LAPORAN
PENDAHULUAN
CARSINOMA
NASOFARING
Anatomi Nasofaring.
Nasofaring
letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di
sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut
menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan
rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas :
Basis kranii.
Bawah :
Palatum mole
Belakang :
Vertebra servikalis
Depan :
Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus
tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat
adenoid atau tonsila faringika.
Pengertian
Carsinoma Nasofaring
Karsinoma
Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau
kelenjar yang terdapat di nasofaring.
Carsinoma
Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT.
Sebagian besar
kien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
Didapatkan lebih
banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia / umur
rata-rata 30 –50 th.
Etiologi
Penyebab
timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat
bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada 5
faktor yang mempengaruhi yakni :
1.
Faktor Genetik (Banyak pada
suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2.
Faktor Virus (Virus EIPSTEIN
BARR)
3.
Faktor lingkungan (polusi asap
kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll).
4.
Iritasi menahun :
nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5.
Hormonal : adanya estrogen yang
tinggi dalam tubuh.
Pembagian
Karsinoma Nasofaring
Menurut
Histopatologi :
§ Well differentiated epidermoid carcinoma.
-
Keratinizing
-
Non Keratinizing.
§ Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma
-
Transitional
-
Lymphoepithelioma.
§ Adenocystic carcinoma
Menurut
bentuk dan cara tumbuh
§ Ulseratif
§ Eksofilik : Tumbuh keluar
seperti polip.
§ Endofilik : Tumbuh di bawah
mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)
Klasifikasi
Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
-
Karsinoma sel skuamosa (KSS)
-
Deferensiasi baik sampai
sedang.
-
Sering eksofilik (tumbuh
dipermukaan).
Tipe WHO 2
-
Karsinoma non keratinisasi
(KNK).
-
Paling banyak pariasinya.
-
Menyerupai karsinoma
transisional
Tipe WHO 3
-
Karsinoma tanpa diferensiasi
(KTD).
-
Seperti antara lain
limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel
spindel.
-
Lebih radiosensitif, prognosis
lebih baik.
Indonesia Cina
Tipe WHO 1 29% 35%
2 14% 23%
3 57% 42%
Klasifikasi
TNM
Menurut UICC
(1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi
nasofaring
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian
nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau
orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai
syaraf otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening
pada sisi yang sama, mobil, soliter dan
berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi
yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar
kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang
dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening
ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
M1 = Didapatkan metastasis jauh.
Penentuan
Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 – 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0
– 1 M0
Semua T N2 – 3 M0
Semua T Semua N M1
Lokasi :
1
Fossa Rosenmulleri.
2
Sekitar tuba Eustachius.
3
Dinding belakang nasofaring.
4
Atap nasofaring.
Gejala Klinik
1.
Gejala Setempat :
Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik.
Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau.
Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang.
Dapat juga hanya berupa riak campur darah.
Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara
eksofilik
Gejala Telinga :
ü Kurang, pendengaran.
ü Tinitus
ü OMP.
2.
Gejala karena tumbuh dan
menyebarnya tumor
Merupakan
gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif dan
metastasis.
a.
Ekspansif
A
Ke muka, tumor tumbuh ke depan
mengisi nasofaring dan menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi
nasi/hidung buntu.
A
Ke bawah, tumor mendesak
palatum mole sehingga terjadi “bombans palatum mole” sehingga timbul gangguan
menelan/sesak.
b.
Infiltratif
A
Ke atas :
Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena dura dan
timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul
diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan
gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas,
rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan
oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.
A
Ke samping :
Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X : Terjadi Paresis palatum mole,
faring dan laring dengan gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi,
rinolalia aperta dan suara parau.
Menekan N XI : Gangguan
fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius.
Menekan N XII : Terjadi
Deviasi lidah ke samping/gangguan menelan
c.
Gejala karena metastasis
melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung
planum mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas
muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan bilateral. Pembesaran ini
di sebut tumor colli.
d.
Gejala karena metastasis
melalui aliran darah :
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang
dan sebagainya.
Gejala di atas
dapat dibedakan antara :
I.
Gejala Dini : Merupakan gejala
yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam batas-batas nasofaring, jadi
berupa gejala setempat yang disebabkan oleh tumor primer (gejala-gejala hidung
dan gejala-gejala telinga seperti di atas).
II.
Gejala Lanjut : Merupakan gejala
yang dapat timbul oleh karena tumor telah tumbuh melewati batas nasofaring,
baik berupa metastasis ataupun infiltrasi dari tumor.
Sebagai
pedoman :
Ingat akan
adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai TRIAS :
A.
Tumor colli, gejala telinga,
gejala hidung.
B.
Tumor colli, gejala
intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan telinga.
C.
Gejala Intrakranial, gejala
hidung dan telinga.
Pemeriksaan
Fisik
A
Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
A
Pemeriksaan THT:
-
Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
-
Rinoskopia anterior :
o
Pada tumor endofilik tak jelas
kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.
o
Pada tumor eksofilik, tampak
tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena
palatum mole negatif.
-
Rinoskopia posterior :
o
Pada tumor indofilik tak
terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan
paskularisasi meningkat.
o
Pada tumor eksofilik tampak
masa kemerahan.
-
Faringoskopi dan laringoskopi :
Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring;
reflek muntah dapat menghilang.
-
X – foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
Pemeriksaan
tambahan
-
Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai.
Dilakukan dengan anestesi lokal.
Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui
rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi
posterior.
Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali.
Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis
mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi
umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau
keadaan umum kurang baik.
Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus
dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.
Penatalaksanaan
:
ü Terapi utama : Radiasi/Radioterapi ® ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan
komputer (4000 – 6000 R)
ü Terapi tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor
transfer, inferferon, Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus
Semua
pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih
tetap terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai macam kombinasi
dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum
sebagai inti. Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan
5-fluorouracil sedang dikembangkan di bagian THT Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga dengan hasil sementara yang cukup memuaskan. Demikian
pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi praradiasi dengan
efirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang cukup berat, tetapi
memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik.
PATOFISIOLOGI
![]() |
Telinga
Pendengaran berkurang
¯
Perubahan sensori persepsi pendengaran
|
Hidung
Pilek kronis
¯
Sakit kepala/pusing
Hidung buntu (terasa)
¯
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
Pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
-
Kelemahan dan / atau kelelahan.
-
Perubahan pada pola istirahat /
jam tidur karena keringat berlegih, nyeri atau ansietas.
2.
Integritas Ego :
Gejala :
-
Faktor stress (perubahan peran
atau keuangan).
-
Cara mengatasi stress
(keyakinan/religius).
-
Perubahan penampilan.
3.
Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4.
Neurosensori
Gejala : Pusing atau sinkope
5.
Pernafasan
Gejala : Pemajanan bahan aditif
6.
Interaksi sosial
Gejala : Kelemahan sistem pendukung
7.
Pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga
Prioritas
Keperawatan
1.
Dukungan adaptasi dan
kemandirian.
2.
Meningkatkan kenyamanan.
3.
Mempertahankan fungsi
fisiologis optimal.
4.
Mencegah komplikasi.
5.
Memberi informasi tentang
proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan
Pemulangan
1.
Klien menerima situasi dengan
realistis.
2.
Nyeri berkurang/terkontrol.
3.
Homeostasis dicapai.
4.
Komplikasi dicegah/dikurangi
5.
Proses/kondisi penyakit,
prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Ganguan pola tidur berhubungan
dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan
: Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria
hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana
tindakan :
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
2.
Kaji tentang kebiasaan tidur
pasien di rumah.
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.
Kaji adanya faktor penyebab
gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana
ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
4.
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam
tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.
Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur
pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
2.
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan
: rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria
Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana
tindakan :
1.
Kaji tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang
cepat dan tepat.
2.
Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran
pasien.
3.
Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya
antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.
Beri informasi yang akurat
tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang
penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.
5.
Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan
akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.
Berikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang
bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.
Ciptakan lingkungan yang tenang
dan nyaman.
Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman
dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
3.
Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang
jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1.
Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri
sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga
tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
2.
Kaji latar belakang pendidikan
pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
3.
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan.
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria
hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam
batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana
Tindakan :
1.
Kaji status nutrisi dan
kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.
