Asuhan Kebidanan pada Radang Genetalia Interna
Tanda Gejala dan Penanganan Parametritis
Penyusun :
Kelompok 11
Masriatul Maslamah (2010.0661.076)
Nevi Vilanti (2010.0661.082)
Sri Wahyuni (2010.0661.102)
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011-2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan makalah Askeb 4 “paatologi” untuk memenuhi tugas
yang telah di berikan oleh, Ibu Rahmawati Ika S, S.ST M.Kes tentang
“Asuhan Kebidanan pada Radang Genetalia Interna, Tanda Gejala dan
Penanganan Parametritis”
Kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan
dapat
memahami serta mendapat pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana isi yang ada
dalam makalah ini, sehingga dapat diaplikasikan
untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang kebidanan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan, maka kami
menerima berbagai kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini di waktu
mendatang. Dan mohon maaf jika sekiranya masih terdapat kesalahan dalam
penulisan. Atas perhatian
dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Surabaya, 04 Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………… 1
KATA PENGANTAR ................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 4
1.1 Latar Belakang.............................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah............................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN............................................................. 6
2.1 Definisi ........................................................................ 6
2.2 Etiologi......................................................................... 7
2.3 Patofisiologi.................................................................. 7
2.4 Tanda dan Gejala
……………………………………. 7
2.5 Diagnosis ……………………………………………. 8
2.6 Prognosis …………………………………………....... 8
2.7 Penatalaksanaan…………………………………….... 9
BAB III PENUTUP..
…………………………………………… 11
3.1 Kesimpulan
.................................................................. 11
3.2
Saran ………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 12
CONTOH KASUS……………………………………………... 13
SOAL-SOAL………………………………………………….... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Parametritis adalah infeksi jaringan
pelvis yang dapat terjadi di beberapa
jalan :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan
suhu yang meninggi. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa
nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut
dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses
peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah
jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang
mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
Dalam ⅔ kasus tidak terjadi
pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah
uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang
kaku. Jika terjadi abses selalu mencari jalan ke rongga perut yuang menyebabkan
peritonitis, ke rectum atau ke kandung kencing.
Dengan demikian kami bermaksud untuk membahas tentang infeksi parametritis,
agar dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan mampu memberikan konstribusi
dalam penanganan serta perawatan parametritis.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
definisi dari parametritis?
1.2.2
Apa
etiologi dari parametritis?
1.2.3
Apa patofisiologi dari parametritis?
1.2.4
Apa
tanda dan gejala dari parametritis?
1.2.5
Apa
diagnosis dari parametritis ?
1.2.6
Apa
prognosis dari parametritis ?
1.2.7
Apa
penatalaksanaan dari parametritis?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui dan memahami definisi dari
parametritis
1.3.2
Untuk
mengetahui dan memahami etiologi dari
parametritis
1.3.3
Untuk
mengetahui dan memahami patofisiologi
dari parametritis
1.3.4
Untuk
mengetahui dan memahami tanda dan gejala
dari parametritis
1.3.5
Untuk
mengetahui dan memahami diagnosis dari
parametritis
1.3.6
Untuk
mengetahui dan memahami prognosis dari
parametritis
1.3.7
Untuk
mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari
parametritis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi beberapa jalan:
Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu:
1.
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang
terinfeksi atau dari endometritis
2. Penyebaran
langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum
3. Penenyebaran
sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas
pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan.
Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas
ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi
bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses. Apabila
terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan
keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal, melalui
foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya. Parametritis dapat
juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis.
Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan yang
mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi
ini dapat terjadi hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat juga bersifat luas
misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul dan
dinding perut depan di atas lig. Inguinale.
Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan di
belakang cervix. Eksudat ini
lambat laun direasorpsi atau
menjadi abses. Abses dapat memecah di daerah lipat paha di atas lig. Inguinale
atau ke dalam cavum douglas. Parametritis
biasanya unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih
sering terdapat pada primipara daripada multipara.
2.2 Etiologi
Parametritis
dapat terjadi:
1)
Dari
endometritis dengan 3 cara :
1. Per
continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
2. Lymphogen.
3. Haematogen :
phlebitis → periphlebitis → parametritis
2)
Dari robekan
serviks
3)
Perforasi
uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
2.3 Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke
miometrium → Miometritis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
Terjadi reaksi :
1.
Kalor
2.
Dolor
3.
Nyeri hebat
4.
Nafsu makan berkurang
5.
Asam lambung meningkat
6.
