MAKALAH
ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI
PROGRAM
STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH SURABAYA
LEMBAR
PENGESAHAN
Makalah dengan
judul “ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI” yang disusun oleh:
Telah di setujui
dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dosen
Pembimbing
Umi
Ma’rifah, SST
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI” ini
dapat diselesaikan.
Untuk
itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat
Ibu Umi Ma’rifah, SST yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami memohon
saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun.
Surabaya, 30 maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR
ISI...................................................................................................
DAFTAR
GAMBAR.......................................................................................
BAB
1 .. PENDAHULUAN............................................................................
1.1
Latar belakang..........................................................................
1.2
Rumusan masalah.....................................................................
1.3
Tujuan.......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................
2.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA.......................
2.1.1 Letak............................................................................
2.1.2 Bentuk.........................................................................
2.1.3 Ukuran…....................................................................
2.1.4 Struktur Makroskopis..................................................
2.1.5 Struktur Mikroskopis...................................................
2.1.6 Vaskularisasi..................................................................
2.1.7 Drainase Limfatik..........................................................
2.1.8 Persarafan......................................................................
2.2
FISIOLOGI LAKTASI..........................................................
2.2.1 Produksi ASI ..............................................................
2.2.2 Pengeluaran air susu...................................................
2.2.3 Pemeliharaan laktasi...................................................
2.3 PENGARUH HORMONAL DALAM
PEMBENTUKAN ASI............................................................
2.3.1 Progesteron....................................................................
2.3.2 Estrogen.........................................................................
2.3.3 Follicle Stimulating Hormone........................................
2.3.4 Luteinizing Hormone.....................................................
2.3.5 Prolaktin........................................................................
2.3.6 Oksitisin.........................................................................
2.3.7 Human Placenta Lactogen.............................................
2.4 KOMPOSISI ASI.................................................................... .
2.5 KEUNTUNGAN DAN MANFAAT ASI...............................
2.5.1 Keuntungan ASI...........................................................
2.5.2 Manfaat ASI..................................................................
2.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI......
2.6.1 Frekuensi penyusuan.....................................................
2.6.2 Berat lahir......................................................................
2.6.3 Umur kehamilan saat melahirkan...................................
2.6.4 Umur dan paritas...........................................................
2.6.5 Stress dan penyakit akut................................................
2.6.6 Konsumsi rokok.............................................................
2.6.7 Konsumsi alcohol..........................................................
2.6.8 Pil kontrasepsi................................................................
2.7 MASALAH DALAM MENYUSUI........................................
2.7.1 Lama dan frekuensi menyusui.......................................
2.7.2 Masalah menyusui masa pasca persalinan
lanjut............
2.7.3 Masalah menyusui pada bayi.........................................
2.8 PERAWATAN ANTENATAL DAN POSTNATAL
PADA PAYUDARA................................................................
2.8.1 Perawatan antenatal.......................................................
2.8.2 Perawatan postnatal.......................................................
BAB
3 PENUTUP.........................................................................................
3.1
Simpulan...................................................................................
3.2 Saran......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur
Payudara…………………………………………………
Gambar 2.2 Bentuk Putting Susu Normal……………………………………...
Gambar 2.3 Bentuk Putting Susu Pendek………………………………………
Gambar 2.4 Bentuk Putting Susu Panjang……………………………………..
Gambar 2.5 Bentuk Putting Susu Terbenam/Terbalik…………………………
Gambar 2.6 Payudara saat Laktasi……………………………………………..
Gambar 2.7 Pembentukan ASI…………………………………………………
Gambar 2.8 Refleks Oksitosin…………………………………………………
Gambar 2.9 Tehnik Memerah Susu……………………………………………
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Meningkatnya perjuangan hak-hak
asasi wanita dalam meniti karier untuk
bekerja diluar rumah sampai pada titik kritis dengan meninggalkan tugas
utamanya untuk memberi ASI dan menggantikan dengan susu botol (formula).
Disamping itu propaganda susu formula demikian gencarnya sehingga mereka yang
merasa diri mampu dan terpelajar,merasa makin meningkat kedudukannya bila dapat
menggantikan ASInya dengan susu formula.
Kecenderungan demikan telah
mencapai titik yang sangat rawan sehingga pemerintah mengambil sikap untuk
dapat mengembalikan fungsi hakiki wanita untuk dapat memberikan ASI. Ketetapan
tersebut diikuti upaya mengembalikan fungsi wanita untuk dapat memberikan ASI
tanpa menghalangi kesempatan sebagai wanita karier.
