MAKALAH ASKEB IV (PATOLOGI)
“ENDOMETRITIS”
Oleh
kelompok 8
Eka
Nor Afiyanti (2010.0661.061)
Ismatur
Rokhmah (2010.0661.070)
Lelya
Sabbaha (2010.0661.073)
D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur Kami panjatkan atas kehadirat
Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas ASKEB IV
dengan judul ENDOMETRITIS.
Dalam menyusun makalah ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh
karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada :
1.
Bapak
dr.Sukodiono selaku dekan fakultas ilmu kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
2.
Rachmawati Ika S S.ST M.Kes selaku pembimbing mata kuliah ASKEB IV
3.
Kedua orang tua yang selalu
membina,mendukung,dan memberikan doa serta semangat baik moral maupun
spiritual.
Semoga
amal kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dariNya.Dalam
penyusuna makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharap kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhirnya,
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.Terima kasih.
Surabaya, 03 Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Radang
selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang
terjadi pada endometrium,
yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi
akibat infeksi. Terdapat
berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post
partum (radang dinding
rahim sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan
dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial
dan trofoblas yang banyak), serta endometritis
tuberkulosa (peradangan
pada dinding rahim endometrium dan tuba
fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)
Apa
pengertian dari indometritis?
2)
Apa
etiologi dari indometritis?
3)
Apa
klasifikasi dari indometritis?
4)
Apa
gambaran klinis dari indometritis?
5)
Apa
patofisiologi dari indometritis?
6)
Apa
komplikasi dari indometritis?
1.3 TUJUAN
1)
Mahasiswa
mengetahui apa pengertian dari indometritis?
2)
Mahasiswa
mengetahui apa etiologi dari indometritis?
3)
Mahasiswa
mengetahui apa klasifikasi dari indometritis?
4)
Mahasiswa
mengetahui apa gambaran klinis dari indometritis?
5)
Mahasiswa
mengetahui apa patofisiologi dari indometritis?
6)
Mahasiswa
mengetahui apa komplikasi dari indometritis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Endometritis adalah suatu peradangan
endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.
(Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada
endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998).
Endometritis adalah suatu infeksi yag
terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48
sampai 72 jam setelah melahirkan.(Obstetri dan ginekologi universitas
Padjajaran hal: 93,1981)
2.2 ETIOLOGI
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis
diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp.
dan Trichomonas foetus.
Endometritis
juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum. Organisme
penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran,
sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat banyak
faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda. Selain itu,
endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta
kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi
sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi
plasenta yang mengakibatkan involusi uteruspada periode
sesudah melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum
Persisten (CLP).
Sedang menurut Varney, H. (2001),
hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
·
Waktu persalinan lama, terutama disertai
pecahnya ketuban.
·
Pecahnya ketuban berlangsung lama.
·
Adanya pemeriksaan vagina selama
persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
·
Teknik aseptik tidak dipatuhi.
·
Manipulasi intrauterus (pengangkatan
plasenta secara manual).
·
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
·
Kelahiran secara bedah.
·
Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
2.3 Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),
1. Endometritis akuta
Terutama
terjadi pada masa post partum / post abortum.
Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada
endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab
yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi
gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada
abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban
dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut
dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah,
dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab
lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus,
memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung
dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis
akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya
dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis
akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak
menjalar.
Gejalanya :
·
Demam.
·
Lochea berbau : pada endometritis post
abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
·
Lochea lama berdarah malahan terjadi
metrorrhagi.
·
Kalau radang tidak menjalar ke
parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Terapi :
·
Uterotonika.
·
Istirahat, letak fowler.
·
Antibiotika.
·
Endometritis senilis perlu dikuret untuk
menyampingkan corpus carsinoma. Dapat di beri uterotonika.
2. Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan
diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid.
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam
keadaan normal dalam endometrium.Gejala-gejala klinis endometritis kronika
adalah leukorea dan menorargia. Sedangkan Pengobatannya tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan pada:
1. Pada tuberkulosis.
2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4. Pada polip uterus dengan infeksi.
5. Pada tumor ganas uterus.
6. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB
genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah
endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena
adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
·
Flour albus yang keluar dari ostium.
·
Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi.
Terapi :
·
Perlu dilakukan kuretase.
2.4 Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi
kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang
lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang
setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri
pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada
hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang
terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan
infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1. Nyeri abdomen bagian bawah.
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran.
·
Miometritis (pada otot rahim).
·
Parametritis (sekitar rahim).
·
Salpingitis (saluran otot).
·
Ooforitis (indung telur).
·
Pembentukan penahanan sehingga terjadi
abses.
(Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda
dan gejala endometritis meliputi:
·
Takikardi 100-140 bpm.Suhu 30 – 40
derajat celcius.
·
Menggigil.
·
Nyeri tekan uterus yang meluas secara
lateral.
·
Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
·
Sub involusi.
·
Distensi abdomen.
·
Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak,
berbau busuk, mengandung darah seropurulen.
·
Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali
jika disertai infeksi streptococcus.
·
Jumlah sel darah putih meningkat.
Menurut Varney, H (2001)
2.5
Patofisiologi
Kuman-kuman
masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktu
singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang
tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas
antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas
lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2.6 Komplikasi
·
Wound infection.
·
Peritonitis.
·
Adnexal infection.
·
Parametrial phlegmon.
·
Abses pelvis.
·
Septic pelvic thrombophlebitis.
2.7 Penatalaksanaan
Antibiotika
ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis
daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan
bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk
untuk terapi antibiotik.
Cairan
intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah
terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan
lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan
nutrisi yang memadai.
Pengganti
darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post
partum.
Tirah
baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
Tindakan
bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang
tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting.
Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan
dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin
ditemukan bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti
adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endometritis
adalah infeksi pada endometrium atau desidua, dengan ekstensi ke dalam
miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis biasanya terjadi akibat
infeksi naik dari saluran kelamin bawah. Dari perspektif patologis,
endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut vs kronis. Endometritis akut
ditandai dengan kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis
kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium.
Endometritis
ini mempunyai dua macam, yaitu endometritis akut dan kronis, dengan
gejala-gejala yang kadang terlihat dan kadang pula tidak terlihat, yang
terlihat seperti adanya demam, kontraksi uterus yang kurang baik, serta adanya
perdarahan yang tidak normal.
Endometriosis
ini disebabkan oleh karna adanya infeksi bakteri diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp.
dan Trichomonas foetus.
Endometritis
yang masuk melalui proses persalinan yang kurang menjaga kesterilannya.
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA NY “R’ USIA 23 TAHUN P1Ab0Ah1 POST PARTUM HARI ke-3
DENGAN ENDOMETRITIS
DI RB DENISA
1. PENGKAJIAN
Pada Tanggal: 22 Maret 2011, jam 09:30 WIB di RB Denisa
Pada Tanggal: 22 Maret 2011, jam 09:30 WIB di RB Denisa
A. DATA SUBYEKTIF
I.
Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 23 Th
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: jln. Mawar melati Gang II No 7
II. Keluhan Utama
Ibu mengatakan demam selama 3 hari dan keluar darah banyak dari jalan lahir
serta berbau.
III. Riwayat
menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 29 hari. Lamanya 6-7 hari, Sifat darah encer. Bau khas fluor albus tidak ada. Banyaknya ganti pembalut 3 kali dalam sehari. Dan terdapat perdarahan diluar siklus haid.
Menarche umur 13 tahun. Siklus 29 hari. Lamanya 6-7 hari, Sifat darah encer. Bau khas fluor albus tidak ada. Banyaknya ganti pembalut 3 kali dalam sehari. Dan terdapat perdarahan diluar siklus haid.
IV. Riwayat
kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mengidap penyakit menurun seperti asma, diabetes melitus,dsb dan penyakit menular seperti Hepatitis B, HIV/AIDS.
Ibu mengatakan tidak pernah mengidap penyakit menurun seperti asma, diabetes melitus,dsb dan penyakit menular seperti Hepatitis B, HIV/AIDS.
V. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit menurun seperti asma, diabetes militus, jantung dsb dan sedang tidak menderita penyakit menular seperti hepatitis B, HIV/AIDS dsb.
Ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit menurun seperti asma, diabetes militus, jantung dsb dan sedang tidak menderita penyakit menular seperti hepatitis B, HIV/AIDS dsb.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga Ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun sepeti asma, diabetes melitus, jantung dsb dan tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hepatitis B, HIV/AIDS dsb
Ibu mengatakan baik dari keluarga Ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun sepeti asma, diabetes melitus, jantung dsb dan tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hepatitis B, HIV/AIDS dsb
VII.
Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya dan tidak pernah menggalami keguguran
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya dan tidak pernah menggalami keguguran
VIII.
Riwayat Persalinan
Pada tanggal 20 Maret 2011 jam 01.55 wib telah melahirkan bayi perempuan, lahir normal di tolong oleh bidan, bayi langsung menangis keras, dengan berat badan 2700gram dan panjang badan 48 cm.
Pada tanggal 20 Maret 2011 jam 01.55 wib telah melahirkan bayi perempuan, lahir normal di tolong oleh bidan, bayi langsung menangis keras, dengan berat badan 2700gram dan panjang badan 48 cm.
IX.
Nifas
Ibu mengatakan setelah persalinan darahnya semakin banyak dan berbau.
Ibu mengatakan setelah persalinan darahnya semakin banyak dan berbau.
X. Riwayat
KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi IUD
selama 1 tahun.
XI. Pola
Kebiasaan Sehari-hari
a. Eliminasi
Ibu mengatakan 1x BAB dari melahirkan sampai sekarang. Konsistensi lunak warna kuning.dan BAK 3-4 x sehari dengan warna kekuningan, bau khas.
b. Nutrisi
Makan 3x sehari dengan komposisi 1 porsi nasi dan tempe.
Minum 4-5 gelas perhari.
c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2X sehari.
d. Mobilisasi
Ibu mengatakan setelah melahirkan sampai sekarang hanya terlentang setengah duduk di tenpat tidur.
a. Eliminasi
Ibu mengatakan 1x BAB dari melahirkan sampai sekarang. Konsistensi lunak warna kuning.dan BAK 3-4 x sehari dengan warna kekuningan, bau khas.
b. Nutrisi
Makan 3x sehari dengan komposisi 1 porsi nasi dan tempe.
Minum 4-5 gelas perhari.
c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2X sehari.
d. Mobilisasi
Ibu mengatakan setelah melahirkan sampai sekarang hanya terlentang setengah duduk di tenpat tidur.
XII.
Riwayat Psikososialspiritual
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya bila tidak bisa menyusui saat ibunya sakit., dan ibu juga cemas dengan kondisi yang sedang dialami. Hubungan dengan lingkungan sekitar baik dan rukun serta ibu dan keluarga selalu berdoa agar diberi kesehatan dan kemudahan dalam merawat bayinya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya bila tidak bisa menyusui saat ibunya sakit., dan ibu juga cemas dengan kondisi yang sedang dialami. Hubungan dengan lingkungan sekitar baik dan rukun serta ibu dan keluarga selalu berdoa agar diberi kesehatan dan kemudahan dalam merawat bayinya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan umum: kelihatan lemas
b.
Kesadaran umum : compos mentis
c.
Status emosional : stabil
d.
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 120 kali per menit
Pernafasan : 23 kali per menit
Suhu :390C
Nadi : 120 kali per menit
Pernafasan : 23 kali per menit
Suhu :390C
e.
Antropometri
TB : 157 cm
BB : 58 kg
TB : 157 cm
BB : 58 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak rontok
b. Muka :
simetris, tidak ada oedem, muka tidak pucat
c. Mata : simetris,
konjungtiva pucat, sclera putih, tidak ikterik.
d. Telinga
: simetris,sejajar mata,bersih, tidak ada infeksi dan
serumen.
serumen.
e. Hidung :
simetris, tidak infeksi, dan tidak ada sekret.
f. Mulut :
bibir tidak kering, tidak stomatitis, tidak ada gigi yang
berlubang.
berlubang.
g. Leher :
tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tiroid, dan
vena jugularis.
vena jugularis.
h. Payudara
: simetris, areola hiperpigmentasi, putting susu
menonjol.
menonjol.
i.
Abdomen : Tidak ada bekas luka, TFU 3 jari di
bawah pusat.
Kontraksi uterus lemah, uterus teraba lunak Kantong kemih kosong.
Kontraksi uterus lemah, uterus teraba lunak Kantong kemih kosong.
j.
Ekstermitas
Odema : tidak ada odema
Varises : tidak ada
Reflek patella : +
Odema : tidak ada odema
Varises : tidak ada
Reflek patella : +
k. Genitalia
luar
Varices : tidak ada
Perineum : utuh tak ada bekas luka episiotomi
Kelenjar Bartholini : tidak membesar
Pengeluaran lokhea : lokhea banyak dan berbau .
Varices : tidak ada
Perineum : utuh tak ada bekas luka episiotomi
Kelenjar Bartholini : tidak membesar
Pengeluaran lokhea : lokhea banyak dan berbau .
l.
Anus
Hemoroid : tidak ada
Hemoroid : tidak ada
3. Pemeriksaan
penunjang
·
Leukosit : terjadi kenaikan antara 15.000 – 30.000/mm3.
·
Hemoglobin dan Hematokrit : 9 g%
·
Kultur dari bahan intrauterus atau intraservical :
ditemukan biakan Streptococus hemoliticus aerobia, Staphylococus aureus,
Clostridium welchii, Escherichia colli.
·
Pemeriksaan USG trasvaginal
4.
Diagnosa potensial.
Peritonitis,
Adnexal infection, Abses pelvic
5.
Kebutuhan segera
Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi dan tindakan
selanjutnya.
C.
Assesment
Ny R P1Ab0Ah1 usia 23 tahun Post Partum hari ke 3 dengan Endometritis
Ny R P1Ab0Ah1 usia 23 tahun Post Partum hari ke 3 dengan Endometritis
Ø Masalah:
gangguan rasa nyaman
Ø Kebutuhan
:
·
berikan HE tentang personal higien
·
Berikan He tentang pola istirahat
·
Berikan HE tentang nutrisi
D. Planning tanggal : 22 maret 2011
jam : 10.00 wib
1)
Menjelaskan kepada ibu dan suami
pasien tentang hasil pemeriksaan bahwa ibumengalami endometriti.
E/ Ibu mengerti dan memahaminya
2)
Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hiegyn dengan mandi 2x
sehari,selalu menjaga kebersihan alat genital dengan cara memebersihkannya
dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir dan menegringkannya dengan
kain bersih agar tidak lembab sehingga akan terhindar dari kuman yang bisa
menyebabkan infeksi lebih parah.
E/ Ibu mengerti dan bersedia.
3)
Memberikan dukungan kepada ibu, dan
memotivasi keluarga untuk mendoakan agar kondisi ibu membaik.
E/ Keluarga bersedia memberikan
dukungan pada ibu
4)
Memberikan analgesik untuk mengurangi
rasa nyeri yaitu asam mefenamat.
E/ Asam mefenamat telah diberikan kepada ibu
5)
Melakukan
tes laboratorium untuk menentukan antibiotic apa yang akan diberikan
E/
tes laboratorium telah dilakukan
6)
Melakukan
uji elergi untuk mengetahui ibu tersebut elergi atau tidak terhadap antibiotik
yang akan diberikan
E/
uji elergi telah dilakukan
7)
Memberikan
antibiotik untuk menangani infeksi yang diderita ibu
E/ Antibiotik telah
diberikan kepada ibu
8)
Memasang infus. Infus telah dipasang
cairan berupa RL
E/.pasien terlihat lebih baik.
9)
Melakukan pemeriksaan TTV setiap 4
jam. TTV telah dilakukan dengan hasil
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 120 kali per menit
Pernafasan : 30 kali per menit
Suhu : 38 0C
E/Kondisi ibu mulai membaik dan ibu
mengerti.
10)
Kolaborasi dengan dokter obsgyn.untuk dilakukan pemeriksaan
ginekologi. E/Kolaborasi dilakukan.
11)
Melakukan pendokumentasian. Telah
dilakukan dokumentasi.
E/dokumentasi telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Taber, Ben-Zion.
(1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.Jakarta:
EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (Jilid 1).Jakarta: Media
Aesculapius.
Varney, H. (2002). Buku Saku Bidan.Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, H. (1991). ILMU KEBIDANAN. Edisi III.Jakarta : Gramedia.
SOAL –SOAL ENDOMETRITIS
1.Mikroorganisme
yang menyebabakan endometritis diantaranya,kecuali?
A.Brucella SP
B.Vibrio SP
C.Candidialis
D.Campylobakter foetus
E.Trikomonas foetus
2.Endometritis
terjadi setelah kejadian
1.Aborsi
2.Kelahiran kembar
3.Kerusakan jalan lahir setelah
melahirkan
4.kelahiran prematur
3.Faktor
penyebab dari endometritis adalah
1.Retensio sekundinarum
2.Distokia
3.Faktor penanaganan
4.Siklus birahi yang tertunda
4.
Gejala dari endometritis akut adalah
1.Perdarahan
2.Panas tinggi
3.Nyeri pada vagina
4.Lochea bernanah
5.
Terapi yang dapat diberikan pada
penyakit endometritis
1.Uterotonika
2.Istirahat
3.Antibiotik
4. Kuretase
6.
Adanya Endometritis yang disebabkan oleh
postabortum terutama terjadi pada kasus abortus?
a.
Abortus kompletus
b.
Missed abortion
c.
Abotus insipiens
d.
Abortus provocatus
e.
Abortus iminens
7.
Endometritis ada dua jenis, yaitu:
a.
Ringan dan sedang
b.
Berat dan ringan
c.
Kronis dan akut
d.
Sedang dan berat
e.
Ringan dan berat
8.
Pada endometritis kronis ada beberapa
gejala, diantaranya gejala pada kelainan haid, seperti:
1.
Oligomenorrhoe
2.
Metrorrhagi
3.
Kryptomenorrhoe
4.
Menorrhagi
9.
Komplikasi apa yang dapat terjadi
pada kasus endomertitis, kecuali?
a.
Abses pelvis
b.
Peritonitis
c.
Wound infektion
d.
Adnekxal infektion
e.
Kanker cerviks
10. Menurut
H.Varney ada beberapa hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita post
partum, diantaranya kecuali:
a.
Mengkonsumsi makanan yang tidak
sehat selama sebelum proses persalinana
b.
Persalinan lama
c.
Pecahnya ketuban lama
d.
Tekhnik aseptik yang tidak dipatuhi
dalam proses persalinan
e.
Trauma jaringan yang luas
2.Panas tinggi
3.Nyeri pada vagina
4.Lochea bernanah
ConversionConversion EmoticonEmoticon