Anjurkan pasien untuk mematuhi
diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.
Timbang berat badan setiap
seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4.
Identifikasi perubahan pola
makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
5.
Kerja sama dengan tim kesehatan
lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
Evaluasi
A.
Berhasil : prilaku pasien
sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
B.
Tercapai sebagian : pasien
menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan
tujuan.
C.
Belum tercapai. : pasien tidak
mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach. 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan
Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi
kekempat. FKUI : Jakarta.
Sri Herawati. (2000). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga,
Hidung, Tenggorokan. Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.
FORMAT ASUHAN
KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Subhan
N I M : 010030170 B
Ruang : THT Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian
diambil tanggal : 22 April 2002. Jam
08.00 BBWI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn
A. B. Tanjung No. Regester :…………………
Umur : 64
Tahun/Bulan
Jenis Kelamin :
Laki-laki.
Suku/Bangsa :
Dayak/Indonesia
Agama :
Kristen
Status Marieta : Kawin
Pekerjaan :
Swasta
Pendidikan : SLTA
Bahasa yang digunakan :
Indonesia
Alamat : Jl.
Sethaji 4/54 Kab.Kuala Kapuas Kalimantan Tengah
Kiriman dari : dokter
praktek
Tanggal MRS : 12 April
2002 Jam…………..…. WIB.
Cara Masuk :
Lewat Instalasi Rawat Darurat/Poliklinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Ca
Nasofaring + Diabetes Melitus + Hipertensi
Alasan Dirawat : Ingin
menjalani kemoterapi
Keluhan Utama :
Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul benjolan di leher kanan dan
kiri sejak 3 bulan yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke dokter praktek.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :………………………….…………..
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY)
1)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 1999 klien pernah mengalami stroke
2)
Riwayat Penyakit
Sekarang
Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul benjolan di
leher kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu.
3)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang diderita klien saat ini.
4)
Keadaan Kesehatan
Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih
5)
Riwayat Kesehatan
Lainnya
Alat bantu yang dipakai : ………………………………………………..
3.
OBSERVASI DAN
PEMERIKSAAN FISIK
1)
Keadaan Umum : baik
2)
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 90
X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/90 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
3)
Body Systems
(1)
Pernafasan (B 1 :
Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur,
tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat
keringat pada dahi, tidak terdengar suara nafas tambahan, dentuk dada
simetris.Hasil foto Thorax PA Cor/pulmo tidak ada kelainan.
(2)
Cardiovascular (B 2 :
Bleeding)
Nadi 90 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu
36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra
sistole/murmur tidak ada
(3)
Persyarafan (B 3 :
Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
Persepsi Sensori :
Pendengaran :
Penciuman :
Pengecapan :
Penglihatan :
Peradaan :
(4)
Perkemihan-Eliminasi Uri
(B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning
(5)
Pencernaan-Eliminasi
Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan
tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak
terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien buang air besar 1 X/hari.
(6)
Tulang-Otot-Integumen (B
6 : Bone)
Kemampuan
pergerakan sendi bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas :
Atas :
Bawah :
Tulang Belakang :
Warna kulit :
Akral :
Turgor :
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
(7)
Sistem Endokrin
Terapi hormon :
Karakteristik sex sekunder :
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
Hipoglikemia
Polidipsi
Poliphagi
Poliuri
Postural hipotensi
kelemahan
Pola aktivitas sehari-hari
(1)
Pola Persepsi Dan Tata
Laksana Hidup Sehatan
Pada pasien diabetik terjadi perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,
oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
(2)
Pola Nutrisi dan
Metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau
adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat
badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
(3)
Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan lancar, Jumlah urine 1200 cc/24
jam, warna urine kuning. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien
buang air besar 1 X/hari.
(4)
Pola tidur.dan Istirahat
Adanya poliuri dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita mengalami perubahan. Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun
malam hari. Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
(5)
Pola Aktivitas dan
latihan
Adanya diabetik dan Ca. nasofaring menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan. Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya
beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.
(6)
Pola Hubungan dan Peran
Ca nasofaring yang sukar sembuh menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
(7)
Pola Sensori dan
Kognitif
Pasien dengan diabetes cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan
mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.
(8)
Pola Persepsi Dan Konsep
Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
(9)
Pola Seksual dan
Reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama
dirawat di rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10)
Pola
mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan kemoterapi/sitostatika. karena
kurangnya pengetahuan.
(11)
Pola Tata Nilai dan
Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta ca nasofaring tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan
cuci rambut 1 X/minggu.
Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan
dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Kristen, ajaran
agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif
mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di sekitar rumah
tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
DIAGNOSTIC
TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 April 2002
-
Hb : 15,8 mg/dl (>13,4
mg/dl)
-
Leukosit : 11,3
-
Albumin : 4,1 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)
-
SGOT : 10,2 (
kurang 29 )U/L
-
SGPT : 13,5 U/L
-
Bilirubin Direk : 0,31 (< 0,25)
-
Bilirubin Total : 1,01 (< 1,00)
-
Alkali Phospatase : 148
-
Cholesterol Total : 148,8 (< 200)
-
Trigliserida : 81,4 (< 200)
-
HDL Cholesterol : 30 (> 35
-
LDL Cholesterol : 101 (< 130)
-
Ureum/BUN : 13,8 mg/dl (10 – 20)
-
Serum Creatinin : 1,16 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
-
Uric Acid : 4,1 (L : 3,4 – 7,0 P : 2,4 – 5,7)
-
Glukosa puasa : 300 mg/dl (< 126
mg/dl)
-
Glukosa 2 jam pp : 463 mg/dl (< 140
mg/dl)
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 April 2002
-
Gula darah acak : 178 mg/dl (< 140
mg/dl)
Hasil pemeriksaan Patologi tanggal 10 April 2002
Mikroskopik
-
Jaringan nasofaring
hiperplastik, tidak tampak tanda-tanda keganasan
-
Jaringan nasofaring dengan
infiltrat luas undiff. Epidermoid carcinoma, WHO type 3.
-
Kesimpulan : Nasofaring kiri,
biopsi undiff. Epidermoid carcinoma, WHO type 3.
Hasil pemeriksaan CT Scan tanggal 9 April 2002
Terliha gambaran massa daerah nasopharynx mengenai atap serta
dinding kanan kiri. Batas anterior mencapai cavum nasi bagian posterior. Sisi
kanan juga terlihat ada cairan dalam sinus maxillaris kanan suspect merupakan
perluasan tumor tersebut. Belum terlihat ada invasi tumor ke intracranial.
Perluasan ke lateral, kanan kiri sampai di musculus pterygoideus tetapi belum
mengadakan infiltrasi pada musculus tsb. Pada infiltrasi intracranial.
Kesimpulan : Gambaran tumor nasopharynx
Hasil pemeriksaan Radiologi tanggal 9 April 2002
Thorax PA
Cor / pulmo tidak ada kelainan.
TERAPI :
Tanggal 22 April
2002
-
Infus RL/D5%
-
Inj Actrapid 16 UI ¼ jam sebelummakan.
-
Copar 6 X 1 Tab/hari
-
Inj Xylo Della 2 : 2 Im
-
Inj Novoban 1 Amp
-
Inj Carbocin 450 mg dalam Inf
D5% 100 cc drip ® habis dalam 6 jam.
Tanggal 23 April
2002
-
Inj Curasil (5 FU) 1000mg dalam
100 cc D5% drip ® habis dalam 30 menit.
Tanggal 25 April
2002
-
Inj Bleocyn 30 mg dalam 100 cc
RL drip ® habis dalam 30 menit.
|
Tanda tangan mahasiswa
(
)
|
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO
|
D A T A
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
PARAF
|
|
Klien kurang
tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu dengan
kondisi ruang perawatan yang ramai.
|
Rasa nyeri
pada kepala.
|
Ganguan pola
tidur
|
|
|
O :
S :
Klien
mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
Klien
mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan kemoterapi/ sitostatika. karena
kurangnya pengetahuan.
|
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
|
Cemas
|
|
|
O :
S :
Klien
mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun
pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang dampak diabetuk dan diet.
|
Kurangnya
informasi.
|
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
|
|
|
O :
Klien
mengalami muntah 2 X
S :
Klien mengeluh
selalu mual dan selalu ingin muntah
|
Intake makanan
yang kurang.
