Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kejadian abortus sulit diketahui karena
sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan. Keguguran
spontan diperkirakan sebesar 10% sampai 15%.
Dengan banyaknya kasus abortus
yang tidak dlaporkan, maka hal ini diperlukan kesadaran bagi petugas kesehatan
atau instalasi kesehatan untuk rutin melaporkan setiap ada kasus abortus.
Karena banyaknya penyebab abortus ini sehingga dengan adanya laporan yang rutin
setiap ada kasus maka penyebab abortus terbanyak akan dapat diketahui dan bila
mungkin dapat ditangani sehingga angka kejadian abortus dapat diturunkan.
Disamping itu kepada masyarakat
khususnya ibu-ibu yang mengalami abortus ini diharapkan melapor kepada petugas
kesehatan terdekat agar dapat diperiksa dan ditanganii sehingga tidak terjadi
komplikasi dari abortus. (Ida Bagus Gde, Manuaba, 1998)
1.2
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Diharapkan
mahasiswa mempunyai pengalaman nyata dan mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada gangguan reproduksi (abortus incompletus) dan dapat menambah pengetahuan
wawasan mahasiswa serta menambah informasi bagi pembaca.
b.Tujuan Khusus
Diharapkan
mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada kasus abortus incompletus
dengan menggunakan manajemen kebidanan varney :
a
Pengkajian
pada kasus abortus incompletus
b
Identifikasi
masalah pada kasus abortus incompletus
c
Antisipasi
masalah potensial potensial pada abortus incompletus
d
Identifikasi
kebutuhan segera pada abortus incompletus
e
Rencana
asuhan kebidanan disertai rasionalisasi
f
Intervensi
yang telah ditentukan sesuai kebutuhan klien
g
Evaluasi
keefektifan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan
1.3
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR
JUDUL
LEMBAR
PENGESAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I : PENDAHULUAN
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan
BAB II
: LANDASAN TEORI
Membahas tentang pengertian abortus, etiologi abortus, klasifikasi abortus,
klinis abortus, komplikasi abortus.
BAB
III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian data, identifikasi masalah/diagnosa, identifikasi
masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi/ rasional,
implementasi, dan evaluasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bab II
Tinjauan pustaka
2.1
Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
(Prawirihardjo Sarwono, 2001)
2.2
Etiologi
I.
Kelainan
Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka
48,9% disebabkan karena ovum yang patologis,
3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio, dan 9,6% disebabkan karena
plasenta yang abnormal.
Abortus spontan yang disebabka oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadi abortus maki besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan
ovum (50-80%).
II.
Kelainan
Genetalia Ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a
Anomalia
kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
b
Kelainan
letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksasa
c
Tidak
sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,
seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometitis, mioma submukosa
d
Uterus
terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mula)
e
Distorsio
uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
III.
Gangguan
Sirkulasi Plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
IV.
Penyakit-penyakit
Ibu
Misalnya pada :
a
Penyakit
infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis,
rubeola, demam malta, dan sebagainya
b
Keracunan
Pb. Nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain
c
Ibu
yang asfiksia, seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi
gravis
d
Malnutrisi,
avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, dan
E, diabetes mellitus
2.3
Klasifikasi Abortus
Abortus
dibagi 2 golongan :
a
Abortus
Spontan
Adalah
abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b
Abortus
Provokatus
Adalah
abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus
ini terbagi lagi menjadi :
1) Abortus medisintilis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
2) Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
berdasarkan indikasi medis.
2.4
Klinis Abortus Spontan
Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Adalah suatu hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga
rahim kosong.
Pada abortus kompelks perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh.
Penanganannya :
a
Apabila
kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3x1 tabel/hari untuk 3 hari
b
Apabila
pasien mengalami anemi sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama
2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran
segar, ikan, daging, telur). Untuk anemi berat berikan tranfusi darah
c
Apabila
tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika atau apabila
khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
(Prawirohardjo Sarwono, 2001)
Abortus Incompletus
(Keguguran Bersisa)
Adalah hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.
a
Gejala-gejalanya :
1)
Amenorrhoe, sakit perut dan
mulas-mulas
2)
Perdarahan
yang bisa sedikit atau banyak, biasanya berupa stolsel (darah beku)
3)
Sudah
ada keluar fetus atau jaringan
4)
Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi
b
Terapi
:
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode
digital dan kuretase. Setelah itu diberi obat-obat uterotanika dan antibiotika.
(Rustam Mochtar, 1998)
Abortus Insipiens (Keguguran Sedang Berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium terbuka dan ketuban
yang teraba. Kehamilan ini tidak dapat dipertahankan lagi
a
Tanda-tandanya
1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar
gumpalan darah
2) Nyeri karena kontraksi rahim kuat
3) Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
b
Penanganan
1) Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dilakukan dengan
peralatan aspirasi vakum manual (AVM setelah bagian-bagian janin dikeluarkan
2) Bila usia lebih dari 16 minggu, evakuasi
dilakukan dengan prosdur dilatasi dan koretasi
3) Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera
dilaksanakan atau usia kehamilan lebih besar dari 16 minggu, lakukan
pendahuluan dengan :
a) Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS
atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit
sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran konsepsi
b) Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15
menit kemudian
c) Misoprostal 400 mg per oral dan apabila
masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis
awal
d) Hasil konsepsi yang tersisa dalam vakum
uteri dapat dikeluarkan dengan avra atau dilatasi dan koretasi
(Prawirohardjo Sarwono, 2001)
Abortus Iminens (Keguguran Membakat)
Adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika
serta istirahat.
Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan
apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
(Rustam Mochtar, 1998)
a
Penanganannya
1) Tidak diperlukan pengobatan medik yang
khusus atau tirah baring secara total
2) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual
3) Bila perdarahan :
a) Berhenti : lakukan asuhan antenatal
terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
b) Terus berlangsng : nilai kondisi janin
(uji kehamilan/USG)
c) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana
terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil
pemeriksaan ginekologik
Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini :
-
Bisa
keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fletus mati
-
Bisa
diresurbsi kembali sehingga hilang
-
Bisa
terjadi mengering dan menipis disebut fetus papyraceus
-
Bisa
jadi mola karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenarasi dan air ketubannnya diresurbsi
a
Gejala
Aemnorrhoe perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya,
serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan malah rendah.
Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang diiringi
dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus
mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
b
Terapi
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretasi.
c
Penanganannya
Missed abortion seharusnya ditangani dirumah sakit dengan pertimbangan :
1) Plasenta dapat melekat dengan erat di
dinding rahim, sehingga resiko perforasi lebih tinggi
2) Pada umumnya kanalis serviks dalam keadaan
tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminario selama 12 jam
3) Tingginya kejadian komplikasi
hipofibrigonemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah
Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)
Adalah keadaan dimana penderita mengalami kegugruan berturut-turut 3 kali
atau lebih.
Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka
optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau
abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke-4 berjalan normal
hanya sekitar 16%.
Abortus Infksiosus dan Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus
septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus incompletus atau abortus buatan,
tertuama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan
antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
a
Penangannya
:
1) Bila perdarahan banyak, berikan tranfusi
darah dan cairan yang cukup
2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat
(buat pemeriksaan pemberian dan uji kepekaan obat) :
a) Berikan suntikan perusikin 1 juta satuan
tiap 6 jam
b) Berikan suntikan streptomisin 500 mg
setiap 12 jam
3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan
antibiotika atau lebih cepat dan karetase untuk mengeluarkan hasil kosepsi
4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan
menurut kebutuhan dan kemajuan penderita
5) Pada abortus septik terapi sama saja,
hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat
sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman
6) Tindakan operatif, melihat jenis
komplikasi dan banyaknya perdarahan : dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas
mereda
2.5
Komplikasi Abortus
§ Perdarahan
§ Perforasi : sering terjadi sewaktu
dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan
dan dukun
§ Infeksi dan tetanus
§ Payah ginjal akut
§ Syok pada abortus dapat disebabkan oleh :
a
Perdarahan
yang banyak disebut syok hemoragik
b
Infeksi
berat atau sipsis disebut syok soptik atau endoseptik
bab III
tinjauan kasus
3.1 PENGKAJIAN DATA
Tanggal 18-07-2008 Jam 09.30 WIB
I.
Data Subyektif
a
Identitas
Nama : Ny. “Y” Nama
suami : Tn. “T”
Umur :
33 tahun Umur : 40 Tahun
Bangsa/suku :
WNI / jawa Bangsa/suku : WNI / jawa
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan :
SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Jl. Sedayu
Gg VI/30 Surabaya
Telp :
031-60451108
b
Alasan Kunjungan saat ini/keluhan utama
Ibu mengatakan mengeluarkan darah pervaginam dan
perutnya terasa mules, mengeluarkan darah warnanya merah segar jam 08.00 WIB.
c
Riwayat Kesehatan
1)
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang di derita.
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti
TBC dan campak. Penyakit menurun seperti DM dan HT ataupun menahun seperti
asma, HT dan jantung.
2)
Riwayat penyakit keluarga.
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki penyakit
menular seperti TBC dan campak, penyakit menurun seperti DM dan HT ataupun
penyakit menahun seperti asma, HT, dan jantung dan juga tidak ada keturunan
kembar.
d
Riwayat Menstruasi
Siklus :
30 hari Menarche : 14 tahun
Lama :
7-10 hari HPHT :
15-05-2008
Warna :
merah kecoklatan TP :
22-02-2009
Dismenorhea :
ya Fluor
albus : tidak
Bau :
anyir
e
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas
yang lalu
Anak ke
|
Hamil
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
Kb
Jns
|
|||||||
Usia
|
Jenis
|
Pnolng
|
Tmpt
|
Pnyult
|
Bbl
|
Seks
|
Hidup
|
Umur
|
Asi
|
Penyulit
|
||
1
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
f
Riwayat Kehamilan sekarang
1) Ibu mengatakan ini hamil yang kedua dengan
usia kehamilan 8-9 minggu.
2) Ibu mengatakan telah memeriksakan
kehamilannya di RS. Muhammadiyah Surabaya 1 kali.
3) Ibu mengatakan sudah mendapatkan TT CPW 2x
4) Ibu belum merasakan pergerakan janinnya.
5) Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah
mengkonsumsi jamu.
6)
HPHT: 15-05-2008
h
Pola kehidupan sehari-hari
1.
Pola nutrisi
dan cairan
Ibu mengatakan baik
sebelum ataupun saat hamil makan 2-3 x/hari dengan nasi, lauk pauk (ikan laut,
tahu, tempe, daging, dll), sayur (kacang-kacangan, wortel, kentang, kangkung,
bayam, dll), minum air putih ± 8-9 gelas/hari.
2.
Pola
eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK ± 4-5 x/hari, BAB ± 1 x/hari kadang-kadang 2
x/hari.
Saat hamil : Ibu mengatakan BAK lebih sering ± 5-6
x/hari, BAB kadang- -kadang 2 x/hari, tidak rutin setiap hari.
3.
Pola
aktivitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan
bekerja dan tetap melakukan aktivitas rumah tangga seperti nyapu, masak, nyuci
dan jarang olahraga.
Saat hamil : Ibu mengatakan
tetap melakukan aktivitas rumah tangga biasa, dan sering jalan-jalan pagi.
4.
Pola
istirahat/ tidur
Sebelum hamil : Ibu mengatakan
tidur malam ± 6-7 jam, tidur siang ± 1 jam.
Saat hamil : Ibu mengatakan
saat hamil ini susah tidur karena kurang nyaman.
5.
Pola seksual/
reproduksi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan
hubungan seksual ± 3-4 x/minggu.
Saat hamil : Ibu mengatakan
tidak pernah melakukan hubungan seksual selama kehamilan ini.
6.
Pola
spiritual dan kepercayaan
Ibu mengatakan
sebelum ataupun saat hamil tetap mengerjakan shalat 5 waktu dan berdoa sesuai
dengan agamanya.
7.
Pola hubungan
peran/ sosial
Ibu mengatakan
sebelum ataupun saat hamil hubungan dengan suami, keluarga, tetangga dan
teman-teman tetap harmonis.
8.
Pola sosial
dan budaya
Selama hamil
tidak ada pantangan makan atau minum tertentu dan tidak pernah minum
jamu-jamuan.
II.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Umum
1)
KU : Baik, wajah ibu tampak pucat.
2)
Kesadaran : Composmentis
3)
Tanda-tanda vital
a)
Tensi : 110/70 mmHg
b)
Suhu : 36 0C
c)
Nadi : 80 x/menit
d)
RR : 18 x/menit
e)
Lila : 25 cm
f)
TB/BB : 151 cm/ 47 kg
b
Pemeriksaan Fisik
1)
Inspeksi
Kepala : tidak ada
benjolan, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Muka : tidak anemis,
tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum, sedikit pucat.
Mata : simetris,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Hidung : simetris, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Mulut dan gigi : simetris, bibir agak kering, mukosa mulut
lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, jumlah gigi lengkap, tidak
terdapat gigi palsu.
Telinga : simetris, tidak ada sekret
Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : tidak ada retraksi intercostae.
Payudara :
simetris, bersih, membesar, puting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola
mamae, tidak keluar colostrum.
Perut :
terdapat strie livide, terdapat linea nigra, tidak ada bekas operasi.
Genitalia :
tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada tumor, tidak ada condiloma, tidak
ada bartholinitis.
Anus :
bersih, tidak ada haemorhoid.
Ekstremitas atas :
simetris, tidak oedema, tidak ada varices.
Ekstremitas bawah :
simetris, tidak ada oedema, tidak ada varices.
2) Palpasi
Leopold I : 3 jari di atas sympisis
Leopold II : Ballotement (+)
Leopold III :
Belum teraba
Leopold IV : Belum
teraba
3) Auskultasi
DJJ :
Belum terdengar
4) Perkusi
Reflek patella : +/+
Uji
Diagnostik
·
Darah
Hb : Belum dilakukan
Hbs
Ag : Tidak dilakukan
·
Urine
- Albumin : Tidak dilakukan
- Reduksi : Tidak dilakukan
3.2
Identifikasi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan
Tanggal 18-07-2008
Jam 10.00 WIB
Dx : Ny. ”Y” GII P00010,
UK 8-9 minggu dengan abortus incomplet
DS : Ibu
mengatakan mengeluarkan darah pervaginam dan perutnya terasa mules,
mengeluarkan darah warnanya merah segar sejak jam 08.00 WIB.
DO : Hasil pemeriksaan :
TFU : 3 jari di atas syimpisis
Ball
: (+)
DJJ
: belum terdengar
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36 ºC
Lila
: 25 cm
TB
: 151 cm
BB :
sebelum hamil 47 kg
selama hamil 45 kg
UK : 8-9 minggu
HPHT : 15-05-2008
TP : 22-02-2009
Hasil
VT
- Fluxus
positif (+), perdarahan + 200 cc
(1 kotek penuh)
- Vulva
dan vagina tidak ada kelainan
- Pembukaan
: Æ 1cm
- Portio
: terbuka, jaringan (+)
Masalah : ibu
merasa gelisah karena darah menggupal yang keluar dari kemaluannya.
Kebutuhan : pemenuhan nutrisi dan cairan dan
pendampingan pada ibu
3.3
Antisipasi Masalah Potensial
Potensial terjadinya anemi dan infeksi
3.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dr. SpOG (dr. Soraya) untuk
pelaksanaan curretage
3.5 Intervensi/ Rasional
Tanggal 18-07-2008
Jam 10.00 WIB
Dx : Ny. ”Y” GII P00010,
UK 8-9 minggu dengan abortus incomplet
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan + 24 jam diharapkan perdarahan berhenti dan
ibu tidak gelisah.
Intervensi
- Lakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi therapeutik.
R/ melakukan pendekatan dengan komunikasi
therapeutik akan menumbuhkan rasa percaya pasien kepada petugas dan pasien
dapat lebih kooperatif sehingga mudah dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan.
- Jelaskan tentang abortus incompletus
R/ untuk
mengetahui pengartian abortus
- Jelaskan tindakan yang akan dilakukan yaitu curretage
R/ agar ibu mengerti dan paham akan
tindakan yang dilakukan dan diharapkan ibu dapat kooperatif
dengan petugas.
- Siapkan alat yang diperlukan dalam tindakan curretage
R/ untuk
mempermudah dalam tindakan curretage dan merupakan prosedur dalam tindakan
tersebut
- Lakukankan kolaborasi dengan dr SpOG untuk melaksanakan curretage
R/ untuk mengeluarkan sisa jaringan yang
terdapat dalam uterus.
- Lakukan curretage pada ibu
R/ untuk mengeluarkan jaringan (janin)
- Jelaskan pada ibu apa yang harus dilakukan setelah menjalani curretage
R/ untuk menambah pengetahuan ibu
3.6 Implementasi
Tanggal 18-07-2008
Dx : Ny. ”Y” GII P00010,
UK 8-9 minggu dengan abortus incomplet
- Jam 11.00 WIB Melakukan pendekatan melalui komunikasi therapeutik
- Memberi salam dan memanggil nama ibu dengan ramah
- Mendengarkan keluhan ibu
- Menunjukkan rasa ingin membantu
2.
Jam 11.30 WIB Menjelaskan tentang pengrtian abortus incompletus. Abortus
incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal didalam uterus
3.
Jam 12.00 WIB Menjelaskan mengenai tindakan
yang akan dilakukan denagan
pada ibu dan keluarganya yaitu : Curretage untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan yang tertinggal dalam uterus dengan persiapan ibu harus dipuasakan.
4.
Jam 12.30 WIB Menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam tindakan curretage
5.
Jam 13.00 WIB Melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG
(dr. Soraya) bahwa pasien sudah siap dilakukan curretage.
6.
Jam 14.00 WIB Melakukan curretage pada ibu untuk mengeluarkan
jaringannya (janin) oleh dr. Soraya
7.
Jam 15.00 WIB Menjelaskan pada ibu apa yang harus dilakukan setelah tindakan
curretage yaitu
- Minum obat yang diberikan secara teratur
- Pasien disuruh kontrol 1 minggu untuk
melihat perdarahan dan apakah terjadi kelainan post curratage
- Menganjurkan pada ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama empat minggu untuk mengembalikan keadaan
uterus
3.7
Evaluasi
Tanggal 18-07-2008 Jam
16.00 WIB
Dx : Ny. ”Y” GII P00010,
UK 8-9 minggu dengan abortus incomplet
S : Ibu
mengatakan masih mengeluarkan darah dari jalan lahir.
O : hasil
pemeriksaan =
Keadaan umum ibu lemah
Sudah dilakukan curretage pada
jam 14.00 WIB, jaringan (janin) sudah dikeluarkan
TTV =
TD :
110/80 mmHg
S :
36,5 oC
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
A : Ny. ”Y” P00020, UK 8-9 minggu dengan
abortus incomplet masalah sebagian teratasi
P :
- Lakukan
observasi TTV
- Lanjutkan
terapi dokter
- Anjurkan
pasien beristirahat yang cukup
-
Berikan cairan dan nutrisi pada ibu
Daftar pustaka
Manuaba, Ida
Bagus Gde. 1998. ”Ilmu Kebidanan Penyalat Kandungan dan Keluarga Berencana”. Jakarta:
EGC.
Mochtar,
Rustam. 1998. ”Sinopsis Obstetri”. Jakarta: EGC.
Offset,
Elstar. 1984. ”Obstetri Patologi”. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2001. ”Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”.
Jakarta: YBP-SP.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2002. ”Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”.
Jakarta: YBP-SP.
ConversionConversion EmoticonEmoticon