BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
anatomi dan fisiologi payudara?
2. Bagaimana
fisiologi laktasi?
3. Bagaimana
pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI?
4. Apa
saja komposisi air susu ibu?
5. Apa
saja keuntungan dan manfaat pemberian air susu ibu?
6. Bagaimana
proses pembentukan ASI?
7. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI?
8. Apa
saja masalah-masalah dalam menyusui?
9. Bagaimana
memberikan perawatan payudara antenatal dan postnatal?
1.3 TUJUAN
Tujuan umum:
1. Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi payudara.
2. Untuk
mengetahui fisiologi laktasi.
Tujuan khusus:
1. Untuk
mengetahui apa saja komposisi air susu ibu.
2. Untuk
mengetahui pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI.
3. Untuk
mengetahui keuntungan dan manfaat pemberian air susu ibu.
4. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI.
5. Untuk
mengetahui masalah-masalah dalam menyusui.
6. Untuk
mengetahui apa saja perawatan payudara antenatal dan postnatal.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PAYUDARA
Payudara wanita disebut
juga glandula mammaria,adalah alat reproduksi tambahan.
A. Letak
Setiap payudara terletak pada
setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara
terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas musculus
pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
B. Bentuk
Masing-masing payudara berbentuk
tonjolan setengah bulat dan mempunyai ekor(cauda) dari jaringan yang meluas ke
ketiak atau axila (disebut cauda axiallaris spences)
C. Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap
individu,juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah
satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain.
D. Struktur
Makroskopis
1) Cauda
axillaris
adalah jaringan payudara yang meluas kearah
axilaris
2) Areola
adalah daerah lingkaran yang
terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. areola berwarna merah muda pada
wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat,dan warna
tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum Montgomeri.
3) Papilla
mammae
Terletak dipusat areola mammae
setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan
panjang kira-kira 6 mm,tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan
bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa
ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus
lactifer ini dilapisi oleh epitel.
E. Struktur
mikrokospis
Payudara terutama tersusun atas
jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi
oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan
fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk
yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan
tersusun atas bangun seperti berikut:
1) Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang
menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air
susu,disebut acini,yang mengekstrasi factor-faktor dari darah yang penting
untuk pembentukan air susu. Disekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel
mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’ (basket cell). Atau sel
‘laba-laba’ (spider cell). Apabila
sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan
air susu kedalam ductus lactifer.
2) Tubulus
lactifer
Saluran kecil yang berhubungan
dengan alveoli.
3) Ductus
lactifer
Adalah saluran sentral yang
merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
4) Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactifer
yang melebar,yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah
areola. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
F. Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke
payudara berasal dari arteria mammaria interna,arteria mammaria externa,dan
arteria-arteria intercostalis superior.drainase vena melalui pembuluh-pembuluh
yang sesuai, dan akan masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.
G. Drainase
limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam
kelenjar axillaris,dan sebagian akan dialirkan kedalam fissure portae hepar dan
kelenjar mediastinum. Pembuluh limfatik dan masing-masing payudara berhubungan
satu sama lain.
H. Persyarafan
Fungsi payudara terutama
dikendalikan oleh aktivitas hormone,tetapi kulitnya dipersyarafi oleh
cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis,terutama
disekitar areola dan papilla mammae
(sumber: Anatomi dan fisiologi
terapan dalam kebidanan;1-4)
2.2
FISIOLOGI LAKTASI
A. Produksi Air susu ibu
Terjadi
peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat ekstraksi bahan
penting untuk pembentukan air susu. Globulin,lemak dan molekul-molekul protein
dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju
ke tubuli lactifer.
Peningkatan
kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demuikian juga mempunyai
fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali tiap
jam agar pengaruhnya benar-benar efektif .kadar prolaktin paling tinggi adalah
pada malam hari,dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam
hari,yang biasanya memang demikian,maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliabel harus dipakai
apabila ingin menghindari kehamilan.
B. Pengeluaran air susu
Apabila
bayi disusui,maka gerakan menghisap yang beerima akan menghasilkan rangsangan
saraf yang terdapat didalam grandula pituitaria posterior. Akibat langsung
reflek ini adalah dikeluarkanyya oksitosin dari pituitaria posterior: hal ini
akan mneyebabkan sel-sel mioepitel (sel keranjang atau sel laba-laba) disekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh
lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam
ampullae. Reflek ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit,misalnya jahitan
perineum. Dengan demikian penting untuk mendapatkan ibu dengan posisi yang
nyaman,santai,dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak.
Sekresi
oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu
involusi uterus selama puerperium (masa nifas)
C. Pemeliharaan laktasi
Dua
factor penting pemeliharaan laktasi adalah:
1) Rangsangan
Bayi
yang minum air susu ibu perlu sering menyusu,terutama pada hari-hari neonatal
awal. Penting bahwa bayi “di fiksasi” pada payudara dengan posisi yang benar
apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi
bayi sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan diberikan pada ampulla
yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpanyya air susu. Dengan demikian bayi
minum dari payudara,dan bukan dari papilla mammae. Apabila ibu megeluh rasa
sakit,maka bayi tidak terfiksasi dengan benar.
2) Pengosongan
payudara secara sempurna
Bayi
sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain.
Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua,maka pada pemberian air
susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi
mungkin sudah kenyang dengan satu payudara,maka payudara yang kedua digunakan
pada pemberian air susu berikutnya. Apabnila diingibkan agar bayi benar-benar
puas(kenyang),maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama maupun air susu
kedua pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan
sempurna pada satu payudara
(sumber:
anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan;10-11)
2.3
PENGARUH HORMONAL DALAM
PEMBENTUKAN ASI
Mulai
dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara:
A.
Progesteron
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran
B.
Estrogen
menstimulasi
sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan
tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI
C.
Follicle stimulating
hormone (FSH)
D.
Luteinizing hormone
(LH)
E.
Prolaktin
membesarnya alveoil dalam kehamilan.Hormon prolaktin
/hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang
membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek
penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau
haid.
F.
Oksitosin
mengencangkan
otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga
dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.Hormon oksitosin/ hormon
pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat
otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.
G.
Human placental
lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum
melahirkan.
2.3
KOMPOSISI ASI
2.4.1 Rata-rata sampel ASI yang dikumpulkan selama
24 jam mengandung:
a. Protein
1,5%
Jauh lebih mudah dicerna bayi jika
dibandingkan dengan protein air susu sapi. Protein dari susu (curd) disebut
kasein. Kadar protein yaitu laktalbumin dan laktoglobulin lebih besar pada ASI
ibu dibanding air susu sapi.
b. Lemak
3,5%
ASI mengandung lemak jenuh dan
tidak jenuh yang sama kadarnya, yang dapat diabsorbsi oleh bayi secara lebih
mudah dari pada butir-butir lemak yang terdapat pada susu sapi. Kadar
kolesterol lebih tinggi dibanding air susu sapi. Diduga bahwa karena bayi telah
belajar mengelola kolesterol pada stadium awal ini, maka terdapat insidens
penyakit jantung yang lebih rendah dari pada masa dewasanya.
c. Karbohidrat
7,0%
Mengandung factor bifidus, dan
factor ini tidak terdapat didalam air susu sapi.
d. Garam
mineral 0,2%
Natrium dalam kadar yang ideal untuk
bayi manusia, sedangkan kalsium fosfor magnesium kadarnya dalam ASI ibu cocok
untuk bayi dibanding kadarnya yang lebih tinggi pada air susu sapi.
e. Air
87,8%
f. Vitamin
Kadar vitamin A, B, C, D, dan E
lebih tinggi dibanding kadarnya dalam air susu sapi, tetapi terdapat lebih
sedikit vitamin K dalam ASI. Dengan demikian beberapa ahli penyakit anak akan
memberikan suntikan vitamin K kepada semua bayi baru lahir,tetapi cara demikian
bukan merupakan prosedur yang diterima secara umum.
2.4.2 Faktor pelindung yang terdapat dalam air susu
bu maupun didalam kolostrum:
a. Imunoglubulin
protektif
b. Lactoferin
c. Lisosom
d. Faktor antitrypsin
e. Faktor
bifidus
2.5
KEUNTUNGAN DAN MANFAAT ASI
2.5.1
Keuntungan ASI
a.
untuk
bayi
Pertama, ASI
adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan
komposisi
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat. Kedua, ASI mudah
dicerna oleh
bayi dan jarang menyebabkan konstipasi. Ketiga, nutrisi yang
terkandung pada
ASI sangat mudah diserap oleh bayi. Keempat, ASI kaya akan
antibody(zat
kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi
dan penyakit
lainnya.
Kelima, ASI
dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium. Keenam,
dari suatu
penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai
lebih dari 9
bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena
Asi mengandung
DHA/AA. Ketujuh, bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln
akan menurunkan
resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
Kedelapan, ASI
juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian
bawah, infeksi
saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi
mendadak.
Kesembilan, memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara
ibu dan bayi.
b.
untuk
ibu
Pertama,
memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi
rahim, yang
berarti mengurangi resiko perdarahan. Kedua, memberikan ASI juga
membantu memperkecil
ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Ketiga, menyusui
(ASI) membakar
kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
Keempat,
beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada perempuan
menyusui tercatat paling sangat rendah. Maka dari itulah, karena begitu besar
manfaat dari ASI, maka WHO dan UNICEF menganjurkan agar para ibu memberikan ASI
EKSKLUSIF yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping hingga bayi
berusia 6 bulan.
Begitu banyak
keuntungan yang diberikan Air Susu Ibu baik untuk ibu maupun bayi. Berikanlah
Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi anda sebagai hadiah terindah dalam menyambut
kelahirannya, demikian yang dikutip sumber Info ibu. (yz)
sumber: www.perempuan.com
2.5.2 Manfaat
ASI
Adapun beberapa
manfaat ASI yaitu:
1. ASI
melindungi bayi anda dari masalah saluran pencerna seperti diare, masalah
pernapasan seperti infeksi saluran napas serta infeksi telinga. ASI ekslusif
tanpa makanan padat selama paling tidak enam bulan akan memberikan perlindungan
yang lebih besar. Perkembangan penyakit peradangan usus seperti Penyakit
Chrohn’s yang bisa terjadi dikemudian hari bisa dicegah dengan pemberian ASI.
2. ASI dapat
mencegah bayi dari penyakit alergi. Keadaan seperti alergi saluran percernaan
atau alergi kulit seperti eczema dapat dicegah.
3. Pemberian ASI
dapat meningkatkan intelegensi anak anda. ASI memiliki hubungan dengan IQ atau
kecerdasan yang tinggi. Adalah asam lemak dalam ASI yang memiliki peran
terhadap perkembangan otak anak.
4. Penyapihan
dengan ASI dapat mencegah obesitas dikemudian hari. Penelitian memperlihatkan
pemberian ASI sedini mungkin berkaitan dengan penurunan resiko obesitas.
5. Pemberian ASI
dapat mencegah bayi dari penyakit leukemia. Baik itu Leukemia akut limfoblastik
maupun leukemia akut myeloid.
6. Selain itu
menyusui dengan ASI juga mampu mencegah perkembangan penyakit DM atau diabetes
melitus tipe 1, penyakit gula yang disebabkan oleh kerusakan pada pankreas.
7. Dengan
pemberian ASI infeksi dan tekanan darah tinggi yang mungkin terjadi kemudian
dapat dicegah.
8. ASI dapat
menurunkan resiko Sindrom Kematian Bayi Tiba-tiba atau SIDS-sudden infant death
syndrome-.
9. Buat ibu yang
menyusui sendiri dengan menyusui itu akan membantu menurunkan berat badan yang
berlebih.
10. Keuntungan
lainnya bagi ibu adalah mengurangi tingkat stres dan menurunnya tingkat
perdarahan pasca melahirkan/pasca salin atau hemorrhagic postpartum.
11. Penelitian
menunjukkan bahwa ibu semakin lama menyusui maka semakin terproteksi dari
kanker payudara dan kanker ovarium.
12. Dan terakhir
dan mungkin penting diperhatikan oleh ibu adalah menyusui dapat memproteksi
terjadinya osteoporosis dikemudian hari.
2.6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
A. Frekuensi
Penyusuan
Pada
studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal
dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi prematur belum
dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu
dengan bayi cukup bulan
menunjukkan
bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan produksi ASI yang cukup (de
Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8
kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
B. Berat
Lahir
Prentice
(1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk
mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan
kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui
selama 14
hari
pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi
yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.
C. Umur
Kehamilan saat Melahirkan
Umur
kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
D. Umur
dan Paritas
Umur
dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi
terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam
ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan
pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25
bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada
hari keempat setelah melahirkan lebih
tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991),
meskipun oleh Butte et al (1984) dan
Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak
terdapat hubungan nyata antara paritas
dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
E. Stres
dan Penyakit Akut
Ibu
yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran
ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung
baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari
berbagai tipe stres ibu khususnya
kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik
yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi
produksi
ASI.
F. Konsumsi
Rokok
Merokok
dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.
Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan
penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Meskipun demikian pada studi ini
dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui
6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama,
dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982)
mengemukakan bahwa ibu yang merokok
lebih dari 15 batang rokok/hari
mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah
pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
G. Konsumsi
Alkohol
Meskipun
minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses
pengeluaran ASI namun disisi lain etanol
dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada
dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan
ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis
0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi
rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
H. Pil
Kontrasepsi
Penggunaan
pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI
(Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume
ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives,
1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan
pil progestin untuk ibu menyusui yang
menggunakan pil kontrasepsi.
Ada
dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan
pengosongan payudara. Kurva berat badan
bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi
ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber
zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi
dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari
precursor yang ada di plasma; 2)
disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung
dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan
transfer dari plasma ke ASI, sedangkan
vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena
fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi
komposisi plasma dapat juga mempengaruhi
komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
(Vaughan, 1999).
Aspek
gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan
dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI
dapat berdampak positif, netral, atau
negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang
tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan
volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu.
Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa
faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan
tidak langsung. Faktor fisiologi
meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi.
Faktor non fisiologi meliputi aspek
lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol.
2.7 MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI
A. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya
dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di
setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.
Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya,
bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola
tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui
yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai
kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha
menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.
Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama
masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
2.8 PERAWATAN ANTENATAL DAN POSTNATAL PADA
PAYUDARA
A. Perawatan
Antenatal
1) Gizi
Tidak perlu perubahan kebiasaan makanan apabila
calon ibu telah mempunyai gizi yang baik dengan makanan yang seimbang. Walaupun
demikian,klinik antenatal memberikan kesempatan yang sangat baik untuk
memperbaiki diet para wanita yang makan secara tidak benar. Peningkatan asupan
protein harian dianjurkan oleh beberapa ahli gizi,demikian juga halnya dengan
kalsium,suatu mineral yang disimpan untuk persiapan laktasi. Zat besi juga
disimpan untuk persediaan kebutuhan bayi saat bayi minum air susu ibu dan
dengan demikian diet ibu harus terdiri dari makanan harian yang mengandung
mineral-mineral tersebut. Tambahan zat besi, yang diberikan bersamam dengan
asam folat, diberikan selama kehamilan oleh beberapa dokter ahli kebidanan, tetapi
tidak ada aturan umum mengenai hal ini. Vegans dan beberapa vegetarian (orang
yang hanya makan dari bahan nabati atau tumbuhan) memerlukan nasihat tambahan
mengenai diet mereka selama kehamilan.
2) Pemeriksaan
Pemeriksaan payudara dilakukan pada kunjungna
pertama antenatal sebgai bagian dari pemeriksaan umum,dan payudara dipalpasi
untuk mengesampingkan adanya massa. Tanda-tanda kehamilan meliputi penampakan
vena-vena dan perubahan pigmentasi dan perlu diamati adnya tuburculum
mentgomery
Perlu dicatat pula mengenai operasi payudara yang
pernah dialami ibu. Pengangkatan kista payudara mestinya tidak akan menimbulkan
massalah terhadap terjadinya laktasi,tetapi setelah mengalami mammo-plasti
metode tertentu atau mengalami reposisi papilla mammae,maka pemberian air susu
ibu tidak mungkin dilakukan.
3) Hygiene
Hygiene yang diperlukan adalah kebersihan
sehari-hari yang biasa. Pemakaian sabun pada papilla mammae dan areola mammae
sebaiknya dihindari,karena kebanyakan sabun akan merusak minyak pelindung alami
yang disekresi oleh tuberkulum Montgomery.
4) Penopang
Sebagian besar wanita merasa lebih nyaman memakai
bra (kutang).karena ukuran dan berat payudara meningkat selama kehamilan,maka
bidan dapat diminta nasihatnya mengenai desain yang sesuai.dimungkinkan untuk
mendapatkan bra yang ukurannya 10 cm dan dengan demikian daapt dipakai selama
kehamilan,karena penopang ini juga cocok untuk dipakai pada masa laktasi. Untuk
kenyamanan,penopang ini perlu selempang bahu yang lebar dan pita diafragma yang
dalam. Penopang payudara untuk ibu menyusui yang ditawarkan melalui iklan,yang
mempunyai potongan yang dapat dibuka,seyogyanya tidak dipakai,karena akan
meningkatkan tekanan disekeliling payudara. Beberapa wanita juga senang memakai
penopang payudara pada malam hari karena payudara mereka menjadi lebih berat.
5) Pendidikan
Kelas-kelas bagi calon orang tua selalu memasukkan
modul yang berhubungan dengan makanan bayi dan menjelang akhir kehamilan yaitu
trimester terakhir,mungkin merupakan waktu yang paling efektif
B. Perawatan
postnatal
1) Kesehatan
umum
Istirahat yang cukup dan menghindari kecemasan
merupakan faktor yang sangat pentimg dan suasana di sekitar ibu harus tetap
setenang mungkin. Sekarang kecemasan tidak lagi dipercaya dapat memengaruhi
reflex neorohormonal,walaupun demikian suasana yang menyenagkan sangat kondusif
bagi laktasi yang berhasil dan ikatan ibu/bayi yang baik. Kelelahan diremehkan
sebagai faktor yang ikut berperan dalam kegagalan pemberian air susu ibu.
2) Penopang
Seperti pada wanita dimasa anteanatal,kebanyakan
para ibu lebih nyaman memakai bra,terutama pada hari ke -2 dan ke-3 saat
payudara mulai terisi jenis-jenis bra. Yang dipakai selama kehamilan juga cocok
untuk dipakai saat postnatal. Kolostrum atau air susu ibu dapat menetes (keluar
dengan sendirinya) dari payudara,sehingga bantalan penghisap sekali pakai dapat
dipakai di sebelah dalam bra.
3) Kebersihan
Biasanya kebersihan
ConversionConversion EmoticonEmoticon