Salam Sehat dan Harmonis

-----

MAKALAH ASKEB IV PERITONITIS


MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN
( PATOLOGI )
PERITONITIS
DI SUSUN OLEH :
·      Juaria Fhatiana H.        ( 2010.0661.071 )
·      Putri Dwi C.                   ( 2010.0661.084 )
·      Raudhatul J.                  ( 2010.0661.085 )
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
            Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran dalam materi ini dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan semua pihak yang membacanya.
            Kami sebagai penulis sangat menyadari sepenuhnya, bahwa terselesainya makalah ini adalah berkat kerja sama yang baik dari semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunana makalah ini. Terutama atas semua arahan, bimbingan dan motivasi dari dosen pengajar.
            Pada kesempatan ini, perkenankanlah kami sebagai penulis dengan kerendahan hati untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1.      Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
2.      Ketua Program Study D3-Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya
3.      Seluruh staf pengajar program study D3-Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
4.      Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini
Sebagai penulis, kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah yang akan datang.



Surabaya, 03 Mei 2012

Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1     Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2     Rumusan masalah................................................................................. 1
1.3     Tujuan penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1     Definisi peritonitis................................................................................ 3
2.2     Etiologi peritonitis................................................................................ 3
2.3     Patofisiologi peritonitis .............................................................................. 4
2.4     Klasifikasi peritonitis ................................................................................. 4
2.5     Tanda gejala peritonitis .............................................................................. 5
2.6     Komplikasi peritonitis ................................................................................ 7
2.7     Pemeriksaan penunjang pada peritonitis........................................................ 7
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 10
3.1     Gejala Klinis ...................................................................................... 10
3.2     Masalah  ............................................................................................. 10
3.3     Intervensi ........................................................................................... 11
3.4     Evaluasi .............................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan  ........................................................................................ 12
4.2 Saran.................................................................................................    12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELKANG
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya padaperforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi.
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, ataudari luka tembus abdomen.
Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.    Apa definisi peritonitis ?
2.    Apa saja etiologi dari peritonitis ?
3.     Apa patofisiologi dari peritonitis ?
4.    Apa saja klasifikasi peritonitis ?
5.    Apa saja tanda gejala peritonitis ?
6.    Apa komplikasi peritonitis?
7.    Apa sajapemeriksaan penunjang pada peritonitis ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah mahasiswa dapat memahami penyakit yang terjadi pada organ abdomen terutama pada peritoneum, dan penulis berharap mahasiswa tidak hanya memahami penyakit tersebut tapi mahasiswa juga dapat mengetahui penyebab gejala pengobatan dan pencegahan dari penyakit yang di alami khususnya penyakit peritonitis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus atau empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Padawanita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista ovari. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.

2.2 Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah SpontaneousBacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena ninfeksi intra abdomen,tetapi biasanya terjadi pada pasien yangasites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehingganmenjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritonealterutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasienperitonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau prses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn)

2.3 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalamikebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaituobstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsanganperitoneum berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalamibendungan,makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya mengakibatkan peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untukberkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.

2.4            Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavumperitoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Spesifik : misalnya Tuberculosis
2.      Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.



Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b.      Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yangfatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteriianaerob,khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.
1.      Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.
2.      Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahankimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
3.      Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
c.       Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
d.      Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
1.    Aseptik/steril peritonitis 
2.    Granulomatous peritonitis
3.    Hiperlipidemik peritonitis
4.    Talkum peritonitis

2.5  Tanda dan Gejala
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karenairitasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.

2.6  Komplikasi
1) Eviserasi Luka
2) Pembentukan abses

2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium
Leukositosis
 Hematokrit meningkat
 Asidosis metabolik
2.    X. Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.Usus halus dan usus besar dilatasi.Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.