Reaksi mual
7.
Vasodilatasi
8.
syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
2.4
Tanda dan gejala
1.
Suhu tinggi dengan demam tinggi
Parametritis
ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi
menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan ada nyeri
sebelah atau kedua belah di perut bagian bawah, sering memancar pada kaki.
Pada
perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
2.
Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
3.
Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum,
seperti muntah
2.5 Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan
dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum.
Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya
sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat,
keluhannya juga lebih banyak.
2.6 Prognosis
Yang paling
dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi ; jika nadi tetap di bawah
100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di atas 130, apalagi kalau tidak
ikut turun dengan turunnya suhu prognosanya kurang baik.
Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam yang
remittens. Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus, merupakan
tanda-tanda yang kurang baik.Kadar Hb yang rendah dan jumlah leucocyt yang
rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosa. Menurut
derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas
tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis
dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang
sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
2.7
Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting,
karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil
tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.
Selama
persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman
dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya
perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan
mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus
suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan
menurut keperluan.
Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada
hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki
kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan
dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
2) Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan
perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan
memberika antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan
penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti
ampicillin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan
dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah
dilakukan.
Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri
dan penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat.
Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan
penderita sering kali hilang atau sangat berkurang. Pada sellulitis
pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi
abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar
tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan
pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan
ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada
fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici ialah di atas lipat paha atau
pada cavum douglas.
3. Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa
jalan. Secara rinci
penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu: Penyebaran melalui
limfe, Penyebaran
langsung dari luka serviks, Penenyebaran
sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggalterbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada
dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa
iliaka.
Patofisiologinya :
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke
miometrium → Miometritis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
Tanda dan gejala sebagai
berikut :Suhu tinggi dengan demam tinggi, Penderita
tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri, dan Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
3.2 Saran
3.2.1
Dengan adanya makalah ini kami berharap
dapat di pergunakan dengan baik
3.2.2
Apabila ada kesalahan dari penulisan
kami, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Prof. Dr. Rustam, Sinopsis Obstetri, ECG,
Jakarta, 1989.
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi III,
Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.
Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. Obstetri
Patologi, Elstar Offset, Bandung, 1982.
ASUHAN KEBIDANAN
pada Ny. “N” dengan PARAMETRITIS
PENGKAJIAN
Tanggal :03 Mei 2012
Tanggal :03 Mei 2012
Waktu :16.00
WIB
Tempat : BPS Ny. Eka , desa Ketambul Rt 03/01 , Gresik
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama ibu :
Ny. R Nama
suami : Tn. T
Umur : 26 th Umur
:
30 tahun
Suku Bangsa :
Jawa/Indonesia Suku
Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan
: - Penghasilan : 2jt/bln
Alamat : Ketambul 03/01Gresik Alamat :
Ketambul03/01Gresik
No.telp
: 085723456789 No.
telp : 085723456788
2.
KELUHAN UTAMA
Klien
mengatakan badan klien panas mulai 6 hari yang lalu setelah 2 hari melahirkan
anak pertamanya, nyeri perut bagian bawah sebelah kanan.
3.
RIWAYAT
KEBIDANAN
a.
Kunjungan : ulang ke 2
b. Riwayat
menstruasi
- Menarche
: 13 tahun
- Siklus menstruasi : 28
hari
- Lama mentruasi
: 7 hari
-
Sifat darah :
menggumpal
-
Warna :
merah kehitaman
- Bau : anyir
-
Disminorhoe : ya
-
Lama : 2
hari
-
Flour Albus : ya
-
Kapan :
sesudah haid
-
Lama : 2
hari
- Bau : tidak
berbau
-
Warna :
putih
- Jumlah
: 3x ganti
pembalut selama sehari
- Keluhan saat menstruasi : -
4.
RIWAYAT OBSTETRI YANG LALU
1. Suami ke :
1
2. Hamil ke :
1
UK : 9 bulan
Penyulit
: -
Jenis : spt B
Penolong : bidan
Tempat : BPS
Penyakit : -
Jenis
kelamin : laki-laki
PB/BB : 3000 gram
Hidup/Mati : hidup
Usia : 5 tahun
Keadaan : baik
Laktasi : ya
5. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat
penyakit yang pernah/diderita
Klien
mengatakan badannya panas disertai, menggigil mulai 6 hari yang lalu dan nyeri
pada perut bagian bawah sebelah kanan kepala
pusing.
2) Riwayat
penyakit keluarga
Klien
mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang mempunyai Riwayat penyakit
menular seperti Hepatitis, TBC. Dan menurun seperti DM, hipertensi, dll.
