BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deteksi dini terhadap adanya
Hidrosefalus atau sering disebut kepala air merupakan salah satu tugas Bidan,
karena hidrosefalus merupakan masalah yang serius yang mempengaruhi tingginya
angka kematian Bayi ( umumnya Balita ) di Indonesia yang membutuhkan perhatian
khusus.
Hal ini dimungkinkan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pola hidup masyarakat yang kurang sehat sehingga
terjadi infeksi intrauteri atau bisa juga karena adanya kelainan congenital pada
bayi itu sendiri. Kondisi ini terjadi akibat gangguan aliran cairan dalam otak
(cairan cerebrospinal ) atau akumulasi cairan cerebrospinal dalam ventrikel
cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan
cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Insidensi hidrosefalus antara 2-4 setiap
1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 5-18 pada tiap 1000
kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan
dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.2.1 Apa
yang dimaksud dengan hedrosefalus?
1.2.2 Apa
penyebab dari hedrosefalus?
1.2.3 Apa
saja klasifikasi dari hedrosefalus?
1.2.4 Apa
saja manifestasi klinis dari hedrosefalus?
1.2.5 Apa prognosa
dari hedrosefalus?
1.2.6 Apa
saja diagnosa dari hedrosefalus?
1.2.7 Apa
saja penatalaksanaan dari hedrosefalus?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah yang ada, dapat
disimpulkan tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui pengertian hedrosefalus.
1.3.2 Mengetahui etiologi hedrosefalus.
1.3.3 Mengetahui klasifikasi hedrosefalus.
1.3.4 Mengetahui manifestasi
klinis dari hedrosefalus.
1.3.5 Mengetahui
prognosa dari hedrosefalus.
1.3.6 Mengetahui
diagnosa dari hedrosefalus.
1.3.7 Mengetahui
penatalaksanaan anak dengan hedrosefalus.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hidrosefalus (kepala-air)
"cephalus" yang berarti kepala.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
(Darsono, 2005:209).
Adanya kelainan- kelainan pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan serebrospinal.
(DeVito EE et al, 2007:328)
Jadi dapat disimpulkan hedrosefalus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan
serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya.
2.2 Etiologi
Hidrosefalus terjadi
bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak
dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
2.2.1 Kelainan Bawaan
(Kongenital)
2.2.1.1 Stenosis akuaduktus Sylvii
2.2.1.2 Spina bifida dan kranium bifida
2.2.1.3 Sindrom Dandy-Walker
2.2.1.4 Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2.2.2 Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
2.2.3 Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel
IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal
dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
2.2.4 Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
2.3 Klasifikasi hidrosefalus
2.3.1 Hidrosefalus internal : Disebabkan adanya dilatasi pada daerah ventrikel.
2.3.2 Hidrosefalus eksternal:
disebabkan adanya pelebaran pada rongga subarakhnoid
di atas permukaan korteks.
2.3.3 Hidrosefalus
obstruktif : disebabkan adanya obstruksi pada aliran likuor.
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus
tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan
resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi
adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
2.4.Pada masa neonatus
2.4.1.1
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap
hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan.
2.4.1.2
Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal.
2.4.1.3 Tampak dorsum nasi
lebih besar dari biasa.
2.4.1.4 Fontanella terbuka dan
tegang, sutura masih terbuka bebas.
2.4.1.5 Tulang-tulang kepala
menjadi sangat tipis.
2.4.1.6 Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok.
2.4.1.7 Mata melihat kebawah,
mudah terstimulasi, lemah dan kemampuan makan berkurang.
2.4.2 Pada akhir masa kanak-kanak
2.4.2.1
Pembesaran kepala yang abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
2.4.2.2
Lokasi nyeri kepala. nyeri kepala sebagai manifestasi
hipertensi intrakranial.
2.4.2.3 Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia).
Secara umum gejala yang paling umum
terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah
pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan
sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua
deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat
gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
Ø Fontanel anterior yang sangat tegang.
Ø Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
Ø Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol.
Ø Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih
menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya
mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan
pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
2.5 Prognosis
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan
menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok
yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau
akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila
prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi,
angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi
normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali
anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner.
2.6 Diagnosis
Disamping dari pemeriksaan fisik,
gambaran klinik yang samar-samar maupun yang khas, kepastian diagnosis
hidrosefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologik yang
canggih. Pada neonatus, USG cukup bermanfaat untuk anak yang lebih besar,
umumnya diperlukan CT scanning. CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis
hidrosefalus dalam waktu yang relatif singkat. CT scan merupakan cara yang aman
dan dapat diandalkan untuk membedakan hidrosefalus dari penyakit lain yang juga
menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk identifikasi tempat
obstruksi aliran CSS.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Pada dasarnya ada
tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
2.7.1.1 Mengurangi
produksi CSS.
2.7.1.2 Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi.
2.7.1.3 Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.
2.7.2 Penanganan
hidrosefalus dibagi menjadi 3:
2.7.2.1 Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan
untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan
dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2.7.2.2 Penanganan Alternatif
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami
intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor
atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan
perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter
Paul Rickham, 2003)
2.7.2.3
Operasi
Pemasangan
Operasi pintas bertujuan membuat saluran
baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi
drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis
didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang
didrain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi
infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi
pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel
dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360)
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh
karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus)
sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar
51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental
ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka
panjang dengan kelompok multidisipliner.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi. Keadaan ini sangat membutuhkan perhatian khusus
dari tenaga kesehatan. Karena banyak ditemui beberapa kasus meninggalnya balita
maupun anak-anak juga disebabkan oleh keadaan ini.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para
pembacanya,khususnya bagi tenaga kesehatan.apabila ada kritik dan saran kami
akan menerima dan berusaha memperbaiki makalah yang kami buat ini.
DAFTAR PUSTAKA
- DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian
BJ, Pickard JD. 2007. Caudate structura abnormalities in idiopathic
normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116: pages 328–332.
- Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003:
327: 1408-doi: 10.1136/ bmj.327.7428.1408.
- Ropper, Allan H. And Robert H. Brown.
2005. Adams And Victor’s Principles Of Neurology: Eight Edition. USA .
- Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf
indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : UGM Press.
ConversionConversion EmoticonEmoticon