BAB III
PENGKAJIAN DATA

Tanggal / jam : 27 november 2012/ 13.45 WIB
Tempat : Ok kandungan
RM : -

A.    Data Subyektif
1. Identitas
Nama istri          : Ny.P                                      Nama suami    : Tn. S
Umur                 : 36 th                                      Umur               : 40 th
Agama               : Islam                                     Agama             : Islam
Suku/bangsa      : Jawa/Indo                             Suku/bangsa    : Jawa/Indo
Pendidikan        : SMA                                                 Pendidikan      : SMA
Pekerjaan           : IRT                                        Pekerjaan         : swasta
Alamat               :kamal Pangkat  Kopda           Alamat           : kamal Pangkat  Kopda  

2. Status perkawinan
• Istri
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 27 tahun
• Suami
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 31tahun

3.  Keluhan utama
ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan terasa panas dan menggigil



4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 th
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (+), flor albus (-)
HPHT : 4 – 2 -07.
HPL : 11 – 11- 07
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
   No Tgl. Lahir Usia kehamilan Jenis persalinan Tempat persalinan Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Hamil ini. 42-43 mgg Sc RS - - Dokter baik baik 1thn
c. Riwayat kehamilan sekarang
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 usia kehamilan 42 – 43 minggu.
- Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin (trimester 1 : 3 kali, trimester 2 : 3 kali, trimester 3 : 12 kali ).
- Keluhan selama hamil : - Trimester 1 : Mual, muntah dan pusing.
- Trimester 2 : Tidak ada keluhan.
- Trimester 3 : Sering kencing & sakit pada punggung.
- Ibu sudah mendapatkan imunisasi 2 kali.
- Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi tentang ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan.
- Tx : zat besi, kalsium dan vitamin.

5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah opname di Rumah sakit. Tidak pernah sakit DM, Jantung, Ashma, Hipertensi, TBC, dan Hepatitis.

6. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, DM, Ashma, Hepatitis, Hipertensi, ada keturunan kembar.

7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Selama hamil : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur, buah)
Minum : 7 – 8 gelas / hari (air putih, susu)
Saat MRS : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur) porsi habis ½
Minum : ± 2 gelas (air putih, kacang hijau)
b. Eliminasi
Selama hamil : BAK : ± 6 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : 1 kali / hari ( lunak, warna kuning, bau khas)
Selama MRS : BAK : ± 2 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : Belum
c. Aktifitas
Sebelum hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari
Saat MRS : Ibu hanya berbaring, miring ke kanan dan kiri
d. Istirahat
Selama hamil : Siang : ± ½ – 1 jam / hari
Malam : ± 6 – 7 jam / hari
Saat MRS : Ibu tidak bisa tidur.
e. Personal hygiene
Selama hamil : Mandi 2 kali / hari, gosok gigi 2 – 3 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 – 3 kali/ hari.
Saat MRS : Mandi 2 kali / hari (diseka dengan air hangat), gosok gigi 2 kali / hari, ganti baju dan celana dalam 3 – 4 kali/ hari.
f. Seksual
Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena takut keguguran.

8. Riwayat psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik.

9. Riwayat sosial budaya
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu, ibu tidak pantang makan, tidak mengadakan acara tradisi budaya.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmenitis
Postur tubuh : Lordosis
TB/BB : 155 cm
BB sbl hamil : 49 kg
BB slm hamil : 58 kg
b. Tanda-tanda vital
Tensi : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 38,5º C
RR : 24 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, sclera tidak icterus, conjungtiva tidak anemis.
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip dan tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret.
Mulut/Gigi : Simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu, kebersihan cukup.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada purulent.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Dada : Mammae simetris, putting susu menonjol, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada benjolan.
Perut : Pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, strie tidak ada, terdapat linea nigra dan tedapat bekas operasi.
Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini/skene, terdapat darah, tidak ada cairan.
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ektremitas : Tidak oedema, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada varices.