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ganguan pola tidur berhubungan
dengan rasa nyeri pada kepala.
2.
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
3.
Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
PERENCANAAN INTERVENSI
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
|
Tujuan :
Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil
:
1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
|
1.
Ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang.
2.
Kaji tentang kebiasaan tidur
pasien di rumah.
3.
Kaji adanya faktor penyebab
gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana
ramai.
4.
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.
5.
Kaji tanda-tanda
kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur
pasien.
|
1.
Lingkungan yang nyaman dapat
membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.
Mengetahui perubahan dari
hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola
tidur pasien.
3.
Mengetahui faktor penyebab
gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.
Pengantar tidur akan
memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
5.
Untuk mengetahui terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat
|
2.
|
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
|
Tujuan : rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat
mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi
stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
|
1.
Kaji tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien.
2.
Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.
Gunakan komunikasi
terapeutik.
4.
Beri informasi yang akurat
tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
5.
Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.
Berikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7.
Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
|
1
Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi
yang cepat dan tepat.
2
Dapat meringankan beban
pikiran pasien.
3
Agar terbina rasa saling
percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
4
Informasi yang akurat tentang
penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran pasien.
5
Sikap positif dari
timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6
Pasien akan merasa lebih
tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7
Lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
|
3.
|
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan,
dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang
jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali
bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri
sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring.
2.
Kaji latar belakang
pendidikan pasien.
3.
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
4.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
5.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
|
1.
Untuk memberikan informasi
pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau
pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.
Agar perawat dapat memberikan
penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti
pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.
Agar informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.
Dengan penjelasdan yang ada
dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih
kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.
Gambar-gambar dapat membantu
mengingat penjelasan yang telah diberikan.
|
4.
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
|
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan
dan tinggi badan ideal.
2.
Pasien mematuhi dietnya.
3.
Kadar gula darah dalam batas normal.
4.
Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
|
1.
Kaji status nutrisi dan
kebiasaan makan.
2.
Anjurkan pasien untuk
mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3.
Timbang berat badan setiap
seminggu sekali.
4.
Identifikasi perubahan pola
makan.
5.
Kerja sama dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
|
1.
Untuk mengetahui tentang
keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang adekuat.
2.
Kepatuhan terhadap diet dapat
mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.
Mengetahui perkembangan berat
badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan
diet).
4.
Mengetahui apakah pasien
telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.
Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah
menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.
|
IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI (SOAP)
NO
DIAGNOSA
|
TANGGAL
|
J A M
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
|
EVALUASI (SOAP)
|
Tanda tangan
|
1. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan rasa nyeri pada kepala.
|
22 April 2002
|
08.00
08.10
08.20
08.30
08.40
|
1.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang.
2.
Kaji tentang kebiasaan tidur
pasien di rumah.
3.
Kaji adanya faktor penyebab
gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana
ramai.
4.
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.
5.
Kaji tanda-tanda
kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur
pasien.
|
S :
Pasien
mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
O :
1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi
dihentikan
|
|
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya.
|
23 April 2002
|
08.00
08.10
08.20
08.30
08.40
08.50
09.00
|
1.
Kaji tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien.
2.
Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.
Gunakan komunikasi terapeutik.
4.
Beri informasi yang akurat
tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
5.
Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.
Berikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7.
Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
|
S :
O :
1. Pasien dapat
mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi
stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
|
|
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
|
24 April 2002
|
08.00
08.10
08.20
08.30
08.40
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring.
2.
Kaji latar belakang
pendidikan pasien.
3.
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
4.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
5.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
|
S :
O :
1. Pasien
mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien
dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
|
|
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
|
25 April 2002
|
08.00
08.10
08.20
08.30
08.40
|
1.
Kaji status nutrisi dan
kebiasaan makan.
2.
Anjurkan pasien untuk
mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3.
Timbang berat badan setiap
seminggu sekali.
4.
Identifikasi perubahan pola
makan.
5.
Kerja sama dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
|
S :
O :
1.
Pasien mematuhi dietnya.
2.
Kadar gula darah dalam batas normal.
3.
Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon