Makalah
Askeb Neonatus
Sistem Kulit dan Persarafan
Di Susun oleh :
Kelompok 5
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D3 Kebidanan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011
Nama Anggota Kelompok
Dwi
Novianti 2010.06610.060
Ifa
Nur Farida 2010.0661.066
Lilis
Nurul Husna 2010.0661.074
Nevi
Vilanti 2010.0661.082
Siti
Marliya 2010.0661.093
Venika
Hartono 2010.0661.098
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya, sehingga makalah
Askeb Neonatus mengenai Sistem kulit dan persarafan dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Neonatus dengan dosen pembimbing Nova Elok, SST. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan
kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta
saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Surabaya,18 September
2011
Penyusun
Bab i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Setelah
lahir saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap peningkatan
input sensorik. Refleks mungkin sedkit tertekan padaa 24 jam pertama, terutama
apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian
beberapa refleks mulai tampak.
Verniks kaseosa adalah zat lemak
superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan gestasi da jumlahnya
menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo adalah generasi pertama
rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini muncul pada minggu
ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan
masalah
1. Bagaimana
proses transisi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus?
2.
Bagaimana proses transisi pada sistem
kulit dalam kehidupan neonatus?
1.3 Tujuan
Dari kesimpulan masalah dapat
bertujuan :
1. Mengetahui
proses transi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus baik intra dan ekstra
uteri
2. Memahami
proses transisi pada sistem kulit dalam kehidupan neonatus baik intra dan
ekstra uteri
Bab II
Pembahasan
1. Sistem Saraf
1.1 Sebelum Lahir
Sistem
Persarafan Pada Janin Pembentukan sistem saraf pada janin Embrio akan terus
membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk
sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural
(neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis
Janin
berespon terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada
kulit, dan penurunan suhu degan mengubah respons otonom, misalnya kecepatan
denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia
gestasi 14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstermitas. Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah
infomasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan
dengan yang di temukan pada spesies mamalia lainnya. Meilinisasi sepurna jalur
motorik ang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya,
belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
A. Perkembangan saraf janin intra uteri
Trimester I (0 – 12 minggu)
·
Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf tersebar
ke seluruh tubuh.
·
Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat
memicu gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang
tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
·
Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan
nafas, menggerakkan seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam
rahim.
·
Janin dapat menghisap ibu jarinya dan berenang
dalam kolam cairan amnion, bersalto dan mungkin membuat simpul pada korda
umbilikalis.
·
Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang
kuat, stimulasi yang mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah
respons otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.
Trimester II (12 – 28 minggu)
·
Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi
14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstremitas.
·
Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai
berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga janin
bisa mengoordinasikan gerakannya.
·
Janin makin aktif bergerak. Dia
menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila
gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka terjadilah
quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu ke-16
gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu,
ibu menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
Trimester
III (28 – 36 minggu)
·
Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal
bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian
otak yang mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses
penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan membedakan antara
suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang didengar belum
sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup.
·
Bola matanya telah dapat digunakan untuk
melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup terang, si kecil dapat
melihat siluet benda-benda di sekitar ibunya.
·
Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi
bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama
trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.
·
Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk
menerima dan mengolah informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif
imatur dibandingkan dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya.
Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga
gerakan halus jari tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah
lahir.
1.3 Setelah Lahir
Setelah lahir saraf mengalami perkembangan pesat
sebagai respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedkit
tertekan padaa 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran
transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian beberapa refleks mulai
tampak. Pada kasus aksifia berat, skor apgar yang rendah (lihat pemeriksaan
pada bayi baru lahir), atau kerusakan saraf, refleks tertekan atau memerlukan
waktu lebih lama untuk muncul. Refleks menggenggam atau refleks moro digunakan
untuk menilai refleks bayi baru lahir. Bayi juga memperlihatkan genggaman
palmar yang kuat dan gerakan melangkah yang ritmik. Banyakk refleks yang
terdapat pada neoatus akan menghilang kecuali apabila terjadi poroses
patologis, yaitu refleks tesebut muncul pada masa dewasa. Bayi memperlihatkan
kesadaran umum akan keadaan sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif (Haith,
1996). Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka
dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa manis. Walaupun bayi
sudah dapat melihat pada saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan
visual pada 6 bulan pertama. Neonatus memperlihatkan ketajaman pengeliatan yang
terbatas tetapi tampakya berfokus pada arak 20 cm. Sejak lahir bayi mengikuti
gerakan. Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang
berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat
membedakan suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi ritmik mengalun seperti
menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980). Neonatus terbuai oleh suara ritmik
bernafas, denyut jantung, dan peristaltis usus, yang mereka dengar, misalnya
selagi digendong.
2. Sistem Kulit
2.1 Sebelum Lahir
Verniks
kaseosa adalah zat lemak superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan
gestasi da jumlahnya menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo
adalah generasi pertama rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini
muncul pada minggu ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Verniks kaseosa
cenderung menumpuk di tempat pertumbuhan lanugo yang padat dan tampak jelas
pada bayi prematur di wajah, teinga, dan bahu serta lipatan-lipatan. Pada
aterm, sisa veriks ditemukan di alir, telinga dan celah kulit. Verniks kaseosa
terdiri dari sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit serta kaya trigliserida,
kolesterol, dan lemak. Perannya adalah melindngi dari cairan amion dan mencegah
janin kehilangan air dan elektrolit. Verniks kaseosa membentuk insulasi bagi
kulit dan membantu mengurangi friksi saat persalinan.
2.2 Setelah Lahir
Kulit
neonatus tampak transparan serta lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk
mengatur suhu, sebagai pelindung dan sebagai organ sensorik. Sebagian
penampakan ini disebabkan oleh tidak adanya lipatan kulit yang tebal dan edema
lokal. Pada bayi baru lahir, produksi melanin dan pigmentasi rendah sehingga
kulit rentan terhadap kerusakan oleh sinar ultraviolet. Namun, sisa hormon ibu
dan plasenta dapat menimbulkan pigmentasi transien di bagian kulit tertentu.
Selama persainan, kulit mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis
akibat tekanan kontraksi dan struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan
iskemia. Intervensi obstetrik, misalnya pemantauan amion (amnio-hooks),
forseps, dan ekstrasi vakum juga menurunkan intergitas kulit. Segera setelah
lahir, sebagian bayi berkulit terang memperlihatkan warna kulit khas agak merah
muda dengan ekstermitas kebiruan, tetapi hangat.
Epidermis
bayi prematur mungkin memiliki ketebalan hanya lima lapisan dibandingkan dengan
15 lapisan bayi aterm. Bayi prematur memiliki kulit merah berkilap translusen
yang menjadi lebih merah muda sebelum menajadi putih seperti kulit bayi aterm.
Pengeringan kulit merupakan proses pematangan yang normal. Zat yang menggangu
proses keratinisasi, misalnya emolien, dapat memperlambat perkembangan kulit
menjadi sawar yang efektif. Pengeluaran air transepidermis dapat dibatasi
dengan pemakaian selimut termal, yang mengubah aliran udara dan mempertahankan
lapisan insulator udara jenuh tetap berkontak dengan kulit.
Bab III
Kesimpulan
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut
Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal. Selama persainan, kulit
mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis akibat tekanan kontraksi dan
struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan iskemia.
Daftar pustaka
·
Allen, C.V. 1991. Memahami Proses
Perawatan dengan Pendekatan Latihan. Diterjemahkan oleh Cristantie Effendi.
Jakarta: EGC.
·
Bobak, Irena M. dkk. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hamilton, Persis M. 1995. Dasar- dasar
Kerperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Madika.
·
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.
khkhjkMakalah
Askeb Neonatus
Sistem Kulit dan Persarafan
Di Susun oleh :
Kelompok 5
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D3 Kebidanan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011
Nama Anggota Kelompok
Dwi
Novianti 2010.06610.060
Ifa
Nur Farida 2010.0661.066
Lilis
Nurul Husna 2010.0661.074
Nevi
Vilanti 2010.0661.082
Siti
Marliya 2010.0661.093
Venika
Hartono 2010.0661.098
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya, sehingga makalah
Askeb Neonatus mengenai Sistem kulit dan persarafan dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Neonatus dengan dosen pembimbing Nova Elok, SST. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan
kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta
saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Surabaya,18 September
2011
Penyusun
Bab i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Setelah
lahir saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap peningkatan
input sensorik. Refleks mungkin sedkit tertekan padaa 24 jam pertama, terutama
apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian
beberapa refleks mulai tampak.
Verniks kaseosa adalah zat lemak
superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan gestasi da jumlahnya
menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo adalah generasi pertama
rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini muncul pada minggu
ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan
masalah
1. Bagaimana
proses transisi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus?
2.
Bagaimana proses transisi pada sistem
kulit dalam kehidupan neonatus?
1.3 Tujuan
Dari kesimpulan masalah dapat
bertujuan :
1. Mengetahui
proses transi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus baik intra dan ekstra
uteri
2. Memahami
proses transisi pada sistem kulit dalam kehidupan neonatus baik intra dan
ekstra uteri
Bab II
Pembahasan
1. Sistem Saraf
1.1 Sebelum Lahir
Sistem
Persarafan Pada Janin Pembentukan sistem saraf pada janin Embrio akan terus
membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk
sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural
(neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis
Janin
berespon terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada
kulit, dan penurunan suhu degan mengubah respons otonom, misalnya kecepatan
denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia
gestasi 14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstermitas. Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah
infomasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan
dengan yang di temukan pada spesies mamalia lainnya. Meilinisasi sepurna jalur
motorik ang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya,
belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
A. Perkembangan saraf janin intra uteri
Trimester I (0 – 12 minggu)
·
Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf tersebar
ke seluruh tubuh.
·
Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat
memicu gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang
tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
·
Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan
nafas, menggerakkan seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam
rahim.
·
Janin dapat menghisap ibu jarinya dan berenang
dalam kolam cairan amnion, bersalto dan mungkin membuat simpul pada korda
umbilikalis.
·
Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang
kuat, stimulasi yang mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah
respons otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.
Trimester II (12 – 28 minggu)
·
Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi
14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstremitas.
·
Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai
berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga janin
bisa mengoordinasikan gerakannya.
·
Janin makin aktif bergerak. Dia
menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila
gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka terjadilah
quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu ke-16
gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu,
ibu menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
Trimester
III (28 – 36 minggu)
·
Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal
bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian
otak yang mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses
penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan membedakan antara
suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang didengar belum
sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup.
·
Bola matanya telah dapat digunakan untuk
melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup terang, si kecil dapat
melihat siluet benda-benda di sekitar ibunya.
·
Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi
bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama
trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.
·
Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk
menerima dan mengolah informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif
imatur dibandingkan dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya.
Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga
gerakan halus jari tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah
lahir.
1.3 Setelah Lahir
Setelah lahir saraf mengalami perkembangan pesat
sebagai respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedkit
tertekan padaa 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran
transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian beberapa refleks mulai
tampak. Pada kasus aksifia berat, skor apgar yang rendah (lihat pemeriksaan
pada bayi baru lahir), atau kerusakan saraf, refleks tertekan atau memerlukan
waktu lebih lama untuk muncul. Refleks menggenggam atau refleks moro digunakan
untuk menilai refleks bayi baru lahir. Bayi juga memperlihatkan genggaman
palmar yang kuat dan gerakan melangkah yang ritmik. Banyakk refleks yang
terdapat pada neoatus akan menghilang kecuali apabila terjadi poroses
patologis, yaitu refleks tesebut muncul pada masa dewasa. Bayi memperlihatkan
kesadaran umum akan keadaan sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif (Haith,
1996). Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka
dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa manis. Walaupun bayi
sudah dapat melihat pada saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan
visual pada 6 bulan pertama. Neonatus memperlihatkan ketajaman pengeliatan yang
terbatas tetapi tampakya berfokus pada arak 20 cm. Sejak lahir bayi mengikuti
gerakan. Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang
berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat
membedakan suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi ritmik mengalun seperti
menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980). Neonatus terbuai oleh suara ritmik
bernafas, denyut jantung, dan peristaltis usus, yang mereka dengar, misalnya
selagi digendong.
2. Sistem Kulit
2.1 Sebelum Lahir
Verniks
kaseosa adalah zat lemak superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan
gestasi da jumlahnya menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo
adalah generasi pertama rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini
muncul pada minggu ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Verniks kaseosa
cenderung menumpuk di tempat pertumbuhan lanugo yang padat dan tampak jelas
pada bayi prematur di wajah, teinga, dan bahu serta lipatan-lipatan. Pada
aterm, sisa veriks ditemukan di alir, telinga dan celah kulit. Verniks kaseosa
terdiri dari sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit serta kaya trigliserida,
kolesterol, dan lemak. Perannya adalah melindngi dari cairan amion dan mencegah
janin kehilangan air dan elektrolit. Verniks kaseosa membentuk insulasi bagi
kulit dan membantu mengurangi friksi saat persalinan.
2.2 Setelah Lahir
Kulit
neonatus tampak transparan serta lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk
mengatur suhu, sebagai pelindung dan sebagai organ sensorik. Sebagian
penampakan ini disebabkan oleh tidak adanya lipatan kulit yang tebal dan edema
lokal. Pada bayi baru lahir, produksi melanin dan pigmentasi rendah sehingga
kulit rentan terhadap kerusakan oleh sinar ultraviolet. Namun, sisa hormon ibu
dan plasenta dapat menimbulkan pigmentasi transien di bagian kulit tertentu.
Selama persainan, kulit mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis
akibat tekanan kontraksi dan struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan
iskemia. Intervensi obstetrik, misalnya pemantauan amion (amnio-hooks),
forseps, dan ekstrasi vakum juga menurunkan intergitas kulit. Segera setelah
lahir, sebagian bayi berkulit terang memperlihatkan warna kulit khas agak merah
muda dengan ekstermitas kebiruan, tetapi hangat.
Epidermis
bayi prematur mungkin memiliki ketebalan hanya lima lapisan dibandingkan dengan
15 lapisan bayi aterm. Bayi prematur memiliki kulit merah berkilap translusen
yang menjadi lebih merah muda sebelum menajadi putih seperti kulit bayi aterm.
Pengeringan kulit merupakan proses pematangan yang normal. Zat yang menggangu
proses keratinisasi, misalnya emolien, dapat memperlambat perkembangan kulit
menjadi sawar yang efektif. Pengeluaran air transepidermis dapat dibatasi
dengan pemakaian selimut termal, yang mengubah aliran udara dan mempertahankan
lapisan insulator udara jenuh tetap berkontak dengan kulit.
Bab III
Kesimpulan
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut
Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal. Selama persainan, kulit
mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis akibat tekanan kontraksi dan
struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan iskemia.
Daftar pustaka
·
Allen, C.V. 1991. Memahami Proses
Perawatan dengan Pendekatan Latihan. Diterjemahkan oleh Cristantie Effendi.
Jakarta: EGC.
·
Bobak, Irena M. dkk. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hamilton, Persis M. 1995. Dasar- dasar
Kerperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Madika.
·
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.
khkhjkMakalah
Askeb Neonatus
Sistem Kulit dan Persarafan
Di Susun oleh :
Kelompok 5
Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi D3 Kebidanan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011
Nama Anggota Kelompok
Dwi
Novianti 2010.06610.060
Ifa
Nur Farida 2010.0661.066
Lilis
Nurul Husna 2010.0661.074
Nevi
Vilanti 2010.0661.082
Siti
Marliya 2010.0661.093
Venika
Hartono 2010.0661.098
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayah-Nya, sehingga makalah
Askeb Neonatus mengenai Sistem kulit dan persarafan dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Neonatus dengan dosen pembimbing Nova Elok, SST. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan
kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta
saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Surabaya,18 September
2011
Penyusun
Bab i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Setelah
lahir saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap peningkatan
input sensorik. Refleks mungkin sedkit tertekan padaa 24 jam pertama, terutama
apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian
beberapa refleks mulai tampak.
Verniks kaseosa adalah zat lemak
superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan gestasi da jumlahnya
menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo adalah generasi pertama
rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini muncul pada minggu
ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan
masalah
1. Bagaimana
proses transisi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus?
2.
Bagaimana proses transisi pada sistem
kulit dalam kehidupan neonatus?
1.3 Tujuan
Dari kesimpulan masalah dapat
bertujuan :
1. Mengetahui
proses transi pada sistem saraf dalam kehidupan neonatus baik intra dan ekstra
uteri
2. Memahami
proses transisi pada sistem kulit dalam kehidupan neonatus baik intra dan
ekstra uteri
Bab II
Pembahasan
1. Sistem Saraf
1.1 Sebelum Lahir
Sistem
Persarafan Pada Janin Pembentukan sistem saraf pada janin Embrio akan terus
membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk
sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural
(neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis
Janin
berespon terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada
kulit, dan penurunan suhu degan mengubah respons otonom, misalnya kecepatan
denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia
gestasi 14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstermitas. Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah
infomasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan
dengan yang di temukan pada spesies mamalia lainnya. Meilinisasi sepurna jalur
motorik ang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya,
belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
A. Perkembangan saraf janin intra uteri
Trimester I (0 – 12 minggu)
·
Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf tersebar
ke seluruh tubuh.
·
Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat
memicu gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang
tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
·
Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan
nafas, menggerakkan seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam
rahim.
·
Janin dapat menghisap ibu jarinya dan berenang
dalam kolam cairan amnion, bersalto dan mungkin membuat simpul pada korda
umbilikalis.
·
Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang
kuat, stimulasi yang mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah
respons otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.
Trimester II (12 – 28 minggu)
·
Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi
14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstremitas.
·
Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai
berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga janin
bisa mengoordinasikan gerakannya.
·
Janin makin aktif bergerak. Dia
menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila
gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka terjadilah
quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu ke-16
gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu,
ibu menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
Trimester
III (28 – 36 minggu)
·
Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal
bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian
otak yang mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses
penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan membedakan antara
suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang didengar belum
sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup.
·
Bola matanya telah dapat digunakan untuk
melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup terang, si kecil dapat
melihat siluet benda-benda di sekitar ibunya.
·
Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi
bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama
trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.
·
Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk
menerima dan mengolah informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif
imatur dibandingkan dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya.
Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga
gerakan halus jari tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah
lahir.
1.3 Setelah Lahir
Setelah lahir saraf mengalami perkembangan pesat
sebagai respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedkit
tertekan padaa 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran
transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudaian beberapa refleks mulai
tampak. Pada kasus aksifia berat, skor apgar yang rendah (lihat pemeriksaan
pada bayi baru lahir), atau kerusakan saraf, refleks tertekan atau memerlukan
waktu lebih lama untuk muncul. Refleks menggenggam atau refleks moro digunakan
untuk menilai refleks bayi baru lahir. Bayi juga memperlihatkan genggaman
palmar yang kuat dan gerakan melangkah yang ritmik. Banyakk refleks yang
terdapat pada neoatus akan menghilang kecuali apabila terjadi poroses
patologis, yaitu refleks tesebut muncul pada masa dewasa. Bayi memperlihatkan
kesadaran umum akan keadaan sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif (Haith,
1996). Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka
dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa manis. Walaupun bayi
sudah dapat melihat pada saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan
visual pada 6 bulan pertama. Neonatus memperlihatkan ketajaman pengeliatan yang
terbatas tetapi tampakya berfokus pada arak 20 cm. Sejak lahir bayi mengikuti
gerakan. Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang
berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat
membedakan suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi ritmik mengalun seperti
menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980). Neonatus terbuai oleh suara ritmik
bernafas, denyut jantung, dan peristaltis usus, yang mereka dengar, misalnya
selagi digendong.
2. Sistem Kulit
2.1 Sebelum Lahir
Verniks
kaseosa adalah zat lemak superfisial yang melapisi kulit janin dari peregahan
gestasi da jumlahnya menurn sesuai denga pertambahan usia gestasi. Lanugo
adalah generasi pertama rambut tubuh yang halus dan tidak berpigmen; rambut ini
muncul pada minggu ke-12 dan umumnya rontok sebelum lahir. Verniks kaseosa
cenderung menumpuk di tempat pertumbuhan lanugo yang padat dan tampak jelas
pada bayi prematur di wajah, teinga, dan bahu serta lipatan-lipatan. Pada
aterm, sisa veriks ditemukan di alir, telinga dan celah kulit. Verniks kaseosa
terdiri dari sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit serta kaya trigliserida,
kolesterol, dan lemak. Perannya adalah melindngi dari cairan amion dan mencegah
janin kehilangan air dan elektrolit. Verniks kaseosa membentuk insulasi bagi
kulit dan membantu mengurangi friksi saat persalinan.
2.2 Setelah Lahir
Kulit
neonatus tampak transparan serta lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk
mengatur suhu, sebagai pelindung dan sebagai organ sensorik. Sebagian
penampakan ini disebabkan oleh tidak adanya lipatan kulit yang tebal dan edema
lokal. Pada bayi baru lahir, produksi melanin dan pigmentasi rendah sehingga
kulit rentan terhadap kerusakan oleh sinar ultraviolet. Namun, sisa hormon ibu
dan plasenta dapat menimbulkan pigmentasi transien di bagian kulit tertentu.
Selama persainan, kulit mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis
akibat tekanan kontraksi dan struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan
iskemia. Intervensi obstetrik, misalnya pemantauan amion (amnio-hooks),
forseps, dan ekstrasi vakum juga menurunkan intergitas kulit. Segera setelah
lahir, sebagian bayi berkulit terang memperlihatkan warna kulit khas agak merah
muda dengan ekstermitas kebiruan, tetapi hangat.
Epidermis
bayi prematur mungkin memiliki ketebalan hanya lima lapisan dibandingkan dengan
15 lapisan bayi aterm. Bayi prematur memiliki kulit merah berkilap translusen
yang menjadi lebih merah muda sebelum menajadi putih seperti kulit bayi aterm.
Pengeringan kulit merupakan proses pematangan yang normal. Zat yang menggangu
proses keratinisasi, misalnya emolien, dapat memperlambat perkembangan kulit
menjadi sawar yang efektif. Pengeluaran air transepidermis dapat dibatasi
dengan pemakaian selimut termal, yang mengubah aliran udara dan mempertahankan
lapisan insulator udara jenuh tetap berkontak dengan kulit.
Bab III
Kesimpulan
Selama masa janin, plasenta melaksanakan
tugas fisiologis penting berupa pertukaran gas, nutrisi, pembuangan produk
sisa, dan aspek sirkulasi tambahan. Dalam beberapa menit setelah lahir, bantuan
plasenta ini terhenti sehingga sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan,
ginjal, dan metabolik bayi harus berfungsi secara indipenden. Transisi dari
kehidupan janin ke neonatus harus mulus, cepat, dan berhasil.
Sistem Persarafan Pada Janin Pembentukan
sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5
terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah
lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut
yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut
Kulit neonatus tampak transparan serta
lunak dan seperti beludru. Kulit penting utuk mengatur suhu, sebagai pelindung
dan sebagai organ sensorik. Sebagian penampakan ini disebabkan oleh tidak
adanya lipatan kulit yang tebal dan edema lokal. Selama persainan, kulit
mengalami perubahan aliran arah dan setres mekanis akibat tekanan kontraksi dan
struktur ibu yang dapat menimbulkan abrasi dan iskemia.
Daftar pustaka
·
Allen, C.V. 1991. Memahami Proses
Perawatan dengan Pendekatan Latihan. Diterjemahkan oleh Cristantie Effendi.
Jakarta: EGC.
·
Bobak, Irena M. dkk. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hamilton, Persis M. 1995. Dasar- dasar
Kerperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
·
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Madika.
·
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.
khkhjk
ConversionConversion EmoticonEmoticon