3) Perilaku
kesehatan
Klien
mengatakan bahwa sudah 2x melakukan pemeriksaan ke bidan dan tetapi keluhan
klien tidak berkurang.
4) Riwayat
psikologis
Klien mengatakan bahwa hubungan
dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
5) Riwayat
latar belakang sosial budaya
Klien
berasal dari Jawa dan masih melakukan kegiatan adat Jawa yang dilakukan saat
nifas yaitu pantangan makan/tarak, minum jamu dan tidak boleh keluar rumah
sampai 40 hari.
6. POLA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit : makan 3x/hari porsi cukup menu nasi, lauk (tahu+tempe)
Selama sakit : makan 3x/hari
porsi cukup menu nasi, lauk (tahu+tempe)
b. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x/2 hari
(konsistensi lunak, bau khas)
BAK 3x/hari (warna kuning, bau
khas)
Selama sakit : BAB 1x/3 hari
(konsistensi lunak, bau khas)
BAK 3c/hari (warna kuning)
c. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan melakukan kegiatan rumah tidak seperti
pada saat hamil, sekarang klien hanya sebatas menyapu dan mencuci baju.
Selama sakit : Klien tidak melakukan kegiatan apa-apa hanya sekedar merawat
bayi.
d. Pola perawatan diri
Sebelum sakit : mandi 2x/hari, mengganti pembalut 2x/hari ganti pakaian
3x/hari, keramas 1x/hari, gosok gigi 2x/hari
Selama sakit : mandi hanya
sekedar diseka, mengganti pembalut 2x/hari, ganti pakaian 3x/hari, keramas -,
gosok gigi 2x/hari
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : siang 1 jam
(13.00 – 14.00 WIB)
malam 6 jam (22.00 – 04.00 WIB)
Selama sakit : siang 30 menit
(13.00 – 13.30 WIB)
malam 5 jam (22.00 – 04.00 WIB)
B. DATA OBYEKTIF
1.. Data
Obyektif
1.1. Pemeriksaan
fisik umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : composmentis
c. BB/TB : 58 kg/155 cm
d. Tanda-tanda vital :
T : 90/60 mmHg, S : 38,6OC, N : 118 x/menit, RR : 24 x/mnt
1.2.
Pemeriksaan fisik khusus
1.
Rambut : bersih, hitam, panjang, tidak berketombe
2.
Muka : pucat, nampak menyeringai, tidak odeme
3.
Mata : simetris, konjungtiva pucat (anemis), sclera
putih (tidak anemis), palpebra tidak edema
4.
Hidung : tidak ada polip, ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, septum nasal lurus
5.
Gigi & mulut
: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada
tonsillitis
6.
Telinga :
simetris, ada serumen
7.
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis
8.
Dada &
mamae : simetris, tidak ada retraksi intracosta, tidak ada benjolan abnormal.
Pada mamae ASI keluar, puting susu menonjol, tidak ada lecet, hiperpigmentasi
pada areola dan papila mamae.
9.
Perut : TFU
Pertengahan antara pusat dengan simpisis, ada nyeri tekan pada perut bagian
bawah sebelah kanan, tidak ada luka bekas operasi, ada strie livide dan linea
alba, UC keras
10.
Genetalia :
-
Eksterna :
bersih, tidak ada varices, tidak ada condiloma, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini dan kelenjar scene, lochea sanguilenta yang bau 30 cc.
-
Internal (inspekulo)
: tidak ada pus, tidak nampak massa/tumor
11.
Ekstremitas
atas & bawah : tidak ada odeme, tidak ada varises, tidak ada tromboflebitis
femuralis, pergerakan aktif
1.3.
Pemeriksaan penunjang
1)
Pemeriksaan bimanual :
-
RT : teraba
infiltrate di sebelah kanan uterus
-
VT :
1.
Vagina : fluxus (lochea sanguilenta)
2.
Portio : tertutup, tidak ada nyeri, teraba licin
3.
Corpus uteri : antefleksi
4.
Adnexa ka/ki :
ada nyeri dan ada massa pada adnexa kanan
5.
Cavum dauglasi : tidak ada penonjolan
2)
Laboratorium
-
Haematologi
a. Haemoglobin : 7g/dl (L : 13,4 – 17 ; p : 11,4 – 15)
b. Leococyt
: 11.800 /mm3 (4800 – 10.700)
c. Erytrocyt
: -
d. Trombocyt
: 88.000/mm3 (150.000 – 350.000)
- USG terdapat infiltrate pada kanan
uteri
C.
ASSESMENT
Interpretasi
Data Dasar
a.
Diagnosa :
P10001 Post partum hari ke-8 dengan parametritis
b.
Masalah :
Gangguan
rasa nyaman, gangguan psikologi, gangguan nyeri perut, gangguan aktivitas
c.
Kebutuhan :
-
Jelaskan
penyebab terjadinya nyeri perut.
-
Jelaskan
diagnose yang ditemukan pada gejala-gejala yang dirasakan.
-
Melakukan
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang sesegera mungkin.
-
Dampingi
ibu dalam menghadapi masalh ini.
-
Lakukan
pendekatan terapeutik
d. Antisipasi terhadap diagnose atau masalah potensial
Tromboflebitis pelvica
e.
Identifikasi
kebutuhan akan tindakan segera/kolaborasi/rujukan
Segera rujuk klien dengan
fasilitas R.S yang bermutu dan peralatan yang memadai.
Kolaborasi dengan dokter SpOG
D.
PLANNING
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan kebidanan diharapkan ibu tidak merasa cemas, dan lebih
bekerjasama dengan tenaga kesehatan.
Kriteria Hasil :
-
Gangguan
rasa nyaman dapat teratasi
-
Gangguan
psikologi dapat teratasi
-
Gangguan
nyeri perut dapat teratasi
-
Gangguan
aktivitas dapat teratasi
1.
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan pada klien dan keluarga
R/ Tercipta hubungan yang kooperatif
2. Anjurkan klien untuk tidak tarak
R/ Memperbaiki keadaan umum serta mempercepat proses involusi
3. Ajarkan klien tentang personal hygiene
R/ Personal hygiene yang rendah dapat mendukung terjadinya
interaksi antara kumankuman pathogen dengan tempat implantasi plasenta
4. Anurkan
untuk pemberian kompres air hangat
R/ Terjadi mekanisme kehilangan
panas secara konveksi
5. Observasi TTV dan tanda-tanda involusi
R/ Deteksi dini adanya komplikasi
6. Kolaborasi dengan tim medis
R/ Fungsi dependent
a. Infus RL : D5 = 2 : 3 drip piton 1 amp = 500 cc s/d
12 jam (R/ Balance
cairan)
b. Cipromoxacil 3×1 gr(R/
Antibiotik)
c. Antrain 3×1 amp (R/ Analgesik)
d. Neurobat 3×1 amp (R/
Multivitamin)
e. Tranfusi darah 1 kolf(R/ Anti
hemodelusi)
2.
Implementasi
Dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012, jam 16.30
1. Melakukan
pendekatan pada klien dan keluarga klien dengan cara komunikasi terapeutik
untuk menjelaskan tentang kondisi klien saat ini serta untuk menjelaskan
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Menganjurkan untuk tidak tarak dengan mengkonsumsi menu seimbang yaitu
cukup KH, lemak, protein, vitamin, mineral, serta minum 1,5 l/hr
3. Menganjurkan untuk sesering mungkin mengganti pembalut minimal 2x/hr
4. Menganjurkan untuk memberikan kompres hangat
5. Melakukan observasi TTV dan tanda-tanda involusi
6. Memberikan profilaksis
a. Infus RL drip piton 1 amp 25 tts/mnt
b. Jam 21.00 tranfusi darah 1 kolf
c. Injeksi cipromoxacil 1 gr 1.v
d. Injeksi antrain 1 amp i.v
e. Injeksi neurobat 1 amp i.v
3.
Evaluasi :
SOAP
Dilakukan pada tanggal 03 Mei 2012
S :Ibu mengatakan lebih tenang, serta
mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan oleh
Bidan
O : - K/U cukup
- Kesadaran composmentis
- TD : 90/60 mmHg
- N : 108 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- S : 38OC
- TFU : Pertengahan pusat dengan simpisis
- Lochea sanguilenta (bau) 50 cc
- UC baik (keras)
- Conjungtiva pucat
- RT : teraba infiltrate di
sebelah kanan uterus
- VT :
Vagina :
fluxus (lochea sanguilenta)
Portio : tertutup,
tidak ada nyeri, teraba licin
Corpus uteri
: antefleksi
Adnexa ka/ki : ada nyeri dan ada massa pada adnexa kanan
Cavum
dauglasi : tidak ada penonjolan
- USG terdapat infiltrate pada kanan uteri
A : P0001 Post
partum hari ke-8 dengan parametritis
P : Intervensi
dilanjutkan
a. Anjurkan untuk melanjutkan pemberian kompres hangat
b. Observasi TTV dan tanda-tanda involusi
c. Kolaborasi dengan dr. SpOG
d. Observasi
TTV dan tanda-tanda involusi
e. Kolaborasi
dengan dr. SpOG
SOAL-SOAL PARAMETRITIS
1.
Dibawah ini
yang termasuk dalam penyebaran infeksi parametrium adalah……..
1. Penyebaran melalui limfe
2. Penyebaran langsung dari luka serviks
3. Penyebaran sekunder dari trombofeblitis pelviks
4. Penyebaran langsung dari candida albicans
Jawaban A
2.
Apa
hubunganya endometriosis dengan para metritis…………
1.
Endometriosis
→ metritis → parametritis
2.
Parametritis
→ metritis → endometriosis
3.
Flebitis → periflebitis →
parametritis
4.
Parametritis
→ periflebitis → flebitis
Jawaban B
3.
Dibawah ini
yang merupakan reaksi yang ditimbulkan parametritis pada si penderita, kecuali?
a.
Kolor
b.
Dolor
c.
Perdarahan
pada sinusitis
d.
Nafsu makan berkurang
e.
Vasokonstriksi
Jawaban C
4.
Salah satu
antibiotic atau obat pereda nyeri yang diberikan pada penderita parametritis
adalah………….
1.
Benzilpenisilin
2.
Metronidazol
3.
Pethidine
50-100 mg IM
4.
Metildopa
Jawaban A
5.
Parametritis
disebabkan oleh…….., kecuali?
1.
Endometritis
2.
Robekan
serviks
3.
Perforasi
uterus oleh alat-alat
4.
Transfuse
darah pada penderita parametritis
Jawaban D
6.
Salah satu
penyebab terjadinya parametritis adalah perforasi uterus oleh alat, dibawah ini
yang termasuk dalam alat-alat tersebut adalah…………….
a.
Sonde +
kuret
b.
Kuret + IUD
c.
IUD +
cuttenbat
d.
Jawaban A,
B, C benar
e.
Jawaban A, B
benar
Jawaban E
Soal 7-10 berhubungan dengan kasus dibawah ini!
Ny. “R” datang ke bidan “A”, mengeluh badanya panas, pusing kepala,
menggigil dan disertai nyeri perut bagian bawah kanan. Bidan “A” melakukan
pemeriksaan dan didapatkan hasil sebagai berikut :
TD : 90/60 mmHg, S : 38.60 C, N :118 x/menit, RR : 24 x/menit,
ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah sebelah kanan, tidak ada varises,
tidak ada pembesaran kalenjar bartolini dan skene, ada nyeri dan ada adnexa
kanan.
7.
Apa diagnose
dari Ny. “R” ?
a.
Miometritis
b.
Salpingitis
c.
Parametritis
d.
Endometritis
e.
Peritonitis
Jawaban C
8.
Jika bidan
“A” menyarankan untuk melakukan tes laboratorium hematologi, maka hasil yang
harus diperoleh untuk mendukung diagnosis bidan “A” adalah………..
1.
Hemoglobin : 7 gr/dl
2.
Leococyt : 11.800 /mm3
3.
Trombocyt : 88.000 mm3
4.
Trombocyt : 360.000 mm3
Jawaban A
9.
Yang harus
dilakukan bidan “A” jika menemui kasus diatas adalah sebagai berikut………
a.
Melakukan
penanganan sendiri tanpa kolaborasi dengan dokter, karena penyakitnya tidak
begitu serius
b.
Melakukan
rujukan
c.
Menyiapkan
pertolongan pertama sebelum merujuk (infuse set,oksigenasi dan BAKSOKUDA)
d.
Jawaban A,
B, C benar
e.
Jawaban B, C
benar
Jawaban E
10.
Dari kasus
diatas dapat ditemukan patofisiologi yang benar sebagai berikut………
a.
Endometritis → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi meluas → Miometritis → Infeksi menyebar ke miometrium → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
b.
Endometritis → Infeksi meluas → Miometritis → Infeksi menyebar ke miometrium → Lewat jalan limfe atau
tromboflebitis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
c.
Endometritis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke
miometrium → Miometritis → Infeksi meluas → Parametritis
d.
Parametritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke
miometrium → Miometritis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Endometritis
e.
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke
miometrium → Miometritis → Infeksi
meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
Jawaban E
ConversionConversion EmoticonEmoticon