MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOFISIOLOGI
” CERVIKSITIS ”
Disusun oleh kelompok 10:
Eva yuliana 2010.0661.063
Siti Mariyah 2010.0661.093
Linda
Anggraini 2010.0661.101
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011 – 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS”
Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Rachmawati Ika
S., M.Kes. yang telah
membimbing penulis sehingga terselesaikannya penulisan
makalah ini ,teman-teman D3 Kebidanan yang telah memberikan dorongan dan
motivasi serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini .
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari pada sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua dan
khususnya bagi D3 Kebidanan.
Surabaya, 28
Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar
isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
……..
B.
Rumusan
masalah . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……..
C.
Tujuan . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . ……..
BAB II PEMBAHASAN
- Pengertian servisitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . .
- Etiologi servisitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . ..
- Tanda dan Gejala servisitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
- Patofisiologi dari servisitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .
- Prognosa servisitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
- Klasifikasi servisitis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III ASUHAN
KEBIDANAN
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …….
B.
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …….
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar
Belakang.
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual )
tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara,
lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS. Servicitis
merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia
trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi
lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam
tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan
aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk
kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini
dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada
akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
2.1 Rumusan Masalah.
1.
Apa definisi dari Servisitis?
2.
Apa
patofisiologi dari Servisitis?
3.
Apa
gejala klinis dari Servisitis?
4.
Apa
tanda dan gejala dari Servisiti?
5.
Bagaimana
penatalaksanaan dari Servisitis?
3.1 Tujuan Masalah.
1.
Mahasiswa
dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2.
Mahasiswa
dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui gejala klinis servicitis
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui tanda dan gejala servicitis
5.
Mahasiswa
dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cervicitis
ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput
lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah
terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan
normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium
uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium
uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis
terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier
terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah
oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008)
Servisitis
adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel
selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris
sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. ( gynekologi
. FK UNPAD, 1998 )
Juga merupakan :
a. Infeksi non spesifik dari serviks
b. Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
a. Infeksi non spesifik dari serviks
b. Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini
terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan
ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit
atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap
infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum
hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan
albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik,
termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun
sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk
infeksi ke alat kelamin bagian atas.
Gambar : macam-macam
dari servisitis
2.2
Etiologi
Servisitis
disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti
streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini
menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam
jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
2.2.1 Servicitis dapat
disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
- Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
- Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.
- Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.
- Sekunder terhadap kolpitis.
- Tindakan intra dilatasi dll.
- Alat-alat atau obat kontrasepsi.
- Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin
2.3 Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian
besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada
cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam
endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
- Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
- Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
- Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.
2.4
Klasifikasi.
1. Cervicitis Akut.
Cervicities
akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan
ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang
disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini,
serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan
tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah
gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2. Cervicitis
Kronis.
Penyakit
ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar
pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam
endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a. Serviks
kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala,
kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b. Disini
pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang
ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c. Sobekan
pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan
dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret
mukopurulen bertambah pendek.
Pada
proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan
tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah
epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil
berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit
terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu,
cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks
yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan
meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting
untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis
kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks.
Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang
menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada
pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan.
Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun,
cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus
fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis,
yang menimbulkan inferilitas.
2.5 Gejala Klinis
Ø Keputihan
hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada
portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa
kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe
Ø Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan
saat melakukan hubungan seks.
2.6
Faktor Resiko
Beberapa
faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1.
Usia.
2.
Jumlah perkawinan
3.
Hygiene dan sirkumsisi
4.
Status sosial ekonomi
5.
Pola seksual
6.
Terpajan virus terutama virus HIV
7.
Merokok
2.7 Tanda dan Gejala
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak
gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia
2.8 Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan
metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan
pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik
serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh
eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis
harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari
biopsi.
2.9 Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat
diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami
kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani
histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah
histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan
penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan
diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76%
pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian
besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan
visual langsung
Gineskopi
Pap
net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
2.11 Pencegahan
Pencegahan terhadap
kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat
adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan
pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali,
yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan,
terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri
berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.
2.12
Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya
luka bedah yang terinfeksi lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase.
Salah satu terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada
keadaan ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng
efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.
BAB
III
ASUHAN
KEBIDANAN dengan SERVISITIS
Tanggal: Oleh:
A. DATA SUBYEKTIF
1.
Pengkajian
Nama : Ny. N
Umur : 30
tahun
Alamat : Jl.
Kampung Ramai gang suka-suka no. 008
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak
bekerja
2. Keluhan utama
Mengeluh
keputihan
banyak, kental dan berbau, perdarahan setelah hubungan, nyeri kencing, sakit
pinggang.
3. Pola kegiatan Sehari-hari
- Nutrisi : ibu mengatakan nafsu makan berkurang akibat rasa sakit di daerah abdomen
- Eliminasi : ibu mengatakan sakit saat berkemih
- Personal Hygiene : ibu mengatakan sering menggunakan pembersih kewanitaan.
- Seksual : sering melakukan hubungan seksual, nyeri saat bersenggama dan keluar darah.
4. Riwayat Obstetri
Pasien mengaku mempuyai
tiga anak. Anak pertama, kedua dan ketiga lahir spontan di bidan dan sehat.
5. Riwayat KB
Ibu
mengatakan pernah menggunakan KB AKDR seperti IUD
B. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
compos mentis
TD :
120/80 mmHg
S :
38,3 ⁰C
Nadi : 88 x/menit
RR :
20 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
Leher :
Terdapat pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Nyeri
suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran atas
abdomen.
Genetalia :
·
Inspeksi : tampak keputihan yg banyak berwarna putih kekuningan dan berbau
·
Inspekulo
: dapat dilihat keputihan yg kental keluar dari kanalis servikalis, berbau,
warna putih kekuning- kuningan, Pada portio tampak adanya erosi.
3) Pemeriksaan Penunjang
·
Dilakukan cek DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) dan dilakukan GTC
C. ASSESMENT
I.
Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa : Ny. N dengan
Servisitis
2. Masalah : Gangguan Sistem Gastrointestinal
Gangguan Sistem Urogenital
Gangguan Rasa Nyaman
3.
Kebutuhan : KIE tentang penyakit servisitis
KIE tentang pola seksual dan personal hygine
Dukungan dan support dari keluarga atau orang
terdekat
D.
IDENTFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak Ada
E. PLANNING
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami mengenai
keadaan ibu saat ini, bahwa ibu mengalami radang mulut rahim.
R/ pasien memahami keadaan dirinya
sehingga lebih kooperatif dalam pemberian tidakan
2) Melakukan inform consent untuk persetujuan tindakan medik yang akan
dilakuan. Melakukan
kolaborasi dengan dokter untuk :
ü Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan paps mear
ü Pemberian antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam
secret
ü Bila cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam
AgNO3 10 % dan irigasi
ü Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau
Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
3) Memberikan motivasi kepada ibu bahwa ibu dapat menghadapi masalah ini.
R/ Agar ibu lebih tenang dan tidak terlalu khawatit
atau cemas akan keadaan nya yag sekarang
4) Memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai personal hygiene.
R/ Agar ibu dapat menjaga kebersihan dan
meminimalisir infeksi yang berlebihan
5) Rujuk ibu ke pelayanan kesehatan
yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang
komprehensif
R/ Tindakan yang tepat dan diperiksa
secara dini di pelayanan yang memadai bisa memperingan gejala yang dialami.
F. EVALUASI
Tanggal : Pukul
:
S : Ibu mengatakan mengerti tentang hal-hal yang sudah dijelaskan.
O : Ibu dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dianjurkan dan dapat mengulang sebagian materi yang
disampaikan.
A : Ny.
N dengan servisitis
P : Kunjungan ulang 3 hari lagi atau
sewaktu-waktu bila ada keluhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan.
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis
cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu
lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput
lendir vagina. Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor
cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi
dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan
ectropion.
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.
4.2 Saran
- Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada daerah genetalia.
- Tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks.
DAFTAR
PUSTAKA
Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1981. Ginekologi : Bandung
Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
KUMPULAN
SOAL-SOAL SERVISITIS :
- Etiologi dari servisitis disebabkan oleh kuman-kuman mikoplasma dan mikroorganisme, seperti :
a.
Trikomonas vaginalis, kandida, streptococcus, enterococcus, e. coli, dan
stapilococcus
b. Trikomonas vaginalis dan stapilococcus
c. E. coli dan enterococcus
d. Salah semua
e. Benar semua
2. Penyakit servisitis pada sebagian besar dijumpai pada
wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besar pada cerviks,
dikarenakan :
a. Bekas operasi SC
b. Partus atau abortus sehingga memudahkan masuknya
kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan
infeksi menahun
c. Adanya infeksi menahun dari ibu
d. Abortus spontan
e. Riwayat melahirkan gemeli
3. Gambaran patologis dari servisitis dapat ditemukan dari
:
a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks.
b. Pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya,
sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa
endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion).
d. Tidak ada yang benar
e. Semua pilihan benar
- Klasifikasi dari servisitis, yaitu :
a. Servisitis primer dan servisitis sekunder
b. Servisitis sementara dan servisitis menahun
c. Servisitis akut dan servisitis sementara
d. Servisitis akut dan servisitis kronis
e. Servisitis sekunder dan servisitis tersier
- Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala dan gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, gangguan kemih, perdarahan saat berhubungan seks. Merupakan gejala klinis dari :
a. Pelviksitis
b. Adneksitis
c. Servisitis
d. Penyakit radang genetalia interna
e. Tidak ada yang benar
6. Manifestasi klinis dari servisitis untuk menegakkan
diagnose bahwa pasien tersebut menderita servisitis, yaitu :
a. Keluhan metroragi, keputihan warna
putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus,
perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas dapat juga ditemukan keluhan cepat
lelah, kehilangan berat badan, dan anemia.
b. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat
teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat
lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.
c.
Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan
jaringan yang diperoleh dari biopsi.
d. Jawaban A, B dan C benar
e. Jawaban B benar
7. Adapun pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose
servisitis adalah :
a. MRI dan USG
b. Cek DPL dan GTC
c. Biopsi, Gineskopi, dan Pap net
d. Sitologi, Kolkoskopi, Servikografi, Gineskopi, Pap net
dan pemeriksaan visual langsung
e. Pemeriksaan visual langsung
8. Pencegahan terhadap
kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Pemeriksaan seperti apakah untuk mencegah servisitis :
a. Pap smear yang dikakukan minimal setahun sekali
b. Pap smear dan vaksin HPV yang diberikan pada perempuan usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak 3x, yaitu pada bulan ke nol, satu,
dan enam
c. Vaksin HPV yang diberikAn
pada perempuan usian 17 hingga 35 tahun sebanyak 3x, yaitu pada bulan satu,
tujuh dan sepuluh
d. Pap smear dan vaksin HPV yang diberikan pada usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak 5x
e. Vaksin HPV yang diberikan pada perempuan usia 17
hingga 35 tahun melalui suntikan sebanyak 3x, yaitu pada bulan ke nol, satu,
dan enam
9. Tanda dan gejala dari servisitis adalah :
a. Perdarahan, keputihan yang berbau
dan tidak gatal, cepat lelah,
kehilangan
berat badan, dan anemia
a. Perdarahan saat berhubungan, nyeri pada abdomen, dan
nyeri saat berhubungan seksual
b. Spooting, pusing, anemia, keputihan yang tidak gatal
dan berbau
c. Dismenorhea, keputihan yang kental dan bau, cepat
lelah
d. Nyeri abdomen, nyeri punggung, barat badan menurun
secara cepat
10. Vaksin
HPV (Human papiloma viru ) dapat
diberikan pada perempuan dengan usia
1. 10-55
th
2. 20
th
3. 25
th
4. 40
th
Jawab: E benar semua
ConversionConversion EmoticonEmoticon