Saat ini usaha untuk meningkatkan
penggunaan ASI telah menjadi tujuan global setiap tahun pada tangga 1-7 Agustus
adalah pecan ASI sedunia. Di Indonesia walaupun sejak tahun 1992 telah
dilakukan kegiatan Rumah Sakit Sayang Bayi kemudian di tambah lagi dengan
kegiatan Rumah Sakit Sayang Ibu sejak 1999,situasi menyusui masih belum seperti
yang diharapkan. Harapannya adalah bahwa di Indonesia pemberian ASI pada tahun
2010 menjadi 80%. Kenyataannya pada SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia)
tahun 2002-2003 walaupun pemberian ASI rata-rata 22,3 bulan tetapi inisiasi
dini pemberian ASI <1 jam hanya 3,7%,ASI ekslusif 0-4 bulan 55,1%,ASI
ekslusif 0-6 bulan 39,5%;rata-rata durasi ASI ekslusif 1,6 bulan; penggunaan
botol 32,4%.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
anatomi dan fisiologi payudara?
2. Bagaimana
fisiologi laktasi?
3. Bagaimana
pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI?
4. Apa
saja komposisi air susu ibu?
5. Apa
saja keuntungan dan manfaat pemberian air susu ibu?
6. Bagaimana
proses pembentukan ASI?
7. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI?
8. Apa
saja masalah-masalah dalam menyusui?
9. Bagaimana
memberikan perawatan payudara antenatal dan postnatal?
1.3 TUJUAN
Tujuan umum:
1. Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi payudara.
2. Untuk
mengetahui bagaimana fisiologi laktasi.
Tujuan khusus:
1. Untuk
mengetahui apa saja komposisi air susu ibu.
2. Untuk
mengetahui pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI.
3. Untuk
mengetahui keuntungan dan manfaat pemberian air susu ibu.
4. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI.
5. Untuk
mengetahuiapa saja masalah-masalah dalam
menyusui.
6. Untuk
mengetahui apa saja perawatan payudara antenatal dan postnatal.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PAYUDARA
Gambar 2.1
Struktur Payudara
(http://www.m3undip.org)
Payudara wanita disebut
juga glandula mammaria,adalah alat reproduksi tambahan.
2.1.1
Letak
Setiap payudara terletak pada
setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara
terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas musculus
pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
2.1.2
Bentuk
Masing-masing payudara berbentuk
tonjolan setengah bulat dan mempunyai ekor(cauda) dari jaringan yang meluas ke
ketiak atau axila (disebut cauda axiallaris spences)
2.1.3
Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk
setiap individu,juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang
lain.
2.1.4
Struktur Makroskopis
a. Cauda
axillaris
adalah jaringan payudara yang meluas kearah
axilaris
b. Areola
adalah daerah lingkaran yang
terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. areola berwarna merah muda pada
wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat,dan
warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum Montgomeri.
c. Papilla
mammae
Terletak dipusat areola mammae setinggi
iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang
kira-kira 6 mm,tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan
yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium
papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer ini
dilapisi oleh epitel.
Gambar 2.2 Bentuk puting susu normal
Gambar 2.3 Bentuk puting susu pendek
Gambar 2.4 Bentuk puting susu panjang
Gambar 2.5 Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
(http://sobatbaru.blogspot.com)
2.1.5
Struktur mikrokospis
Payudara terutama tersusun atas
jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi
oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan
fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk
yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan
tersusun atas bangun seperti berikut:
a. Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang
menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air
susu,disebut acini,yang mengekstrasi factor-faktor dari darah yang penting
untuk pembentukan air susu. Disekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel
mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’ (basket cell). Atau sel
‘laba-laba’ (spider cell). Apabila
sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan
air susu kedalam ductus lactifer.
b. Tubulus
lactifer
Saluran kecil yang berhubungan
dengan alveoli.
c. Ductus
lactifer
Adalah saluran sentral yang
merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d. Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactifer
yang melebar,yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah
areola. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
2.1.6
Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke
payudara berasal dari arteria mammaria interna,arteria mammaria externa,dan
arteria-arteria intercostalis superior.drainase vena melalui pembuluh-pembuluh
yang sesuai, dan akan masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.
2.1.7
Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam
kelenjar axillaris,dan sebagian akan dialirkan kedalam fissure portae hepar dan
kelenjar mediastinum. Pembuluh limfatik dan masing-masing payudara berhubungan
satu sama lain.
2.1.8
Persyarafan
Fungsi payudara terutama
dikendalikan oleh aktivitas hormone,tetapi kulitnya dipersyarafi oleh
cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis,terutama
disekitar areola dan papilla mammae
(sumber: sylvia;1-4)
2.2
FISIOLOGI LAKTASI
2.2.1 Produksi Air susu ibu
Terjadi
peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat ekstraksi bahan
penting untuk pembentukan air susu. Globulin,lemak dan molekul-molekul protein
dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju
ke tubuli lactifer.
Peningkatan
kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demuikian juga mempunyai
fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali tiap
jam agar pengaruhnya benar-benar efektif .kadar prolaktin paling tinggi adalah
pada malam hari,dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam
hari,yang biasanya memang demikian,maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliabel harus dipakai
apabila ingin menghindari kehamilan.
Gambar 2.6 Payudara saat laktasi
2.2.2 Pengeluaran air susu
Apabila
bayi disusui,maka gerakan menghisap yang beerima akan menghasilkan rangsangan
saraf yang terdapat didalam grandula pituitaria posterior. Akibat langsung
reflek ini adalah dikeluarkanyya oksitosin dari pituitaria posterior: hal ini
akan mneyebabkan sel-sel mioepitel (sel keranjang atau sel laba-laba) disekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh
lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam
ampullae. Reflek ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit,misalnya jahitan
perineum. Dengan demikian penting untuk mendapatkan ibu dengan posisi yang
nyaman,santai,dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak.
Sekresi
oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu
involusi uterus selama puerperium (masa nifas)
2.2.3 Pemeliharaan laktasi
Dua
factor penting pemeliharaan laktasi adalah:
a. Rangsangan
Bayi
yang minum air susu ibu perlu sering menyusu,terutama pada hari-hari neonatal
awal. Penting bahwa bayi “di fiksasi” pada payudara dengan posisi yang benar
apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi
bayi sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan diberikan pada ampulla
yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpanyya air susu. Dengan demikian bayi
minum dari payudara,dan bukan dari papilla mammae. Apabila ibu megeluh rasa
sakit,maka bayi tidak terfiksasi dengan benar.
b. Pengosongan
payudara secara sempurna
Bayi
sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain.
Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua,maka pada pemberian air
susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi
mungkin sudah kenyang dengan satu payudara,maka payudara yang kedua digunakan
pada pemberian air susu berikutnya. Apabnila diingibkan agar bayi benar-benar
puas(kenyang),maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama maupun air susu
kedua pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan
sempurna pada satu payudara
(sumber:
sylvia;10-11)
2.3
PENGARUH HORMONAL DALAM
PEMBENTUKAN ASI
Gambar
2.7 Pembentukan ASI
(http://www.harunyahya.com)
Mulai
dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara:
2.3.1
Progesteron
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran
2.3.2
Estrogen
menstimulasi
sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan
tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI
2.3.3
Follicle stimulating
hormone (FSH)
2.3.4
Luteinizing hormone
(LH)
2.3.5
Prolaktin
membesarnya alveoil dalam kehamilan.Hormon prolaktin
/hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang
membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek
penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau
haid.
2.3.6
Oksitosin
Gambar 2.8 Refleks oksitosin
(http://www.lusa.web.id)
mengencangkan
otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga
dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.Hormon oksitosin/ hormon
pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat
otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.
2.3.7
Human placental
lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola
sebelum melahirkan.
2.4
KOMPOSISI ASI
Rata-rata
sampel ASI yang dikumpulkan selama 24 jam mengandung:
a. Protein
1,5%
Jauh lebih mudah dicerna bayi jika
dibandingkan dengan protein air susu sapi. Protein dari susu (curd) disebut
kasein. Kadar protein yaitu laktalbumin dan laktoglobulin lebih besar pada ASI
ibu dibanding air susu sapi.
b. Lemak
3,5%
ASI mengandung lemak jenuh dan
tidak jenuh yang sama kadarnya, yang dapat diabsorbsi oleh bayi secara lebih
mudah dari pada butir-butir lemak yang terdapat pada susu sapi. Kadar
kolesterol lebih tinggi dibanding air susu sapi. Diduga bahwa karena bayi telah
belajar mengelola kolesterol pada stadium awal ini, maka terdapat insidens
penyakit jantung yang lebih rendah dari pada masa dewasanya.
c. Karbohidrat
7,0%
Mengandung factor bifidus, dan
factor ini tidak terdapat didalam air susu sapi.
d. Garam
mineral 0,2%
Natrium dalam kadar yang ideal untuk
bayi manusia, sedangkan kalsium fosfor magnesium kadarnya dalam ASI ibu cocok
untuk bayi dibanding kadarnya yang lebih tinggi pada air susu sapi.
e. Air
87,8%
f. Vitamin
Kadar vitamin A, B, C, D, dan E
lebih tinggi dibanding kadarnya dalam air susu sapi, tetapi terdapat lebih
sedikit vitamin K dalam ASI. Dengan demikian beberapa ahli penyakit anak akan
memberikan suntikan vitamin K kepada semua bayi baru lahir,tetapi cara demikian
bukan merupakan prosedur yang diterima secara umum.
Faktor pelindung yang terdapat
dalam air susu bu maupun didalam kolostrum:
1) Imunoglubulin
protektif
2) Lactoferin
3) Lisosom
4) Faktor antitrypsin
5) Faktor
bifidus
(sumber: sylvia;13-14)
2.5 KEUNTUNGAN DAN MANFAAT ASI
2.5.1 Keuntungan ASI
1) Keuntungan
untuk bayi
a. ASI
adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
b. ASI mudah dicerna oleh bayi dan jarang
menyebabkan konstipasi.
c. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah
diserap oleh bayi.
d. ASI
kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan
infeksi dan penyakit lainnya.
e. ASI dapat mencegah karies karena mengandung
mineral selenium.
f. Dari
suatu penelitian di Denmark
menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi
dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena Asi mengandung DHA/AA.
g. Bayi
yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln akan menurunkan resiko sakit jantung
bila mereka dewasa.
h. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi
saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko
kematian bayi mendadak.
i.
Memberikan ASI juga membina ikatan kasih
sayang antara ibu dan bayi.
2) Keuntungan
untuk ibu
a. Memberikan
ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi
resiko perdarahan.
b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil
ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
c. Menyusui
(ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
d. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya
kanker payudara pada perempuan menyusui tercatat paling sangat rendah. Maka
dari itulah, karena begitu besar manfaat dari ASI, maka WHO dan UNICEF
menganjurkan agar para ibu memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu hanya memberikan ASI
saja tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan.
Begitu banyak
keuntungan yang diberikan Air Susu Ibu baik untuk ibu maupun bayi. Berikanlah
Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi anda sebagai hadiah terindah dalam menyambut
kelahirannya,
(sumber: www.perempuan.com)
2.5.2
Manfaat ASI
Adapun beberapa
manfaat ASI yaitu:
a. ASI
melindungi bayi anda dari masalah saluran pencerna seperti diare, masalah
pernapasan seperti infeksi saluran napas serta infeksi telinga. ASI ekslusif
tanpa makanan padat selama paling tidak enam bulan akan memberikan perlindungan
yang lebih besar. Perkembangan penyakit peradangan usus seperti Penyakit
Chrohn’s yang bisa terjadi dikemudian hari bisa dicegah dengan pemberian ASI.
b. ASI
dapat mencegah bayi dari penyakit alergi. Keadaan seperti alergi saluran
percernaan atau alergi kulit seperti eczema dapat dicegah.
c. Pemberian
ASI dapat meningkatkan intelegensi anak anda. ASI memiliki hubungan dengan IQ
atau kecerdasan yang tinggi. Adalah asam lemak dalam ASI yang memiliki peran
terhadap perkembangan otak anak.
d. Penyapihan
dengan ASI dapat mencegah obesitas dikemudian hari. Penelitian memperlihatkan
pemberian ASI sedini mungkin berkaitan dengan penurunan resiko obesitas.
e. Pemberian
ASI dapat mencegah bayi dari penyakit leukemia. Baik itu Leukemia akut
limfoblastik maupun leukemia akut myeloid.
f. Selain
itu menyusui dengan ASI juga mampu mencegah perkembangan penyakit DM atau
diabetes melitus tipe 1, penyakit gula yang disebabkan oleh kerusakan pada
pankreas.
g. Dengan
pemberian ASI infeksi dan tekanan darah tinggi yang mungkin terjadi kemudian
dapat dicegah.
h. ASI
dapat menurunkan resiko Sindrom Kematian Bayi Tiba-tiba atau SIDS-sudden infant
death syndrome-.
i.