b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Mammae : Tidak ada benjolan, konsistensi lunak, colostrum -/-.
Perut : Lepold I : TFU ½ px – pusat (32 cm), teraba lunak, tidak melenting (bokong)
Lepold II : Perut bagian kiri teraba ada tahanan, memanjang seperti papan (punggung).
Lepold III : Bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat, melenting (kepala)
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP
c. Auskultasi
Ibu : Tidak terdengar ronchi -/- dan wheezing -/-
d. Perkusi
Tidak dilakukan.
3. Pemeriksaan UPL
Tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan.
5. Kesimpulan
GII P10002 UK 42-43 minggu dengan post date

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
DS : - Ibu mengatakan hamil yang ke 2 dengan usia kehamilan 42-43 mgg
- HPHT : 4 -2 – 07
- TP : 11 -11 -07
DO : - K/U ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 88 kali/menit
- S : 39º C
- RR : 24 kali/menit
- TFU ½ px- pst,pada fundus teraba bokong, puki, bagian bawah janin sudah masuk  PAP
Masalah : Cemas menghadapi persalinan, gangguan rasa nyaman
Kebutuhan :
- Dukungan emosional
- meningkatkan personal hiegine ibu
- peningkatan pola nutrisi

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL DAN PENANGANANNYA
persalinan anjuran

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk dilakukan induksi persalinan

V. INTERVENSI
Tanggal : 27 November 2007 Jam : 13.30 WIB
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep,post date + bekas sc.
Tujuan : Setelah dilakukan askeb diharapkan dalam waktu 2 jam ibu dalam keadaan baik dan ibu mengerti keadaannya saat ini.
Kriteria : - TTV dalam batas normal (T : 110/70 – 130/90 mmHg, S : 36 – 37 ºC, N : 76 – 88 x/menit, RR : 16 – 20 x/menit).
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan dengan pasien.
R/ Terjalin hubungan baik dengan pasien sehingga pasien lebih kooperatif terhadap setiap tindakan yang kita lakukan.
2.      Berikan dukungan psikologis pada pasien.
R/ Ibu lebih tenang dan dapat menerima keadaan.
3.      Observasi TTV.
R/ deteksi dini adanya kelainan.
4.      Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn pemberian therapi.
R/ Fungsi dependent bidan.





VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 27 November 2007
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
13.40 - Menganjurkan px untuk tidur dan bed tres total.
1.  Membantu semua kebutuhan ibu seperti memberi minum, menyuapi makanan dan membantu BAK.
       14.00 – Memberikan dukungan pada ibu supaya tidak usah takut dan cemas
2. Banyak ber do`a agar semuanya berjalan dengan lancar
14.20 - Memasang infuse dengan cairan RL (24 tetes)+ oksitosin drip (24 tetes)
3. Memeriksa TTV :
- T : 120/80 mmHg - N : 84 x/menit
- S : 36º C - RR : 22 x/menit

VII. EVALUASI
Tanggal 27 November 2007 Jam 14.20 WIB.
S : Px mengatakan nyeri pada bekas operasi.
O : - K/U Ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 84 x/menit
- S : 36º C
- RR : 22 x/menit
- Perdarahan : ± 250 cc
A : Dapat teratasi.
P : -Perawatan luka operasi
- Nutrisi di tingkatkan ( tidak pantang makanan )
- Minum obat secara teratur







BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi, penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi.
Patofisologi peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi pada peritonitis adalah

1.      Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena.
2.      Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas.
3.      Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
4.      Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.

4.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat dalam mengatasi masalah peritonitis di masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan diharapkan mahasiswa/i dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang dipelajari.


Daftar Pustaka

Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG ; JakartaDiagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Prima Medika : Jakarta
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta
 Peritonitis,http://www.medikastore.com/med/peritonitis_pyk.php?dktg=7&UID 200705.
Bahan kuliah System Gastroenterohepatologi, Makassar: 2005
Subanada, Supadmi, Aryasa, dan Sudaryat. 2007. Beberapa Kelainan Gastrointestinal yang Memerlukan Tindakan Bedah. Dalam: Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Set


Previous
Next Post »

Translate