SINDROMA GAWAT NAPAS
A. KONSEP DASAR
- 1. PENGERTIAN
Sindrom gawat nafas ( respiratory distress syndroma, RDS ) adalah:
- Kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar
60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah
epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi. (
Ngatisyah.2005 hal 23 )
- Kumpulan gejala
yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang dari
30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan
nafas sebagai berikut:
- Bayi dengan
sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
- Ada tarikan dinding
dada
- Merintih
- Apnea ( nafas
berhenti lebih dari 20 detik ) ( PONED,2004 )
- Istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. ( Surasmi,
asrining,dkk. 2003 hal 70 )
- Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan perkembangan maturitas paru
( Whalley dan wong, 1995 )
- Menurut Petty dan
Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas
berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya
gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline
membran pada saat otopsi ( www.google.com )
- Menurut Murray
et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerosakan paru secara
langsung dan tidak langsung, kerosakan paru ringan sampai sedang atau
kerosakan yang berat dan adanya disfungsi organ non pulmonar. ( www.google.com
)
- Menurut Bernard
et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto thorak,
tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya
hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan paru akut dengan PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai
PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS . ( www.google.com
)
- 2. ETIOLOGI
- Kelainan paru:
pneumonia
- Kelainan jantung:
penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium
- Kelainan susunan
syaraf pusat akibat: Aspiksia, perdarahan otak
- Kelainan metabolik:
hipoglikemia, asidosis metabolik
- Kelainan bedah:
pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia diafragmatika
- Kelainan lain:
sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin
Bila menurut masa gestasi penyebab gangguan nafas adalah :
- Pada bayi kurang
bulan
- penyakit membran hialin
- b.pneumonia
- asfiksia
- d.kelainan atau
malformasi kongenital
- Pada bayi cukup
bulan
- Sindrom Aspirasi
Mekonium
- pneumonia
- asidosis
- kelainan atau
malformasi kongenital
Gangguan traktus respiratorius:
- Hyaline Membrane
Disease(HMD),
Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi ( bayi prematur )
- Transient Tachypnoe
of the Newborn(TTN),
Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi caesar karena dadanya
tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran
cairan dari dalam paru.
- Infeksi(Pneumonia),
- Sindroma Aspirasi,
- Hipoplasia Paru,
- Hipertensi
pulmonal,
- Kelainan
kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome),
- Pleural Effusion,
- Kelumpuhan saraf
frenikus,
- Luar traktus
respiratoris:
- kelainan jantung
kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP
- 3. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang
sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru
menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi
berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat,
hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa
surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan
yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas
dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type
II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi
surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau
volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan
epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli
dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini
adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi
yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
4. MANIFESTASI KLINIS
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,
semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :
- Takhipneu (> 60
kali/menit)
- Pernafasan dangkal
- Mendengkur
- Sianosis
- Pucat
- Kelelahan
- Apneu dan
pernafasan tidak teratur
- Penurunan suhu
tubuh
- Retraksi
suprasternal dan substernal
- Pernafasan cuping
hidung
- 5. KLASIFIKASI
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
- Gangguan nafas
berat
- Gangguan nafas sedang
- Gangguan nafas
ringan
Tabel 1. Klasifikasi Gangguan Nafas
Klasifikasi
|
Frekuensi nafas
|
Gejala tambahan
|
Gangguan nafas berat
|
60 kali/ menit
90 kali/ menit
|
Dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi
Dengan sianosis sentral atau tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi
Dengan atau tanpa gejala lain dari gangguan nafas
|
Gangguan nafas sedang
|
60-90 kali/ menit
> 90 kali/ menit
|
Dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa
sianosis sentral
Tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral
|
Gangguan nafas ringan
|
60-90 kali/ menit
|
Tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral
|
- 6. PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),
pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping
hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit
bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian
dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat
dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
Penilaian fungsi respirasi meliputi:
- Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu
tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadap
terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi,
ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik.
Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada hipotermi,
kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
- Mekanika usaha
pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi
dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan penyakit
alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi memanjang
menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
- Warna kulit/membran
mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak (mottled),
tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:
- Frekuensi jantung
dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietas,
nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
- Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan aliran
sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba pada satu sisi
menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada daerah
tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak,
pucat dan sianosis. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan
cara:
- Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
- Blancing Skin Test, caranya yaitu
dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan
telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak
kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.
- Perfusi pada otak
dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi agitasi dan
letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan kesadaran juga
terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
- Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan darah, urine, dan glukosa darah
( untuk mengetahui hipoglikemia ). Kalsim serum ( untuk menentukan hipokalsemia
), analisis gas darah arteri dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2
diatas 60 mmHg, peningkatan kadar kalium darah, pemeriksaan sinar-X menunjukkan
adanya atelektasis, lesitin/spingomielin rasio 2 :1 mengindikasikan bahwa paru
sudah matur, pemeriksaan dekstrostik dan fosfatidigliserol meningkat pada usia
kehamilan 33 minggu.
- 7. PENATALAKSANAAN
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
- Mempertahankan
ventilasi dan oksigenasi adekwat.
- Mempertahankan
keseimbangan asam basa.
- Mempertahankan suhu
lingkungan netral.
- Mempertahankan
perfusi jaringan adekwat.
- Mencegah
hipotermia.
- Mempertahankan
cairan dan elektrolit adekwat.
- Penatalaksanaan
secara umum :
- Pasang jalur infus
intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi
tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
- Pantau selalu tanda
vital
- Jaga patensi jalan
nafas
- Berikan Oksigen
(2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
- Jika bayi mengalami
apneu
- Lakukan tindakan
resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
- Lakukan penilaian
lanjut
c. Bila terjadi kejang potong kejang
d. Segera periksa kadar gula darah
e. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan
kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik
atau menajemen lanjut:
- Gangguan nafas
ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu
lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn”
(TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan
membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa
kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
- Gangguan nafas
sedang
- Lakukan pemberian O2
2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O2
4-5 liter/menit dengan sungkup
- Bayi jangan diberi
minukm
- Jika ada tanda
berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
- Suhu aksiler
<> 39˚C
- Air ketuban
bercampur mekonium
- Riwayat infeksi
intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam)
- Bila suhu aksiler
34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai
ulang setelah 2 jam:
- Bila suhu masih
belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk
terapi kemungkinan besar seposis
- Jika suhu normal,
teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut
diatas.
- Bila tidak ada
tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
- Apabila bayi tidak
menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi
untuk kemungkinan besar sepsis
- Bila bayi mulai
menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap .
Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat
menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
- Amati bayi selama
24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak
kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan
bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan
- Amati pernafasan
bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
- Bila dalam
pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya.
Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang
dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
- Berikan ASI bila
bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah
satu cara alternatif pemberian minuman.
- Kurangi pemberian
O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian
O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
- Penatalaksanaan
medis:
- Gangguan nafas
ringan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
- Antibiotika untuk
mencegah infeksi sekunder
- Furosemid untuk
memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
- Fenobarbital
- Vitamin E
menurunkan produksi radikalbebas oksigen
- Metilksantin (
teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
- Salah satu
pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS
adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga
berbentuk surfaktan buatan)
- 8. TINDAKAN
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah
tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan
manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi, dan
pada penatalaksanaan kelahiran dengan usia kehamilan 32 minggu atau kurang
dianjurkan memberi dexametason atau betametason 48-72 jam sebelum persalinan.
Pemberian glukortikoid juga dianjurkan karana berfungsi meningkatkan
perkembangan paru janin.
- B. ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SGN
1.Pengkajian
- Lakukan pengkajian
fisik BBL dan pengkajian gestasi
- Lakukan pengkajian
sistemik dengan penekanan khusus pada pengkajian pernafasan
- Observasi
adanya ; takipneu, retraksi substernal, krekel inspirasi, pernapasan
mengorok, pernapasan cuping hidung eksternal, sianosis, sulit
bernapas.
- Bila penyakit
berlanjut ; lemah dan lesu, tidak responsif, sering mengalami episode
apnea, penurunan fungsi nafas, gangguan termoregulasi
- Penyakit yang berat
berhubungan dengan hal berikut ; keadaan seperti syok, penurunan
curah jantung, rendahnya tekanan darah sistemik
2.Diagnosa Keperawatan
- Pola nafas tidak
efektif b.d defisiensi surfaktan, atelektasis
- Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mencerna
makanan,kelelahan.
- Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan, risiko tinggi terhadap pengasingan
dari orang terdekat, ketidakadekuatan perawatan,respon pengasuh tidak
konsisten/multiple, kurang lingkungan dan stimulasi, efek-efek kondisi/
ketidakmampuan kronis.
3.Intervensi Keperawatan
- Diagnosa : Pola
nafas tidak efektif b.d defisiensi surfaktan, atelektasis
Kriteria Hasil :
- Pola nafas efektif
dengan ventilasi adekuat (nafas 46-60x/i)
- GDA dalam batas
normal (Hb 9-14 mg%, Ht 41-50%)
- Tanda distress
pernapasan tidak ada
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Catat frekuensi dan kedalaman nafas
Kolaborasi
|
|
- Diagnosa :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mencerna
makanan, kelelahan
Kriteria hasil :
- Berat badan
meningkat
- Turgor kulit baik
- Pergerakan aktif
- Penambahan BB 1
kg/bulan
- Tanda vital stabil
( N : 140-160x/i, P : 30-40x/I, S : 36-37,2oC).
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kolaborasi
|
|
- Diagnosa
Keperawatan: Pertumbuhan dan perkembangan, perubahan, risiko tinggi
terhadap pengasingan dari orang terdekat, ketidakadekuatan perawatan,respon
pengasuh tidak konsisten/multiple, kurang lingkungan dan stimulasi,
efek-efek kondisi / ketidakmampuan kronis.
INTERVENSI
Intervensi
|
Rasional
|
KOLABORASI
10. Tekankan pentingnya sering dilakukan skrining dan evaluasi
formal oleh spesialis perkembangan.
|
10. Mengidentifikasi pelambatan perkembangan dan keefektifan terapi
(mis: program intervensi awal [EIP]).
|
WOC SINDROM GAWAT NAPAS NEONATUS
|
|||||||||
Bayi premature
|
Peny. Membran hialin
|
Pengembangan paru
|
|||||||
|
berlebihan
|
||||||||
Maturitas paru
|
|
||||||||
Alveolus pecah
|
|||||||||
Def. Surfaktan
|
|
||||||||
Robekan pd dinding mediastinum
|
|||||||||
Kemampuan paru mpertahankan stabilitas
|
|
||||||||
Terganggu
|
|||||||||
Kolaps alveolar dan paru
|
|||||||||
|
|||||||||
Kompensasi tek intratoraks berkurang,
|
|||||||||
inspirasi kuat-kuat
|
|||||||||
|
|||||||||
Ventilasi terganggu
|
|||||||||
|
SGN
|
||||||||
PO2 #, PCO2$
|
|||||||||
|
|||||||||
Ggn fungsi O2-CO2
|
|||||||||
Pirau (Shunt)
|
Retensi CO2
|
||||||||
|
|
||||||||
Penurunan O2 ke jaringan
|
|||||||||
|
Alkalosis respiratori
|
||||||||
Jantung
|
Otak
|
|
|||||||
|
|
||||||||
Kompensasi Jantung
|
kesadaran$Pe
|
Mules dan kejang
|
Hiperpepneu
|
||||||
|
|
||||||||
Bradikardi
|
reflek batuk $Pe
|
||||||||
|
kerja silia
|
Lemah, tdk mampu mencerna
|
|||||||
Kardiomegapati
|
|
||||||||
|
|
sekret di sal nafass#Pe
|
Makanan dan reflek isap turun
|
||||||
|
|
||||||||
O2 jar turun
|
Kerusakan endotel kapiler
|
Obstruksi sal nafas
|
MK : Perubahan Nutrisi Kurang
|
||||||
epitel duktus
|
|
dari Tubuh
|
|||||||
|
|
||||||||
Transudasi dlm paru
|
MK: Bersihan Jalan
|
||||||||
Metabolisme anaerob
|
|
Nafas Tidak Efektif
|
|||||||
|
Fibrin dan jar.nekrotik
|
||||||||
As. Laktat
|
HCO3 turun
|
|
|||||||
|
Sesak napas
|
||||||||
Asidosis respiratorik
|
Asidosis metabolik
|
||||||||
|
|
||||||||
Kompensasi tubuh
|
|||||||||
Hiperventilasi
|
|||||||||
|
|||||||||
Sesak nafas
|
MK : Ggn. Pertukaran gas
|
||||||||
MK ola napas tak efektif
|
Pemasangan alat bantu nafas
|
Hospitalisasi pada anak
|
|||||||
|
|||||||||
Perlukaan
|
MK : Risiko perubahan peran ortu
|
||||||||
MK : Resiko injury
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon