarga tentang
perawatan dirumah mengenai cara mengeluarkan secret pada jalan nafas :
-
Cara
melakukan fisioterafi dada
-
Cara batuk
efektif
-
Inhalasi
dengan uap hangat
-
Pemenuhan
cairan via oral
Memberikan kesempatan pada
klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri apa yang telah
dijelaskan
Evaluasi / tanyakan kembali
pendapat secara subjektif dari klien terhadap pemenuhan kebutuhan informasi
yang telah diberikan
Mengobservasi keadaan suara
nafas : ronkhi pada paru kanan masih ada
Observasi TD 110/80 mmHg, T
37,6 0C, RR 18 x/mnt dan nadi 100 x/mnt
|
Diagnosa 1, jam
13.00
S : Ungkapan klien nafas lebih longgar dan batuk masih ada dengan
secret yang masih kental, menurut klien bernafas merasa lebih baik/lebih enak
daripada pagi tadi
O : Klien terlihat tenang, tidak sesak, tidak mengguanakan otot bantu
nafas, klien terlihat masih batuk dengan dahak kental warna putih kehijauan.
Bunyi nafas ronkhi masih ada di paru kanan. RR 18 x / mnt teratur/reguler
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa 2, jam 13.00
S : Ungkapan klien dan keluarga Secara subjektif mengatakan sudah
mengerti dari apa yang diinginkan klien untuk diketahui , Secara subjektif
klien mengatakan tidak ada pertanyaan lagi/tidak ada yang ingin ditanyakan
O : Klien dan keluarga terlihat mampu secara mandiri melakukan perawatan
untuk mengeluarkan secret
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon