MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
“ENDOMETRIOSIS”
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Ø Herlina Wagia (09.630.040)
Ø Lilis Nurul Husna (2010.0661.074)
Ø Mukmidatul Maulidiyah (2010.0661.078)
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “ENDOMETRIOSIS”
dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologi, dengan dosen
pembimbing RACHMAWATI IKA S S.ST M.Kes , selain itu juga diharapkan bisa
memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa hkususnya mahasiswa DIII
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, dorongan, ilmu, serta
saran-saran kepada kami.
Namun demikian penulis sangat menyadari bahwa
makalah ini banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga diperlukan adanya
masukan demi kesempurnaanya dari para pembaca dengan kritik dan saran untuk
memperbaikinya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya
dan semoga memahaminya.
Surabaya,
04 Mei 2012
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup
lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil
menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas
di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas
pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%,
gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui
sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan
disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses
ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan
diagnosa endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun
tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut.
Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti
belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.
Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan
endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang
belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan
pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.
Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah
ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena
itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause
perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir
ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat
ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada
orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal
dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa
endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur
muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara
siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting
di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada
infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada
infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%,
sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan
angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi
pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil.
Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita
infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh
laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase
kasus endometriosis pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih
dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud
dengan Endometriosis ?
1.2.2
Apa penyebab dari
Endometriosis ?
1.2.3
Apa tanda gejala dari
Endometriosis ?
1.2.4
Bagaimanakah cara
penanganan Endometriosis ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
pengertian dari Endometriosis
1.3.2
Untuk mengetahui
penyebab endometriosis
1.3.3
Untuk mengetahui tanda
gejala dari Endometriosis
1.3.4
Untuk mengetahui
penanganan Endometriosis
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
·
Endometriosis merupakan suatu
kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium
di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii,
ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan
pelvis.
( Scott,
R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
·
Endometriosis adalah suatu
penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim,
padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan
rahim.
·
Endometriosis dicerminkan oleh
keberadaan dan pertummbuhan jaringan endometrium diluar uterus.
( Irene
M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta)
·
Endometriosis adalah suatu
keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat berfungsi terdapat diluar
kavum uteri.
( Sarwono
Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta)
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume
tiga dimensi dari endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan
kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan
perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya
berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal
(stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III)
dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
Tabel 1. Derajat
endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS
|
Endometriosis
|
<1cm
|
1-3 cm
|
>1cm
|
|
Peritoneum
|
Permukaan
|
1
|
2
|
4
|
|
Dalam
|
2
|
4
|
6
|
||
Ovarium
|
Kanan
|
Permukaan
|
1
|
2
|
4
|
Dalam
|
4
|
16
|
20
|
||
Kiri
|
Permukaan
|
1
|
2
|
4
|
|
Dalam
|
4
|
16
|
20
|
||
|
Perlekatan kavum douglas
|
Sebagian
|
Komplit
|
||
|
4
|
40
|
|||
Ovarium
|
Perlekatan
|
<1/3
|
1/3-2/3
|
>2/3
|
|
Kanan
|
Tipis
|
1
|
2
|
4
|
|
Tebal
|
4
|
8
|
16
|
||
Kiri
|
Tipis
|
1
|
2
|
4
|
|
Tebal
|
4
|
8
|
16
|
||
Tuba
|
Kanan
|
Tipis
|
1
|
2
|
4
|
Tebal
|
4
|
8
|
16
|
||
Kiri
|
Tipis
|
1
|
2
|
4
|
|
Tebal
|
4
|
8
|
16
|
2.3 Penyebab
Ada
beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
·
Wanita usia produktif ( 15 – 44
tahun )
·
Wanita yang memiliki siklus
menstruasi yang pendek (<27 hari)
·
Menstruasi yang lama (>7 hari)
·
Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
·
Keturunan : memiliki ibu yang menderita
penyakit yang sama.
·
Memiliki saudara kembar yang
menderita endometriosis
·
Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus
selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan
organ-organ lain.
( Irene
M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta)
Penyebabnya tidak diketahui,
tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
- Teori
menstruasi retrograd (menstruasi
yang bergerak mundur)
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut. - Teori
sistem kekebalan
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim. - Teori
genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.
2.4 Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh
seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan
faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat
memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki
kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin,
maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini
juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi
nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan
pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada
daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba
fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan
adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk
membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis.
(Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
2.5 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
·
Dismenore sekunder
·
Dismenore primer yang buruk
·
Dispareunia
·
Nyeri ovulasi
·
Nyeri pelvis terasa berat dan
nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.
·
Nyeri akibat latihan fisik atau
selama dan setelah hubungan seksual
·
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam
oleh dokter
2. Perdarahan
abnormal
·
Hipermenorea
·
Menoragia
·
Spotting sebelum menstruasi
·
Darah menstruasi yang bewarna
gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan
buang air besar dan buang air kecil
·
Nyeri sebelum, pada saat dan
sesudah buang air besar
·
Darah pada feces
·
Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)
2.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis,
antara lain:
1. Uji
serum
·
CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas
berkurang
·
Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis
yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
·
Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas
berkurang
2. Teknik
pencitraan
·
Ultrasound
Dapat membantu dalam
mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
·
MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
·
Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
2.7 Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri
atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
o
Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan
adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala
endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah sesudah kehamilan
karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu
hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan
hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik
terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau
melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan
mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
o
Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan
ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan
kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu
bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala
endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang
lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi
pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak
terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil
sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus
dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya dan jika perlu mengubah
sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif
berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
o
Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa
digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat
|
Efek samping
|
Pil KB kombinasi estrogen-progestin
|
Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan
nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2
siklus menstruasi, trombosis vena dalam
|
Progestin
|
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi,
perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrofika
|
Danazole
|
Penambahan berat badan, suara lebih berat,
pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan
kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan
suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
|
Agonis GnRH
|
Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang,
perubahan suasana hati
|
o
Pembedahan
Ada 2
macan yaitu :
1.
Konservatif
§ Laparatomi
§ laparaskopi
2.
Radikal
Laparoskopi
mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi, yakni :
3.
Lama tinggal dirumah sakit lebih
pendek yaitu sekitar 2 hari, jika
dilaparotomi sekitar 5 hari.
4.
Kembalinya aktivitas kerja lebih
cepat, Normalnya penderita dapat kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika
dilaparotomi 4-6 minggu.
5.
Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita
dengan endometriosis yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita
penyakit yang luas disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah
histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua
sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari
40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah
jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala pramenopause dan menopause dan
juga mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.
o
Radiasi
Pengobatan
ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Endometriosis
merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan
jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori
menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori
sistem kekebalan
3. Teori
genetik
Tanda dan
gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan
buang air besar dan buang air kecil
Penanganan
endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi
LAMPIRAN
ASUHAN
KEBIDANAN
Nama : Ny N Nama : Tn P
Umur : 20 Tahun Umur : 25 Tahun
Alamat : Jl. Bimoli No 22 Alamat : jl. Bimoli No 22
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Data Subyektif :
Ny
N datang ke bidan H pada tanggal 04-05-2012 jam 08.00 wib, pasien mengeluh nyeri
saat berhubungan seksual.
pasien mengatakan 1 bulan terjadi 2x menstruasi dan lama
menstruasi lebih dari 7 hari.menarch 10 tahun. belum memiliki momongan
lama pernikahan 6 bulan, pasien mengatakan ibunya
menderita endometriosis.
Data Obyektif :
Keadaan
umum : baik
Status
emosional : stabil
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
:
TD : 90/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
S : 36.6 °C
Pemeriksaan
fisik :
§ Kepala : Simetris, bersih, tidak
ada luka, tidak benjolan
§ Rambut : Bersih, tidak ada ketombe,
tidak mudah rontok
§ Muka : tidak pucat
§ Mata : Simetris, konjungtiva pucat,
sklera putih
§ Hidung : Bersih, tidak ada sekret,
tidak ada polip
§ Mulut/bibir : kering, tidak
ada stomatitis, lidah bersih
§ Telinga : Simetris, tidak ada
serumen
§ Leher : Tidak pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
§ Aksila : Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
§ Dada : Pernafasan teratur,
tidak ada bunyi mengi, tidak adaretraksi dinding dada.
§ Abdomen : Tidak ada
luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar, ada nyeritekan pada bagian adnexa dan terdapat
masa keras terfiksasi.
§ Genetalia : Tidak
oedam, tidak ada varises, terdapat spotting
§ Anus : Tidak ada hemoroid
§ Ekstremitas
atas : teraba dingin, agak pucat,
tidak oedem, turgor kulit kurang,
Ekstremitas bawah : teraba
dingin, agak pucat, tidak varises, tidakoedem, turgor kurang
Analisa :
o Diagnosa
Ny
“N” 20 Tahun = > Nyeri berhubungan dengan Endometriosis
o Masalah
Gangguan
rasa nyaman
o Diagnosa
Potensial :
Terjadi
infertilitas
Infeksi
Abdomen
o Kolaborasi/
Rujukan :
Untuk
pemberian terapi obat dan penanganan selanjutnya dirujuk ke dr Sp.Og
Penatalaksanaan :
1.
Memberitahu hasil
pemeriksaan
TD : 90/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
S : 36.6 °C
E/
ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh bidan.
2.
Memberitahu ibu bahwa nyeri yang
dirasakan ibu pada perut bagian bawah karena terdapat benjolan yang terpengaruh oleh hormone dalam tubuh ibu.
E/ ibu
mengerti dan memahami penjelasan bidan
3.
Memberikan
ibu rasa nyaman dengan menganjurkan ibu untuk bedreast dan memberikan kompres
hangat pada perut bagian bawah untuk mengurangi rasa nyeri
4.
Menganjurkan ibu memperbanyak
minum 2 liter perhari atau lebih
E/ ibu mengerti
5.
Memberikan terapi
Asam
Mefenamat 500 gram 3x1
E/ ibu
mengerti
6.
Menganjurkan ibu untuk melakukan
USG untuk menegakkan diagnosa pasti
E/ ibu
mengerti
Evaluasi
S :
ibu mengatakan nyeri saat berhubungan
seksual. pasien mengatakan 1
bulan terjadi 2x menstruasi dan lama menstruasi lebih dari 7 hari.menarch 10 tahun. belum memiliki momongan
lama pernikahan 6 bulan, pasien mengatakan ibunya
menderita endometriosis.
O :
Ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan, dan bersedia melakukan apa yang
disarankan.
A : Ny
“N” 20 Tahun = > Nyeri berhubungan dengan Endometriosis
P :
1. Memberitahu
hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu memperbanyak
minum 2 liter perhari atau lebih
3. Memberikan terapi Asam Mefenamat 500 gram 3x1
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan
USG untuk menegakkan diagnosa pasti
DAFTAR PUSTAKA
Ø Sarwono
Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan,
Bina Pustaka : Jakarta
Ø Irene M.
Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas.
EGC: Jakarta
ConversionConversion EmoticonEmoticon