Buat ibu yang menyusui
sendiri dengan menyusui itu akan membantu menurunkan berat badan yang berlebih.
j.
Keuntungan lainnya bagi
ibu adalah mengurangi tingkat stres dan menurunnya tingkat perdarahan pasca
melahirkan/pasca salin atau hemorrhagic postpartum.
k. Penelitian
menunjukkan bahwa ibu semakin lama menyusui maka semakin terproteksi dari
kanker payudara dan kanker ovarium.
l.
Dan terakhir dan
mungkin penting diperhatikan oleh ibu adalah menyusui dapat memproteksi
terjadinya osteoporosis dikemudian hari.
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
2.6.1 Frekuensi
Penyusuan
Pada
studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal
dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi prematur belum
dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu
dengan bayi cukup bulan
menunjukkan
bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan produksi ASI yang cukup (de
Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8
kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2.6.2
Berat Lahir
Prentice
(1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk
mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan
kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui
selama 14
hari
pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi
yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.
2.6.3
Umur Kehamilan saat
Melahirkan
Umur
kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
2.6.4 Umur dan Paritas
Umur
dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi
terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam
ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan
pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25
bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada
hari keempat setelah melahirkan lebih
tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991),
meskipun oleh Butte et al (1984) dan
Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara paritas dengan intik
ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
2.6.5
Stres dan Penyakit Akut
Ibu
yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran
ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung
baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari
berbagai tipe stres ibu khususnya
kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik
yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi
produksi
ASI.
2.6.6
Konsumsi Rokok
Merokok
dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989)
menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan
penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Meskipun demikian pada studi ini
dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui
6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama,
dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982)
mengemukakan bahwa ibu yang merokok
lebih dari 15 batang rokok/hari
mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah
pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
2.6.7
Konsumsi Alkohol
Meskipun
minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses
pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada
dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan
ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis
0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi
rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
2.6.8
Pil Kontrasepsi
Penggunaan
pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI
(Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume
ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives,
1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan
pil progestin untuk ibu menyusui yang
menggunakan pil kontrasepsi.
Ada
dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan
pengosongan payudara. Kurva berat badan
bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi
ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber
zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi
dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari
precursor yang ada di plasma; 2)
disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung
dari plasma ke ASI (Butte,
1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal
dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI,
sedangkan vitamin dan mineral berasal
dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi
plasma dapat juga mempengaruhi komposisi
ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
(Vaughan,
1999).
Aspek
gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan
dalam penggunaan zat gizi. Perubahan
status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif,
netral, atau negatif terhadap bayi yang
disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah
maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil
dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non
fisiologi berperan secara langsung dan tidak
langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan,
status gizi ibu, penyakit akut, dan pil
kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol.
2.7
MASALAH-MASALAH DALAM
MENYUSUI
2.7.1 Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya
dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan
di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui
yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai
kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha
menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.
Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama
masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
2.7.2 Masalah Menyusui Masa Pasca
Persalinan Lanjut
1) Sindrom
ASI Kurang
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi
akan ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu,
bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa
membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang. Sehingga terkadang
timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk
menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat
badan bayi secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
2) Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi
alasan tidak dapat menyusui bayinya. Banyak cara yag dapat digunakan untuk
mengatasi hal tersebut,antara lain:
- Bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu memungkinkan.
- Menyusui sebelum berangkat bekerja.
- Perahlah ASI sebagai persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
- Di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan payudara setiap 3-4 jam.
- ASI perah dapat disimpan di lemari es atau freezer.
- Pada saat ibu di rumah, susuilah bayi sesering mungkin dan rubah jadwal menyusui.
- Minum dan makan makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja dan menyusui.
Gambar
2.9 Tehnik memerah susu
2.7.3
Masalah Menyusui Pada Bayi
1)
Bayi sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI
2)
Bayi Bingung putting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
a.
Bayi menolak menyusu
b.
Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
c.
Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting
antara lain:
a.
Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
b.
Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3)
Bayi dengan BBLR dan bayi prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
4)
Bayi dengan ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi
hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a.
Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
b.
Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on
demand.
Oleh
karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum.
Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan
melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
5)
Bayi dengan Bibir sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
a.
Posisi bayi duduk.
b.
Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c.
Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
d.
Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis
(sumbing pada bibir dan langit-langit).
6)
Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7)
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
8)
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual
Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
2.8 PERAWATAN ANTENATAL DAN POSTNATAL PADA
PAYUDARA
2.8.1 Perawatan
Antenatal
1) Gizi
Tidak perlu perubahan kebiasaan makanan apabila calon
ibu telah mempunyai gizi yang baik dengan makanan yang seimbang. Walaupun
demikian,klinik antenatal memberikan kesempatan yang sangat baik untuk
memperbaiki diet para wanita yang makan secara tidak benar. Peningkatan asupan
protein harian dianjurkan oleh beberapa ahli gizi,demikian juga halnya dengan
kalsium,suatu mineral yang disimpan untuk persiapan laktasi. Zat besi juga
disimpan untuk persediaan kebutuhan bayi saat bayi minum air susu ibu dan
dengan demikian diet ibu harus terdiri dari makanan harian yang mengandung
mineral-mineral tersebut. Tambahan zat besi, yang diberikan bersamam dengan
asam folat, diberikan selama kehamilan oleh beberapa dokter ahli kebidanan, tetapi
tidak ada aturan umum mengenai hal ini. Vegans dan beberapa vegetarian (orang
yang hanya makan dari bahan nabati atau tumbuhan) memerlukan nasihat tambahan
mengenai diet mereka selama kehamilan.
2) Pemeriksaan
Pemeriksaan payudara dilakukan pada kunjungna
pertama antenatal sebgai bagian dari pemeriksaan umum,dan payudara dipalpasi untuk
mengesampingkan adanya massa.
Tanda-tanda kehamilan meliputi penampakan vena-vena dan perubahan pigmentasi
dan perlu diamati adnya tuburculum mentgomery
Perlu dicatat pula mengenai operasi payudara yang
pernah dialami ibu. Pengangkatan kista payudara mestinya tidak akan menimbulkan
massalah terhadap terjadinya laktasi,tetapi setelah mengalami mammo-plasti
metode tertentu atau mengalami reposisi papilla mammae,maka pemberian air susu
ibu tidak mungkin dilakukan.
3) Hygiene
Hygiene yang diperlukan adalah kebersihan
sehari-hari yang biasa. Pemakaian sabun pada papilla mammae dan areola mammae
sebaiknya dihindari,karena kebanyakan sabun akan merusak minyak pelindung alami
yang disekresi oleh tuberkulum Montgomery.
4) Penopang
Sebagian besar wanita merasa lebih nyaman memakai
bra (kutang).karena ukuran dan berat payudara meningkat selama kehamilan,maka
bidan dapat diminta nasihatnya mengenai desain yang sesuai.dimungkinkan untuk
mendapatkan bra yang ukurannya 10 cm dan dengan demikian daapt dipakai selama
kehamilan,karena penopang ini juga cocok untuk dipakai pada masa laktasi. Untuk
kenyamanan,penopang ini perlu selempang bahu yang lebar dan pita diafragma yang
dalam. Penopang payudara untuk ibu menyusui yang ditawarkan melalui iklan,yang
mempunyai potongan yang dapat dibuka,seyogyanya tidak dipakai,karena akan
meningkatkan tekanan disekeliling payudara. Beberapa wanita juga senang memakai
penopang payudara pada malam hari karena payudara mereka menjadi lebih berat.
5) Pendidikan
Kelas-kelas bagi calon orang tua selalu memasukkan
modul yang berhubungan dengan makanan bayi dan menjelang akhir kehamilan yaitu
trimester terakhir,mungkin merupakan waktu yang paling efektif
2.8.2
Perawatan postnatal
1) Kesehatan
umum
Istirahat yang cukup dan menghindari kecemasan
merupakan faktor yang sangat pentimg dan suasana di sekitar ibu harus tetap
setenang mungkin. Sekarang kecemasan tidak lagi dipercaya dapat memengaruhi
reflex neorohormonal,walaupun demikian suasana yang menyenagkan sangat kondusif
bagi laktasi yang berhasil dan ikatan ibu/bayi yang baik. Kelelahan diremehkan
sebagai faktor yang ikut berperan dalam kegagalan pemberian air susu ibu.
