ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS
OMPHALOKEL
Disusun oleh:
1.Artha rubiani (2010.0661.055)
2.Eva auriyanti (2010.0661.062)
3.Lelya sabbaha (2010.0661.073)
4.Nailatul izzah (2010.0661.100)
5.Raudatul jannah (2010.0661.085)
6.Yovita ayu (2010.0661.095)
D 3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami manjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga kami bisa
menyelesaikan penyusunan makalah Askeb
Neonatus untuk memenuhi tugas yang telah di berikan oleh Ibu Aryunani SST
M.kes, tentang Ompalokel.
Kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat
dan bagi para pembaca dapat memahami
serta mendapat pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana isi yang ada dalam
makalah ini, sehingga dapat diaplikasikan
untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang kebidanan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan, maka saya menerima berbagai kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini di waktu mendatang. Dan mohon maaf jika sekiranya masih
terdapat kesalahan dalam penulisan, terimakasih.
Surabaya,
Desember-2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
2.2
Etiologi
2.3
Patogenesis
2.4
Komplikasi
2.5
Diagnosis
2.6
Penatalaksanaan/ Terapi
2.7
Prognosis
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Omphalokel
dideskripsikan pertama kali oleh seorang ahli bedah Prancis bernama Ambroise
Pare pada tahun 1634. Dia mendeskripsikan omphalokel secara akurat dan
melakukan penatalaksanaan secara konservatif berupa pemberian agen-agen
eskarotik pada permukaan selaput omphalokel uintuk merangsang epitelisasi.
Pendekatan penatalaksanaan tersebut kemudian menimbulkan beberapa masalah
diantaranya memerlukan waktu yang lama, sehingga membutukan pula nutrisi dan me
metabolik yang toll. Selaput dapat pula pecah yang berakibat terjadinya
infeksi.
Baru kemudian
pada tahun 1948, Robet Gross di Boston memperkenalkan suatu metode penutupan
omphalokel yang besar dan sukses. Dia mendeskripsikan penutupan omphalokele
melalui 2 tahap. Tahap pertama ialah membuat skin flap untuk melindungi
organ-organ abdomen yang mengalami herniasi. Tahap kedua ialah merepair hernia
ventralis.
Schuster pada
tahun 1967 kemudian memperkenalkan penggunaan material prostetik untuk
memproteksi organ-organ abdomen selama tahapan pertama tersebut. Akhirnya pada
tahun 1969, Allen dan Wrenn memeperkenalkan pada suatu teknik “Silo”, dimana
organ-organ abdomen yang mengalami herniasi ditutup dengan satu lapis
silastic yang dilekatkan ke fascia dinding abdomen. Organ–organ abdomen
tersebut kemudian dimasukkan secara bartahap kedalam kavum abdomen melalui
progessiv tightening/tekanan manual dalam beberapa hari. Semenjak penenemuan
itulah penutupan defek omphalokel secara primer dimungkinkan pada masa-masa
awal bayi. Sampai saat ini berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan
hasil klinik yang memuaskan. Usaha tersebut meliputi manajemen prenatal dan
postnatal.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan berat badan lahir rendah omphalokel?
2. Berapa angka kejadian omphalokel di dunia maupun di
Indonesia?
3. Apa
penyebab terjadinya omphalokel?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada omphalokel?
5. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada omphalokel?
6. Terapi
apa saja yang dapat di berikan dalam penanganan omphalokel?
7. Hal-hal apa saja yang perlu di pantau pada kasus
omphalokel?
8. Pencegahan apa saja yang dapat di lakuakn untuk meminimalkan
atau untuk menghindari terjadinya omphalokel?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa pengertian dari omphalokel.
2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus omphalokel.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya omphalokel.
4. Untuk
mengetahui komplikasi yang terjadi pada omphalokel.
5.
Untuk
mengetahui cara menegakkan diagnose.
6. Untuk
mengetahui terapi yang dapat di berikan pada kasus omphalokel.
7. Untuk dapat memantau hal-hal yang perlu di perhatikan
pada kasusu omphalokel.
8. Untuk mengetahui pencegahan lebih didni sehingga dapat
meminimalkan angka kejadian omphalokel.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Omfalokel
adalah penonjolan isi abdomen melalui dinding abdomen pada titik sambungan
korda umbilicus dan abdomen. (Prillitteri.2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan
Anak Hal. 520).
Omfalokel
adalah kelainan yang berupa protusi (sembuhan) isi ronnga perut keluar di
sekitar umbilicus,benjolan dan dibungkus dalam suatu kantong.
(Markum,AH.1991.Ilmu Kesehatan Anak hal. 245-246).
Omfalokel
adalah hernisi/benjolan isi rongga perut ke dalam dsar tali pusat.
(Behrman,Ricard E.19998.Ilmu Kesehatan Anak. hal. 659).
2.2
Etiologi
Penyebab
pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko
atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya
adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam
folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.
Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun sekitar
50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang
lain Sindrom kelainan kongenital yang sering berhubungan dengan
omphalokel diantaranya:
1. syndrome
of upper midline development atau thorako abdominal syndrome (pentalogy of
Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior diaphragmatic hernia,
sternal cleft, cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan vsd.
2. syndrome
of lower midline development berupa bladder (hipogastric omphalocele) atau
cloacal extrophy, inferforate anus, colonic atresia, vesicointestinal fistula,
sacrovertebral anomaly dan meningomyelocele dan sindrom-sindrom yang lain
seperti Beckwith-Wiedemann syndrome, Reiger syndrome, Prune-belly syndrome dan
sindrom-sindrome kelainan kromosom seperti yang telah disebutkan.
Menurut Glasser
(2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
·
Faktor
kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan
kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel
paling sering dijumpai.
·
Defisiensi
asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada
percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas
perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein)
pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi
kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan
adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan
genetik.
·
Polihidramnion,
dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus
dilacak dengan USG.
Menurut
Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa
teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan
kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan
mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the
body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor
resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan
seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.
2.3
Patogenesis
Defek dinding abdominal akibat kegagalan dari mesoderm menggantikan
body stalk pada regio somatopleura. Displasia embrionik menurunkan apoptosis
sel dan perkembangan mesodermal yang tidak cukup menyebabkan kurangnya
pertumbuhan dari cincin umbilicus dan pelebaran dari diameternya. Selama
perlekatan yolk sac dan body stalk pada sentral umbilicus, amnion tetap melekat
pada pinggir defek dinding abdominal, menyebabkan hubungan rongga tubuh
intraembrionik dan coelom extraembrionik tetap.
Pada bayi dengan omphalocele, terjadi kegagalan fusi sentral pada
cincin umbilicus menyebabkan gangguan pertumbuhan mesodermal yang kemudian
mengakibatkan penutupan dinding abdominal tidak lengkap dan terjadi herniasi
midgut yang menetap. Organ visceral abdomen tertutup oleh kantong translusen
yang terdiri dari amnion, Wharton Jelly, dan peritoneum.
Anomali yang berkaitan dengan omphalocele termasuk :
·
Anomali
kromosom (40%-60%), ini termasuk trisomi 18, 13 dan 21 dan juga Sindrom Turner,
Sindrom Klinefelter dan Sindrom Triploidi.
·
Defek
Kardiak (16%-47%), ini termasuk defek atrial dan ventrikular, Tetralogy of
Fallot, stenosis arteri pulmonalis, hipoplasia pulmoner, a double outlet right
ventricle, bicuspid aortic valve syndrome, transposisi dari pembuluh darah
besar, coarctation of the aorta, ectopia cordis dan tidak ada vena cava
inferior.
·
Anomali
neural tube, kepala dan leher. Ini termasuk defek
neural tube, holoprosencephaly, encephalocele, cerebellar hypoplasia, cleft
lip, facial clefts, micrognathia dan cystic hygroma.
·
Anomali gastrointestinal (40%),
ini termasuk hernia diafragmatik, malrotasi, duplikasi intestinal, atresia,
asites, tidak ada kandung empedu, tidak ada hepar, fistula trakeo-esofageal dan
imperforata anus.
·
Anomali muskuloskeletal
(10%-30%), ini termasuk Limb-Body Wall Deficiency (LBWD), scoliosis,
hemivertebra, comptomelic drawfism, clubfeet, syndactily dan anomali tangan
yang lain.
·
Abnormalitas ibu dan
perkembangan janin, ini termasuk oligohidramnion, polihidramnion, Intrauterine
Growth Restriction (IUGR), single umbilical artery, allantoic cysts, placental
choriongioma, immaturitas janin dan prematuritas janin.
·
Anomali genitourinarius (40%),
ini termasuk ekstrofi kandung kemih, omphalocele, imperforata anus, anomali
spinal, obstruksi dari ureteropelvic junction, malposisi ginjal (cephalic renal
displacement) dan ekstrofi kloaka.
·
Beckwith-Wiedemann Syndrome
(5%-10%), sindrom ini termasuk omphalocele, macroglossia dan visceromegali.
2.4
Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada
kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kekurangan nutrisi
dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya
dengan nutrisi parenteral. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang
dan pemasangan ventilator yang lama Kelainan kongenital dinding perut ini
mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.
2.5
Diagnosis
Diagnosis
omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi
dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta
ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui sebagai defek dinding
abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek
kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus
oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau
sekitar 4% saat proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele)
mempunyai suatu kantong yang menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi
hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya
rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.
Klasifikasi menurut Omfalokel menurut
Moore ada 3,yaitu:
·
Tipe1:diameter
defek < 2,5 cm
·
Tipe2:diameter
defek 2,5 – 5 cm
·
Tipe 3 : diameter
defek > 5 cm
Suatu defek yang sempit
dengan kantong yang kecil mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam kasus ini
timbul bahaya tersendiri bila kantong terjepit klem dan sebagian isinya berupa
usus, bagiannya teriris saat ligasi tali pusat. Bila omfalokel dibiarkan tanpa penanganan, bungkusnya
akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat
tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta.
Kadang dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.Diagnosis
omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.dan dapat ditegakkan pada
waktu prenatal dan pada waktu postnatal.
» Diagnosis prenatal
» Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan
USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat
minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara normal seharusnya usus
telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin. Pada pemeriksaan USG
Omphalokel tampak sebagai suatu gambaran garis–garis halus dengan gambaran kantong
atau selaput yang ekhogenik pada daerah tali pusat (umbilical cord) berkembang.
Berbeda dengan gastroskisis, pada pemeriksaan USG tampak gambaran garis-garis
yang kurang halus, tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat defek terpisah
dari tali pusat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada masa prenatal
selain USG diantaranya ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum
alpha-fetoprotein), dan analisa kromosom melaui amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan selain
menunjang diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada janin.
» Diagnosis
postnatal (setelah kelahiran)
Gambaran
klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral
dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter
mulai 4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung herniasi organ–organ abdomen baik
solid maupaun berongga dan masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta
tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun
atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam
berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan
Warton’s jelly. Warton’s jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil
deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal). Jelly mengandung kaya mukosa dengan sedikit
serat dan tidak mengandung vasa atau nervus.
Pada giant omphalocele, defek biasanya berdiameter 8-12 cm atau
meliputi seluruh dinding abdomen (kavum abdomen sangat kecil) dan dapat
mengandung seluruh organ-organ abdomen termasuk liver.Kantong atau selaput pada
omphalokel dapat mengalami ruptur. Glasser
(2003) menyebutka bahwa sekitar 10-20 % kasus omphalokele terjadi ruptur selama
kehamilan atau pada saat melahirkan. Disebutkan pula bahwa omphalokel yang mengalami
ruptur tersebut bila diresorbsi akan menjadi gastroskisis. Apabila terjadi
ruptur dari selaput atau kantong maka oergan-organ abdomen janin/bayi
dapat berubah struktur dan fungsi berupa pembengkakan, pemendekan atau eksudat
pada permukan organ abdomen tersebut Perubahan tersebut tergantung dari
lamanya infeksi dan iskemik yang berhubungan dengan lamanya organ-organ
terpapar cairan amnion dan urin janin. Bayi-bayi dengan omphalokele yang intak
biasanya tidak mengalami distres respirasi, kecuali bila ada hipoplasia paru
yang biasanya ditemukan pada giant omphalocele.
Kelainan
lain yang sering ditemukan pada omphalokel terutama pada giant omphalocele
ialah malrotasi usus serta kelainan-kelainan kongenital lain.
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada saat bayi lahir untuk mendukung diagnosis
diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi. Pemeriksaan radiologi
dapat berupa rongent thoraks untuk melihat ada tidaknya kelainan paru-paru dan
ekhocardiogram untuk melihat ada tidaknya kelainan jantung.
Diagnosa banding
|
omphalokel
|
hernis umbilikalis kongenital
|
Gastroskisis
|
Lokasi defek
|
Pada cincin umbilikus (umbilikal ring)
|
Pada cincin umbilikus
|
Terpisah (biasanya lateral dari)
cincin umbilicus
|
Diameter/ukuran defek (cm)
|
4-12 cm
|
< 4 cm
|
< 4 cm
|
Kavum abdomen
|
Kecil terutama pada giant
omphalocele
|
Normal
|
normal
|
Kantong
|
+
|
+
|
-
|
Kandungan kantong
|
Seluruh organ abdomen
|
Beberapa loop usus
|
Biasanya gaster atau usus
|
Letak tali pusat (umbilical cord)
|
Pada puncak kantong
|
Pada puncak kantong
|
Terpisah
dengan kantong, biasanya di lateral
|
Keadaan permukaan organ
abdomen/usus
|
Normal
|
Normal
|
Memendek atau terdapat bercak eksudat
|
Malrotasi
|
Sering
|
-
|
Jarang
|
Atresia dan strangulasi
|
Jarang
|
-
|
Sering
|
Hubungan dengan kelainan kongenital
|
Sering
|
sering terdapat divertikulum Meckel)
|
Jarang
|
2.6
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan prenatal
Apabila terdiagnosa
omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada
orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent
sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan
akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa
melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan
sebaiknya dilakukan observasi melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan
tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang
ukurannya atau bahkan ruptur sehingga mempengaruhi pronosis.
Oak Sanjai (2002)
meyebutkan bahwa komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan defek
dinding abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan
dan kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai
saat ini persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan sebagai metode terpilih
pada janin dengan defek dinding abdomen. Ascraft (1993) menyatakan bahwa
beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika terdiagnosa omphalokel
yang besar atau janin memiliki kelainan konggenital multipel.
b. Penatalaksanan
postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan
postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate
postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau
nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Secara umum
penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki
fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan
omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga
lebih sedikit membutuhkan resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan
gastroskisis.
Penatalaksanaan
segera bayi dengan omphalokel adalah sbb:
1.
Tempatkan
bayi pada ruangan yang asaeptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi
dan infeksi.
2. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk
menghindari bayi menagis dan air swallowing. Posisi
kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
3. lakukan
penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu
ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi
seperti mask tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam
traktus gastrointestinal.
4. Pasang
pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan
dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi
distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi
tekanan intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi
dan untuk dekompresi sistem usus.
5.
Pasang
kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan
intra abdomen.
6.
Pasang
jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan
nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga
kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan
untuk pemberian antibitika broad spektrum.
7. Lakukan
monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit
8. Pada
omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone -iodine
soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik dressing wrap? atau
plastik bowel bag. Tindakan harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara
tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik, mencegah
kehilangan panas dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang
dapat mengganggu suplai aliran darah.
9. Pemeriksaan
darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna
persiapan operasi bila diperlukan.
10. Evaluasi
adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks
dan ekhokardiogram.
11. Bila
bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan
ditambah oksigen.
·
Pertolongan pertama saat
lahir:Kantong omfalokel dibungkus kasa yang
dibasahi betadin,selanjutnya dibungkus dengan plastic.Bayi dimasukkan incubator
dan diberi oksigen Pasang NGT dan rectal tube Antibiotika.
·
Konservatif:
Dilakukan bila penutuan secara primer tidak memungkinkan, misal pada omfaokel
dengan diameter > 5 cm
Perawatan secara :
a) Bayi
dijaga agar tetap hangat
b) Kantong
ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9% kalo perlu ditutup dengan lapisan
silo yang dikecilkan secara bertahap
c) Posisipenderita
miring
d) NGT
diisap-isap tiap 30 menit
Penatalaksanaan
omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat
perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami
herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele
atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi
terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki
hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang
lain seperti gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari
seluruh organ-organ intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk,
sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat
membahayakan bayi. Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba melakukan
operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan berhasil.
Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang
epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah granulasi terbentuk
maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk hernia ventralis
yang akan direpair pada waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi
membaik.
Beberapa
obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0,25 % merbromin
(mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine
(betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya
memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang
epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput
atau kantong dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat
menekan dan menguragi isi kantong.
Tindakan
nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kantong. Beberapa
material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, dan poliamid mesh
yang dilekatkan pada kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tindakan
nonoperatif pada omfalokel memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang
banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omfalokel dapat ruptur sehingga
dapat menimbulkan infeksi organ-organ intraabdomen. Ashcraft (2000) menyebutkan
bahwa dari suatu studi, bayi-bayi yang menjalani penatalaksanaan nonoperatif ternyata
memiliki lama rawat inap yang lebih pendek dan waktu full enteral feeding yang
lebih cepat dibanding dengan penatalaksanaan dengan silastic.
Indikasi terapi non
bedah adalah: Bayi dengan ompalokel raksasa (giantomphalocele) dan kelainan
penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada
omfalokelnya. Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila
dilakukan pembedahan.Bayi dengan kelainan lain yang berat yang sangat
mempengaruhi daya tahan hidup.
Prinsip
kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang mengalami
kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat kelainan
yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi usus yang
juga bisa terjadi akibat adhesi antara usushalus dan kantong. Jika
infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen
secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan terbentuk
hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila
dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara
berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang
secara bertahap kana terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan
antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa menghasilkan
blood and tissue levels of mercury well above minimum toxic levels. Alternatif
lain yang aman adalah alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah
keropeng tebal terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan tindakan kemudian tetapi
kadang-kadang menghilang secara komplet.
2.7 Prognosis
Prognosis pasien tergantung
kelainan yang menyertai. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.Omphalocele yang besar dapat
ditutup meskipun dengan operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele dianggap
kritis mengancam hidup jika disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan
hipoplasia pulmoner yang mengakibatkan gangguan pernafasan
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dapat
di simpulkan bahwa Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi (sembuhan) isi
ronnga perut keluar di sekitar umbilicus,benjolan dan dibungkus dalam suatu
kantong. Yang penyebabnya belum pasti di tentukan tetapi ada Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang
berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi,
penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil seperti:
·
defisiensi asam
folat.hipoksia,
·
penggunaan salisilat
·
kelainan genetik serta
polihidramnion.
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah
terjadi pada permukaan yang telanjang.
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka
sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin,
resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli
kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna
perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau
mengakhiri kehamilan.
Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi
melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan.
Selama kehamilan omphalokel mungkin
berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga
mempengaruhi prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.
1998. Sinopsis Obstetri jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran ECG; Jakarta.
Wong,Donna L.2004.
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran
ECG;Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/
ConversionConversion EmoticonEmoticon