MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN
( PATOLOGI )
PERITONITIS
DI SUSUN OLEH :
· Juaria Fhatiana H. ( 2010.0661.071 )
· Putri Dwi C. ( 2010.0661.084 )
· Raudhatul J. ( 2010.0661.085 )
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, Karena berkat karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dan penulis berharap semoga makalah
ini dapat diterima untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
pembelajaran dalam materi ini dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan
semua pihak yang membacanya.
Kami sebagai penulis sangat
menyadari sepenuhnya, bahwa terselesainya makalah ini adalah berkat kerja sama
yang baik dari semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunana makalah
ini. Terutama
atas semua arahan, bimbingan dan motivasi dari dosen pengajar.
Pada
kesempatan ini, perkenankanlah kami sebagai penulis dengan kerendahan hati
untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
2. Ketua
Program Study D3-Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya
3. Seluruh
staf pengajar program study D3-Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
4. Semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini
Sebagai penulis, kami
sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah yang akan datang.
Surabaya, 03 Mei 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan
masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan
penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
............................................................................... 3
2.1 Definisi
peritonitis................................................................................ 3
2.2 Etiologi
peritonitis................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi
peritonitis .............................................................................. 4
2.4 Klasifikasi
peritonitis ................................................................................. 4
2.5 Tanda gejala
peritonitis .............................................................................. 5
2.6 Komplikasi
peritonitis ................................................................................ 7
2.7 Pemeriksaan
penunjang pada peritonitis........................................................ 7
BAB III TINJAUAN
KASUS ..................................................................... 10
3.1 Gejala
Klinis ...................................................................................... 10
3.2 Masalah ............................................................................................. 10
3.3 Intervensi
........................................................................................... 11
3.4 Evaluasi
.............................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 12
4.1
Kesimpulan ........................................................................................ 12
4.2
Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELKANG
Gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya
padaperforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi.
Peradangan peritoneum
merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis,
perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura
saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, ataudari luka tembus
abdomen.
Pada keadaan normal,
peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara
inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang
menurun, dan adanya benda asing
atau enzim pencerna aktif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
definisi peritonitis ?
2. Apa
saja etiologi dari peritonitis ?
3. Apa patofisiologi dari peritonitis ?
4. Apa
saja klasifikasi peritonitis ?
5. Apa
saja tanda gejala peritonitis ?
6. Apa
komplikasi peritonitis?
7. Apa
sajapemeriksaan penunjang pada peritonitis ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah
mahasiswa dapat memahami penyakit yang terjadi pada organ abdomen terutama pada peritoneum, dan penulis berharap mahasiswa tidak
hanya memahami penyakit tersebut tapi mahasiswa juga dapat mengetahui penyebab
gejala pengobatan dan pencegahan dari penyakit yang di alami khususnya penyakit peritonitis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Peritonitis adalah
inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya
nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan
sebuah proses peradangan pada membrane serosa
yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering
disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan
sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau divertikulum karena
awalnya peritonitis merupakan lingkungan
yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam
lambung dari perforasi ulkus atau empedu
dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Padawanita sangat
dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau
rupturnya kista ovari. Kasus
peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.
2.2
Etiologi
Bentuk peritonitis
yang paling sering ialah SpontaneousBacterial Peritonitis
(SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena ninfeksi intra abdomen,tetapi biasanya
terjadi pada pasien yangasites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal
sehingganmenjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi
penyebaran hematogen jika terjadi
bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites,
semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis
dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites
pathogen yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies
Pseudomonas, Proteus dan gram
lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus
pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,dan golongan Staphylococcus 3%,
selain itu juga terdapat anaerob dan
infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau
nekrosis (infeksi transmural) organ-organ
dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritonealterutama disebabkan bakteri
gram positif yang berasal dari saluran cerna
bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi
SBP atau peritonitis sekunder yang
adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasienperitonisis tersier
biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga
terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau
kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi
kimia lain atau prses inflamasi
transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn)
2.3
Patofisiologi
Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk
di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang, tetapi dapat menetap
sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus.
Peradangan
menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalamikebocoran. Jika
defisit cairan tidak dikoreksi secara
cepat dan agresif, maka dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai
respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari
kegagalan banyak organ. Karena tubuh
mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal,
produk buangan juga ikut menumpuk.
Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi
hipovolemia.
Organ-organ didalam
cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan
oleh permeabilitas pembuluh darah
kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh
organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia
bertambah dengan adanya kenaikan
suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum
peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan
menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang
menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan
elektrolit hilang kedalam lumen
usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat
terbentuk antara lengkung-lengkung usus
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan
usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama
pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik
usus sebagai usaha untuk mengatasi
hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaituobstruksi usus yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat
bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemi yang akan
berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
bakteri pada rongga abdomen
sehingga dapat terjadi peritonitis.
Tifus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan
oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus
dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi
ditempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada
penderita yang demam selama kurang
lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut,
nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak
peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas
keseluruh peritonium akibat peritonitis
generalisata. Perforasi lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut.
Penderita yang mengalami perforasi
ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan
di daerah epigastrium karena
rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar
keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini
disebut fase peritonitis kimia, adanya
nyeri di bahu menunjukkan rangsanganperitoneum berupa mengenceran zat asam garam yang
merangsang, ini akan mengurangi
keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Pada apendisitis
biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalamibendungan,makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran
limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena
sehingga udem bertambah kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis
atau ganggren dinding apendiks
sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya mengakibatkan
peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen
baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
abdomen dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang
berongga intra peritonial. Rangsangan
peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster
yang bersifat kimia sampai dengan
kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat.
Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya didaerah lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi
gejala peritonitis hebat sedangkan
bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme
membutuhkan waktu untukberkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut
abdomen karena perangsangan
peritoneum.
2.4
Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a.
Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavumperitoneum dan
tidak ditemukan fokus infeksi
dalam abdomen.Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau
Pneumococus. Peritonitis bakterial
primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Spesifik : misalnya Tuberculosis
2. Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen,
imunosupresi dan splenektomi.
Kelompok resiko tinggi
adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal
ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.
b.
Peritonitis Bakterial Akut Sekunder
(Supurativa)
Peritonitis
yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus
urinarius. Pada umumnya organism tunggal
tidak akan menyebabkan peritonitis yangfatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat
memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteriianaerob,khususnya
spesies Bacteroides, dapat memperbesar
pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.
1. Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.
2. Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahankimia, perforasi usus
sehingga feces keluar dari usus.
3. Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
c.
Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
Peritonitis
yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang
disebabkan oleh iritan langsung, sepertii
misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
d.
Peritonitis Bentuk lain
dari peritonitis:
1.
Aseptik/steril
peritonitis
2.
Granulomatous peritonitis
3.
Hiperlipidemik peritonitis
4.
Talkum peritonitis
2.5
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis
bisa menjadi hipotermia, tatikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum
maximum ditempat tertentu sebagai
sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara
tidak sadar untuk menghindari
palpasinya yang menyakinkan atau tegang karenairitasi peritoneum. Pada wanita dilakukan
pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan
imunosupresi (misalnya diabetes berat,
penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran
(misalnya trauma cranial, ensefalopati
toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan
penderita geriatric.
2.6 Komplikasi
1) Eviserasi Luka
2) Pembentukan abses
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
2.
X. Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :Illeus merupakan penemuan
yang tak khas pada peritonitis.Usus halus dan usus besar dilatasi.Udara bebas
dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
BAB III
PENGKAJIAN DATA
Tanggal / jam : 27 november 2012/ 13.45 WIB
Tempat : Ok kandungan
RM : -
A. Data
Subyektif
1. Identitas
Nama istri : Ny.P Nama suami : Tn. S
Umur : 36 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indo Suku/bangsa : Jawa/Indo
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat :kamal Pangkat Kopda Alamat : kamal Pangkat Kopda
Nama istri : Ny.P Nama suami : Tn. S
Umur : 36 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indo Suku/bangsa : Jawa/Indo
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat :kamal Pangkat Kopda Alamat : kamal Pangkat Kopda
2. Status perkawinan
• Istri
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 27 tahun
• Suami
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 31tahun
• Istri
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 27 tahun
• Suami
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 8 tahun
Umur kawin : 31tahun
3. Keluhan utama
ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan terasa panas dan menggigil
ibu mengatakan merasakan nyeri perut bagian bawah kanan sampai mengganggu aktivitas, badan terasa panas dan menggigil
4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 th
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (+), flor albus (-)
HPHT : 4 – 2 -07.
HPL : 11 – 11- 07
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (+), flor albus (-)
HPHT : 4 – 2 -07.
HPL : 11 – 11- 07
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl. Lahir Usia kehamilan Jenis persalinan Tempat persalinan Komplikasi Penolong Bayi Nifas
No Tgl. Lahir Usia kehamilan Jenis persalinan Tempat persalinan Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Hamil ini. 42-43 mgg Sc RS - - Dokter baik baik 1thn
c. Riwayat kehamilan sekarang
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 usia kehamilan 42 – 43 minggu.
- Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin (trimester 1 : 3 kali, trimester 2 : 3 kali, trimester 3 : 12 kali ).
- Keluhan selama hamil : - Trimester 1 : Mual, muntah dan pusing.
- Trimester 2 : Tidak ada keluhan.
- Trimester 3 : Sering kencing & sakit pada punggung.
- Ibu sudah mendapatkan imunisasi 2 kali.
- Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi tentang ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan.
- Tx : zat besi, kalsium dan vitamin.
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 usia kehamilan 42 – 43 minggu.
- Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin (trimester 1 : 3 kali, trimester 2 : 3 kali, trimester 3 : 12 kali ).
- Keluhan selama hamil : - Trimester 1 : Mual, muntah dan pusing.
- Trimester 2 : Tidak ada keluhan.
- Trimester 3 : Sering kencing & sakit pada punggung.
- Ibu sudah mendapatkan imunisasi 2 kali.
- Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi tentang ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan.
- Tx : zat besi, kalsium dan vitamin.
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah opname di Rumah sakit. Tidak pernah sakit DM, Jantung, Ashma, Hipertensi, TBC, dan Hepatitis.
Ibu mengatakan tidak pernah opname di Rumah sakit. Tidak pernah sakit DM, Jantung, Ashma, Hipertensi, TBC, dan Hepatitis.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, DM, Ashma, Hepatitis, Hipertensi, ada keturunan kembar.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, DM, Ashma, Hepatitis, Hipertensi, ada keturunan kembar.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Selama hamil : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur, buah)
Minum : 7 – 8 gelas / hari (air putih, susu)
Saat MRS : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur) porsi habis ½
Minum : ± 2 gelas (air putih, kacang hijau)
Selama hamil : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur, buah)
Minum : 7 – 8 gelas / hari (air putih, susu)
Saat MRS : Makan : 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur) porsi habis ½
Minum : ± 2 gelas (air putih, kacang hijau)
b. Eliminasi
Selama hamil : BAK : ± 6 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : 1 kali / hari ( lunak, warna kuning, bau khas)
Selama MRS : BAK : ± 2 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : Belum
Selama hamil : BAK : ± 6 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : 1 kali / hari ( lunak, warna kuning, bau khas)
Selama MRS : BAK : ± 2 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
BAB : Belum
c. Aktifitas
Sebelum hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari
Saat MRS : Ibu hanya berbaring, miring ke kanan dan kiri
Sebelum hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari
Saat MRS : Ibu hanya berbaring, miring ke kanan dan kiri
d. Istirahat
Selama hamil : Siang : ± ½ – 1 jam / hari
Malam : ± 6 – 7 jam / hari
Saat MRS : Ibu tidak bisa tidur.
Selama hamil : Siang : ± ½ – 1 jam / hari
Malam : ± 6 – 7 jam / hari
Saat MRS : Ibu tidak bisa tidur.
e. Personal hygiene
Selama hamil : Mandi 2 kali / hari, gosok gigi 2 – 3 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 – 3 kali/ hari.
Saat MRS : Mandi 2 kali / hari (diseka dengan air hangat), gosok gigi 2 kali / hari, ganti baju dan celana dalam 3 – 4 kali/ hari.
Selama hamil : Mandi 2 kali / hari, gosok gigi 2 – 3 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 – 3 kali/ hari.
Saat MRS : Mandi 2 kali / hari (diseka dengan air hangat), gosok gigi 2 kali / hari, ganti baju dan celana dalam 3 – 4 kali/ hari.
f. Seksual
Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena takut keguguran.
Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena takut keguguran.
8. Riwayat psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
9. Riwayat sosial budaya
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu, ibu tidak pantang makan, tidak mengadakan acara tradisi budaya.
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu, ibu tidak pantang makan, tidak mengadakan acara tradisi budaya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmenitis
Postur tubuh : Lordosis
TB/BB : 155 cm
BB sbl hamil : 49 kg
BB slm hamil : 58 kg
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmenitis
Postur tubuh : Lordosis
TB/BB : 155 cm
BB sbl hamil : 49 kg
BB slm hamil : 58 kg
b. Tanda-tanda vital
Tensi : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 38,5º C
RR : 24 kali/menit
Tensi : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 38,5º C
RR : 24 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, sclera tidak icterus, conjungtiva tidak anemis.
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip dan tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret.
Mulut/Gigi : Simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu, kebersihan cukup.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada purulent.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Dada : Mammae simetris, putting susu menonjol, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada benjolan.
Perut : Pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, strie tidak ada, terdapat linea nigra dan tedapat bekas operasi.
Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini/skene, terdapat darah, tidak ada cairan.
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ektremitas : Tidak oedema, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada varices.
a. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, sclera tidak icterus, conjungtiva tidak anemis.
Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip dan tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret.
Mulut/Gigi : Simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu, kebersihan cukup.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada purulent.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Dada : Mammae simetris, putting susu menonjol, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada benjolan.
Perut : Pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, strie tidak ada, terdapat linea nigra dan tedapat bekas operasi.
Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini/skene, terdapat darah, tidak ada cairan.
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ektremitas : Tidak oedema, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada varices.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Mammae : Tidak ada benjolan, konsistensi lunak, colostrum -/-.
Perut : Lepold I : TFU ½ px – pusat (32 cm), teraba lunak, tidak melenting (bokong)
Lepold II : Perut bagian kiri teraba ada tahanan, memanjang seperti papan (punggung).
Lepold III : Bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat, melenting (kepala)
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Mammae : Tidak ada benjolan, konsistensi lunak, colostrum -/-.
Perut : Lepold I : TFU ½ px – pusat (32 cm), teraba lunak, tidak melenting (bokong)
Lepold II : Perut bagian kiri teraba ada tahanan, memanjang seperti papan (punggung).
Lepold III : Bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat, melenting (kepala)
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP
c. Auskultasi
Ibu : Tidak terdengar ronchi -/- dan wheezing -/-
Ibu : Tidak terdengar ronchi -/- dan wheezing -/-
d. Perkusi
Tidak dilakukan.
Tidak dilakukan.
3. Pemeriksaan UPL
Tidak dilakukan.
Tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan.
Tidak dilakukan.
5. Kesimpulan
GII P10002 UK 42-43 minggu dengan post date
GII P10002 UK 42-43 minggu dengan post date
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
DS : - Ibu mengatakan hamil yang ke 2 dengan usia kehamilan 42-43 mgg
- HPHT : 4 -2 – 07
- TP : 11 -11 -07
DO : - K/U ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 88 kali/menit
- S : 39º C
- RR : 24 kali/menit
- TFU ½ px- pst,pada fundus teraba bokong, puki, bagian bawah janin sudah masuk PAP
Masalah : Cemas menghadapi persalinan, gangguan rasa nyaman
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
DS : - Ibu mengatakan hamil yang ke 2 dengan usia kehamilan 42-43 mgg
- HPHT : 4 -2 – 07
- TP : 11 -11 -07
DO : - K/U ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 88 kali/menit
- S : 39º C
- RR : 24 kali/menit
- TFU ½ px- pst,pada fundus teraba bokong, puki, bagian bawah janin sudah masuk PAP
Masalah : Cemas menghadapi persalinan, gangguan rasa nyaman
Kebutuhan :
- Dukungan emosional
- meningkatkan personal hiegine ibu
- peningkatan pola nutrisi
- Dukungan emosional
- meningkatkan personal hiegine ibu
- peningkatan pola nutrisi
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL DAN PENANGANANNYA
persalinan anjuran
persalinan anjuran
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk dilakukan induksi persalinan
Kolaborasi dengan dr. Obgyn untuk dilakukan induksi persalinan
V. INTERVENSI
Tanggal : 27 November 2007 Jam : 13.30 WIB
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep,post date + bekas sc.
Tujuan : Setelah dilakukan askeb diharapkan dalam waktu 2 jam ibu dalam keadaan baik dan ibu mengerti keadaannya saat ini.
Kriteria : - TTV dalam batas normal (T : 110/70 – 130/90 mmHg, S : 36 – 37 ºC, N : 76 – 88 x/menit, RR : 16 – 20 x/menit).
Tanggal : 27 November 2007 Jam : 13.30 WIB
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep,post date + bekas sc.
Tujuan : Setelah dilakukan askeb diharapkan dalam waktu 2 jam ibu dalam keadaan baik dan ibu mengerti keadaannya saat ini.
Kriteria : - TTV dalam batas normal (T : 110/70 – 130/90 mmHg, S : 36 – 37 ºC, N : 76 – 88 x/menit, RR : 16 – 20 x/menit).
Intervensi :
1.
Lakukan pendekatan
dengan pasien.
R/ Terjalin hubungan baik dengan pasien sehingga pasien
lebih kooperatif terhadap setiap tindakan yang kita lakukan.
2.
Berikan dukungan
psikologis pada pasien.
R/ Ibu lebih tenang dan dapat menerima keadaan.
3.
Observasi TTV.
R/ deteksi dini adanya kelainan.
4.
Lakukan kolaborasi
dengan dokter obgyn pemberian therapi.
R/ Fungsi dependent bidan.
R/ Fungsi dependent bidan.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 27 November 2007
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
13.40 - Menganjurkan px untuk tidur dan bed tres total.
1. Membantu semua kebutuhan ibu seperti memberi minum, menyuapi makanan dan membantu BAK.
Tanggal 27 November 2007
Dx : GII P10002 UK 42-43 minggu T/H let kep, post date + bekas sc.
13.40 - Menganjurkan px untuk tidur dan bed tres total.
1. Membantu semua kebutuhan ibu seperti memberi minum, menyuapi makanan dan membantu BAK.
14.00
– Memberikan dukungan pada ibu supaya tidak usah takut dan cemas
2. Banyak ber do`a agar semuanya berjalan dengan lancar
14.20 - Memasang infuse dengan cairan RL (24 tetes)+ oksitosin drip (24 tetes)
3. Memeriksa TTV :
- T : 120/80 mmHg - N : 84 x/menit
- S : 36º C - RR : 22 x/menit
2. Banyak ber do`a agar semuanya berjalan dengan lancar
14.20 - Memasang infuse dengan cairan RL (24 tetes)+ oksitosin drip (24 tetes)
3. Memeriksa TTV :
- T : 120/80 mmHg - N : 84 x/menit
- S : 36º C - RR : 22 x/menit
VII. EVALUASI
Tanggal 27 November 2007 Jam 14.20 WIB.
S : Px mengatakan nyeri pada bekas operasi.
O : - K/U Ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 84 x/menit
- S : 36º C
- RR : 22 x/menit
- Perdarahan : ± 250 cc
A : Dapat teratasi.
P : -Perawatan luka operasi
- Nutrisi di tingkatkan ( tidak pantang makanan )
- Minum obat secara teratur
Tanggal 27 November 2007 Jam 14.20 WIB.
S : Px mengatakan nyeri pada bekas operasi.
O : - K/U Ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 120/80 mmhg
- N : 84 x/menit
- S : 36º C
- RR : 22 x/menit
- Perdarahan : ± 250 cc
A : Dapat teratasi.
P : -Perawatan luka operasi
- Nutrisi di tingkatkan ( tidak pantang makanan )
- Minum obat secara teratur
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut.
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis.
Penyebab peritonitis
antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi, penyakit
radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual, infeksi
dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis
dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal
ginjal), iritasi tanpa infeksi.
Patofisologi
peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara
perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi pada peritonitis
adalah
1. Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan
secara intravena.
2. Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas.
3. Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
4. Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan
memperbaiki penyebab.
4.2 Saran
Kita sebagai seorang
perawat dalam mengatasi masalah peritonitis di masyarakat dapat memberikan
berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan diharapkan mahasiswa/i dapat
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami peritonitis
yang sesuai dengan apa yang dipelajari.
Daftar Pustaka
Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG ; JakartaDiagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006 Prima Medika : Jakarta
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu
Bedah. EGC. Jakarta
Peritonitis,http://www.medikastore.com/med/peritonitis_pyk.php?dktg=7&UID
200705.
Bahan kuliah System
Gastroenterohepatologi, Makassar: 2005
Subanada, Supadmi, Aryasa, dan
Sudaryat. 2007. Beberapa Kelainan Gastrointestinal yang Memerlukan
Tindakan Bedah. Dalam: Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung
Set
ConversionConversion EmoticonEmoticon