2) Penopang
Seperti pada wanita dimasa anteanatal,kebanyakan
para ibu lebih nyaman memakai bra,terutama pada hari ke -2 dan ke-3 saat
payudara mulai terisi jenis-jenis bra. Yang dipakai selama kehamilan juga cocok
untuk dipakai saat postnatal. Kolostrum atau air susu ibu dapat menetes (keluar
dengan sendirinya) dari payudara,sehingga bantalan penghisap sekali pakai dapat
dipakai di sebelah dalam bra.
3) Kebersihan
Biasanya kebersihan sehari-hari seperti pada masa
antenatal
4) Tehnik
Memberi Air Susu
Setelah kelahiran ysng normal,maka
bayi diberi minum air susu ibu dibangsal bersalin. Apabila kelahiran tidak
normal,maka pemberian air susu ibu dapat dilakukan segera setelah kondisi ibu
dan bayi memungkinkan. Tidak ada aturan yang pasti mengenai hal ini,tetapi pada
beberapa jam pertama ibu biasanya lama mendekapkan bayinya pada payudara dan
memberikan air susunya. Terdapat sedikit air susu didalam payudara segera setelah
melahirkan,namun reflex mengisap naluriah bayi sebaiknya dipuaskan juga.
Pemberian yang pertama yang meskipun hanya sedikit akan memuaskan ibu dan bayi.
Dan harus dibantu oleh bidan terampil yang bias mengajari ibu bagaimana
memfiksasi bayi secara benar.
Kadar prolaktin meningkat sebanding
dengan frekuensi minim air susu ibu,makin sering bayi minum air susu ibu,maka
masa peralihan dari kolostrum menjadi air susu ibu yang matur akan makin
singkat. Karena mengisap juga merangsang produksi oksitosin,maka akan makin
cepat terjadinya reflex neurohormonal. Bayi sebaiknya juga diberi air susu ibu
oleh ibunya pada malam hari,dan bukannya diberi makanan tambahan sekedar agar
tidak mengganggu ibu pada malam hari. Produksi air susu ibu terus berlangsung
pada malam hari,saat kadar prolaktin paling tinggi,dan apabila payudara tidak
dikosongkan,maka alveoli akan mengalami kongesti(bendungan) dan terjadi
pembengkakan karena air susu.
5) Pemeriksaan
Harian
Pemeriksaan payudara dan papilla
mammae harian untuk menilai aliran dan banyaknya air susu ibu serta untuk
menyingkirkan adanya ifeksi. Memberikan kesempatan untuk merencanakan pemberian
minum selama 24 jam.
6) Penekanan
Laktasi
Apabila penekanan laktasi dilakukan
segera setelah melahirkan,maka jelas bahwa bayi tidak mendapatkan air susu ibu
di bangsal bersalin. Apabila tidak terjadi pengisapan payudara oleh bayi,maka
tidak terjadi perangsangan pelepasan prolaktin. Pada hari ke-3 dan ke-4 setelah
melahirkan,bendungan pembuluh darah akan memperbesar pembuluh lactifer dan air
susu ibu perlu diperas dengan hati-hati dan ini hanya untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman. Payudara perlu disangga dengan baik dengan memakai bra. Rasa
tidak nyaman dapat dihilangkan dengan pemberian analgetik ringan.
BAB
3
PENUTUP
3.1
SIMPULAN:
ASI sebagai makanan alamiah adalah
makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru
dilahirkannya. Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap
saat. ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir
penyusuan (hindmilk = susu akhir).
ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan premature komposisinya juga berbeda
dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan. Selain itu,
ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar
biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak dan perkembangan jiwa anak.
Di samping itu terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dan penjarangan
kehamilan.
3.2
SARAN:
Bagi para ibu yang menjadi wanita
karier setidaknya harus juga dapat memperhatikan keadaan bayinya. Jangan
jadikan pekerjaan sebagai alasan untuk tidak memberikan ASI pada bayi,karena
sesibuk apapun kita,itu sudah menjadi kodrat sebagai seorang ibu untuk dapat
memberikan ASI kepada Bayinya.
Demikian makalah ini kami
buat,sebagaimana pepatah mengatakan
“tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar
Pustaka
Ambarwati,
2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Mitra Cendikia. (hlm: 52-55).
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 5, hlm : 9-14)
www.google.com
LEMBAR
KONSULTASI
NAMA
|
TANGGAL
|
MASALAH
|
SOLUSI
|
|
|
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon