BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan
keluarga berencana yang kita kenal sekarang ini bermula kepeloporan beberapa
orang tokoh, baik dalam maupun di luar negeri sebelum PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) didirikan di Indonesia, sudah banyak dilakukan
usaha-usaha membatasi kelahiran secara individual. Struktur umum penduduk
berhubungan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Bila
tingkat kelahiran kasar meningkat, maka akan dihasilkan penduduk dengan
struktur usia muda.
Program
KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau dari sudut tujuan dari
pencegahan kelahiran. di dalam Pelita 1 (1969/1970.1973/1974) KB disatukan
dengan kesehatan. Pada Pelita II program KB sudah lebih luas lagi, sejak Pelita
V program KB nasional sudah berubah menjadi gerakan KB nesional, tujuan gerakan
KB nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi
dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran
pertumbuhan penduduk.
Kontrasepsi
suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer, jenis
suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksi progesteron asetat dan 5 mg
norentridon siplonat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (cyclofem) 50 mg
norentridon enartat dari 5 mg estradiol siplonat yang diberikan injeksi IM
sebulan sekali.
(Manuaba, Ida Bagus Gde,
1994)
Disamping
bisa menurunkan maternal mortality rate, karena dengan adanya gerakan KB dapat
membantu menjarangkan kehamilan sehingga jarak antara kehamilan satu dengan kehamilan
yang berikutnya bisa diatur. Sehingga ibu siap baik fisik maupun mental dalam
menghadapi kehamilannya dan angka kematian ibu dapat diturunkan.
|
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melaksanakan
asuhan kebidanan dan mempunyai pengamatan nyata dalam melaksanakan manajemen
kebidanan klien dengan akseptor baru KB suntik 1 bulan.
1.2.2
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswi Akademi Kebidanan mampu :
1.
Melakukan pengkajian data pada
klien dengan KB suntik 1 bulan cyclofem.
2. Melakukan identifikasi masalah pada
klien dengan KB suntik cyclofem.
3.
Menentukan masalah potensial
pada klien dengan KB suntik cyclofem.
4.
Menentukan identifikasi
kebutuhan segera pada klien dengan KB suntik cyclofem.
5.
Menentukan rencana tindakan.
6.
Menentukan pelaksanaan asuhan
kebidanan.
7.
Melakukan evaluasi.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat
waktu dan kemampuan penulis yang terbatas maka penulis membatasi penulisan
asuhan kebidanan pada akseptor baru KB suntik 1 bulan di Puskermas Jagir Surabaya .
1.4 Metode Penulisan
1.4.1
Studi Pustaka
Penulis membekali diri dengan membaca literatur yang
berkaitan dengan KB suntik 1 bulan.
1.4.2
Praktek Langsung
Penulis melakukan asuhan kebidanan serta pendekatan
dengan klien secara langsung di Puskermas Jagir Surabaya .
1.4.3
Bimbingan dan Konsultasi
Dalam menyusun asuhan
kebidanan ini, penulis mendapatkan bimbingan dan asuhan
serta konsultasi pembimbing ruangan dan pembimbing pendidikan.
1.5 Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan Penulisan
1.3
Batasan Masalah
1.4
Metode Penulisan
1.5
Sistematika Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar KB Suntikan 1 Bulan
/ Kombinasi
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Cara Kerja Suntikan 1 Bulan
2.1.3
Keuntungan Kontrasepsi
2.1.4
Keuntungan Non Kontrasepsi
2.1.5
Kerugian dari Suntik 1 Bulan
2.1.6
Yang Boleh Menggunakan Suntikan
2.1.7
Yang tidak Boleh Menggunakan
Suntikan Kombinasi
2.1.8
Waktu Mulai Menggunakan
Suntikan Kombinasi
2.1.9
Cara Penggunaan
2.1.10
Keadaan yang Memerlukan
Perhatian Khusus
2.1.11
Tanda-tanda yang Harus
Diwaspadai pada Penggunaan Suntikan Kombinasi
2.1.12
Pelaksanaan Pelayanan
2.1.13
Penanganan Efek Samping yang
Sering Terjadi
2.1.14
Instruksi untuk Klien
2.1.15
Persiapan Klien
2.1.16
Persiapan Petugas
2.1.17
Persiapan Daerah Penyuntikan
2.1.18
Peralatan
2.1.19
Tehnik Penyuntikan
2.1.20
Setelah Tindakan Penyuntikan
2.1.21
Petunjuk Pertanyaan Alat Suntik
“AUTODIABLE”
2.2
Konsep Dasar Manajemen
BAB 3 TINJAUAN
KASUS
3.1
Pengkajian
3.2
Identifikasi Diagnosa / Masalah
3.3
Antisipasi Masalah Potensial
3.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5
Pengembangan Rencana
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar KB Suntikan 1
Bulan / Kombinasi
2.1.1
Pengertian
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksi
progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (intra
muskular) sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg nerotindron enantat dan 5 mg
estradiol salerat yan diberikan injeksi IM sebulan sekali.
(Dinkes, 2003)
2.1.2
Cara Kerja Suntikan 1 Bulan
2.1.2.1
Menekan ovulasi.
2.1.2.2
Membuat lendir serviks menjadi
kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
2.1.2.3 Perubahan pada endometrium (atrofi)
sehingga implantasi terganggu.
2.1.2.4
Menghambat transportasi gamet
oleh tuba.
2.1.2.5
Sangat efektif (0,1-04
kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
(Dinkes, 2003)
2.1.3
Keuntungan Kontrasepsi
2.1.3.1
Resiko terhadap kesehatan
kecil.
2.1.3.2
Tidak berpengaruh pada hubungan
suami istri.
2.1.3.3
Tidak diperlukan pemeriksaan
dalam.
2.1.3.4
Jangka panjang.
2.1.3.5
Efek samping sangat kecil.
2.1.3.6
Klien tidak perlu menyimpan
obat suntik.
(Hartanto, Hanafi, 1996)
2.1.4
Keuntungan Non Kontrasepsi
2.1.4.1
Mengurangi jumlah perdarahan.
2.1.4.2
Mengurangi nyeri saat haid.
2.1.4.3
|
2.1.4.4
Khasiat mencegah terhadap
kanker ovarium dan kanker endometrium.
2.1.4.5
Mengurangi penyakit payudara
jinak dan kista ovarium.
2.1.4.6
Melindungi klien dari
jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
2.1.4.7
Pada keadaan tertentu dapat
diberikan pada perempuan usia pre menopause.
(Hartanto, Hanafi, 1996)
2.1.5
Kerugian dari Suntik 1 Bulan
2.1.5.1
Terjadi perubahan pada pola
haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak / spoting, atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
2.1.5.2
Mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau
ketiga.
2.1.5.3
Ketergantungan klien terhadap
pelayanan kesehatan, klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan
suntikan.
2.1.5.4
Dapat terjadi efek samping yang
serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
2.1.5.5
Penambahan berat badan.
2.1.5.6
Tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi
virus HIV.
2.1.5.7
Kemungkinan terlambatnya
pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
(Manuaba, IBG., 1998)
2.1.6
Yang Boleh Menggunakan Suntikan
2.1.6.1
Usia reproduksi.
2.1.6.2
Telah memiliki anak, ataupun
yang belum memiliki anak.
2.1.6.3
Ingin mendapatkan kontrasepsi
dengan efektifitas yang tinggi.
2.1.6.4
Menyusui ASI pasca persalinan >
6 bulan.
2.1.6.5
Pasca persalinan dan tidak
menyusui.
2.1.6.6
Anemia.
2.1.6.7
Nyeri haid hebat.
2.1.6.8
Haid teratur.
2.1.6.9
Riwayat kehamilan ektopik.
2.1.6.10
Sering lupa menggunakan pil
kontrasepsi.
(Dinkes, 2003)
2.1.7
Ynag tidak Boleh Menggunakan
Suntikan Kombinasi
2.1.7.1
Hamil dengan diagnosa hamil.
2.1.7.2
Menyusui di bawah 6 minggu
pasca persalinan.
2.1.7.3
Perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya.
2.1.7.4
Penyakit hati akut (virus
hepatitis).
2.1.7.5
Usia > 35 tahun yang
merokok.
2.1.7.6
Riwayat penyakit jantung,
stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 110/110 mmHg).
2.1.7.7
Riwayat kelainan trombo emboli
atau dengan kencing manis
> 20 tahun.
2.1.7.8
Kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migrain.
2.1.7.9
Keganasan payudara.
(Dinkes, 2003)
2.1.8
Waktu Mulai Menggunakan
Suntikan Kombinasi
2.1.8.1
Suntikan pertama dapat diberikan
dalam waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
2.1.8.2
Bila suntikan pertama diberikan
setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
2.1.8.3
Bila klien tidak haid, suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal dapat dipastikan ibu tersebut tidak
hamil. Klien tidak boleh dilakukan hubungan
seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang
lain selama masa waktu 7 hari.
2.1.8.4
Bila klien pasca persalinan 6
bulan, menyusui serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja
dapat dipstikan tidak hamil.
2.1.8.5 Bila pasca persalinan > 6 bulan dan
menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada
siklus haid hari 1 dan 7.
2.1.8.6
Bila pasca persalinan < 6
bulan dan menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi.
2.1.8.7
Bila pasca persalinan 3 minggu
dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi.
2.1.8.8
Pasca keguguran, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
2.1.8.9
Ibu yang sedang menggunakan
metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal kombinasi, selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya
secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu
haid, bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
2.1.8.10
Bila kontrasepsi sebelumnya
juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
2.1.8.11
Ibu yang menggunakan metode
kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil,
dan pemberiannya tanpa perlu menunggu darangnya haid. Bila diberikan pada hari
1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan diberikan hari 1-7 siklus haid, cabut segera AKDR.
(Dinkes, 2003)
2.1.9
Cara Penggunaan
2.1.9.1
Suntikan kombinasi diberikan
setiap bulan dengan suntikan intra muscular dalam, klien diminta datang setiap
4 minggu suntikan ulang dapat diberikan 7
hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat
juga diberikan seterlah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil, tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
(Dinkes, 2003)
2.1.10
Keadaan yang Memerlukan
Perhatian Khusus
2.1.10.1
Keadaan
§ Tekanan darah tinggi.
§ Kencing manis.
§ Migrain.
§ Menggunakan obat tuberkulosis / obat epilapsi.
§ Mempunyai penyakit anemia bulan sabit (sickle cell).
2.1.10.2
Ke dokter / klinik untuk
memastikan hamil atau tidak.
2.1.10.3
Jelaskan efek samping tersering
yang didapat pada penyuntikan dan apa yang harus dilakukan dua hamil tersebut
terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit
kepala, atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau
keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2
atau ke-3.
2.1.10.4
Apabila klien sedang
menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi, obat-obat tersebut dapat
mengganggu efektifitas kontrasepsi yang sedang digunakan.
(Hartanto, Hanafi, 1996)
2.1.11 Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai pada
Penggunaan Suntikan Kombinasi
2.1.11.1
Nyeri dada hebat atau nafas
pendek, kemungkinan adanya bekuan darah di paru, atau serangan jantung.
2.1.11.2
Sakit kepala hebat, atau
gangguan penglihatan, kemungkinan terjadi stroke, hipertensi atau migrain.
2.1.11.3
Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjaci
sumbatan pembuluh darah pada tungkai.
2.1.11.4
Tidak terjadi perdarahan atau
spoting selama 7 hari sebelym suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi
kehamilan.
(Hartanto, Hanafi, 1996)
2.1.12
Pelaksanaan Pelayanan
Ruang untuk pasien rawat jalan maupun ruang perawatan
dapat digunakan untuk pemberian kontrasepsi suntik. Bila mungkin, ruangan
tersebut harus berada jauh dari daerah ramai di lingkungan klinik atau rumah
sakit.
Ruangan tersebut harus :
§ Mendapat cahaya yang memadai.
§ Menggunakan lantai keramik atau semen agar mudah dibersihkan.
§ Bebas dari debu dan serangga.
§ Memiliki ventilasi yang baik.
Fasilitas untuk mencuci tangan juga harus tersedia di
dekat ruangan tersebut, termasuk persediaan air bersih yang mengalir.
Anjurkan :
§ < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan.
§ Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi dan kencing manisnya
terjadi > 20 tahun, perlu pengawasan.
§ Bila tidak ada gejala neurologik yan berhubungan dengan sakit
kepala, boleh diberikan.
§ Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 mg etinil estradiol atau
dari metode kontrasepsi lain.
§ Sebaiknya jangan menggunakan suntikan kombinasi.
(Hartanto, Hanafi, 1996)
2.1.13
Penanganan Efek Samping yang
Sering Terjadi
Feel samping :
1.
Amenore.
2.
Mual / pusing / muntah.
3.
Pendarahan / pendarahan bercak
(spooting).
Penanganannya :
1.
Singkirkan kehamilan, bila
tidak terjadi kehamilan dan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan
bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim, anjurkan klien untuk kembali ke
klinik bila ada datangnya haid masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk
klien, hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen
sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
2.
Pastikan tidak ada kehamilan,
bila hamil, rujuk, bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal
biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
3.
Bila hamil, rujuk. Bila tidak
hamil, cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang
terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan
klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari.
2.1.14
Instruksi untuk Klien
2.1.14.1
Klien harus kembali ke dokter /
klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 4 minggu.
2.1.14.2
Bila tidak haid lebih dari 2
bulan, klien harus kembali serta tersedia wadah atau kantong plastik untuk
pembuangan limbah terkontaminasi.
Wadah tahan tusuk harus diletakkan di tempat yang aman
untuk pembuangan jarum dan alat suntik.
2.1.15
Persiapan Klien
1.
Periksa daerah suntik apakah
bersih atau kotor.
2.
Bila lengan atas atau pantat
yang akan disuntik terlihat kotor, calon klien diminta membersihkannya dengan
sabun dan air.
3.
Biarkan daerah tersebut kering.
2.1.16
Persiapan Petugas
1.
Cuci tangan dengan sabun dan
bilas dengan air mengalir, keringkan dengan handuk atau dianginkan.
2. Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet. Hapus
karet yang ada di bagian atas vial dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 60-90 %. Biarkan kering (pada depo
provera / cyclofem).
3.
Bila menggunakan jarum dan
semprit suntiok sekali pakai, segera buka plastiknya. Bila menggunakan jarum
dan semprit suntik yang telah disterilkan dengan DTT, pakai konrentang / konsep
yang telah di DTT untuk penghubung.
4.
Pasang jarum pada semprit
suntik dengan memasukkan jarum pada mulut semprit penghubung.
5.
Balikkan vial dengan mulut vial
ke bawah, masukkan cairan suntik dalam semprit. Gunakan jarum yang sama untuk
menghisap kontrasepsi suntik dan menyuntikkan pada klien.
2.1.17
Persiapan Daerah Penyuntikan
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
yang dibasahi oleh ethil / isopropil alkohol 60-90 %. Biarkan kulit tersebut
kering sebelum dapat disuntik.
2.1.18
Peralatan
-
Obat yang akan disuntikkan
(Depo provera, cyclofem).
-
Semprit suntik dan jarumnya
(sekali pakai).
-
Alkohol 60-90 % dan kapas.
2.1.19
Tehnik Penyuntikan
2.1.19.1
Kocok botol dengan baik,
hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara (pada Depo provera / cyclofem).
Keluarkan isinya.
2.1.19.2
Suntikan secara intra muskular
dalam daerah pantat (daerah gluteal). Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontraaepsi suntik akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
2.1.19.3
Depo provera (3 ml/150 mg atau
1 ml/150 mg) diberikan setiap
3 bulan (12 minggu).
2.1.19.4
Noristerat (200 mg) medroksi
progesteron asetat dan 5 mg estrogen sipionate diberikan setiap bulan. Di
Indonesia didapatkan haid teratur pada 85 % peserta suntikan cyclofem.
2.1.20
Setelah Tindakan Penyuntikan
Untuk jarum dan semprit sekali pakai :
2.1.20.1
Jangan memijat daerah suntik.
Jelaskan pada klien bahwa obat akan terlalu cepat diserap.
2.1.20.2
Jangan memasukkan kembali, dan
jangan membengkokkan atau mematahkannya. Buang jarum dan semprit dalam / kotak
/ tempat tahan robekan / tusukan / tembus, misalnya kotak kayu, botol plastik,
atau kaleng yang mempunyai tutup. Botol bekas infus dapat dipakai, tetapi ada
kemungkinan tertembus / robek.
2.1.20.3
Letakkan kotak tersebut pada
tempat yang mudah dijangkau dan mudah dibuka tanpa menggunakan benda tajam.
2.1.20.4
Kubur / bakar bila kotak
tersebut telah 2/3 penuh.
(Dinkes, 2003)
2.1.21
Petunjuk Pertanyaan Alat Suntik
“AUTODIABLE”
1.
Periksa apakah kemasan alat
suntik tidak rusak dan belum dibuka. Buang bila telah terbuka atau rusak.
2.
Buka bagian bawah kemasan dan
keluarkan alat suntik tersebut.
3.
Tanpa menyentuh hubjarum,
pasang alat suntik ke jarum dengan kencang putar.
4.
Usapkan / bersihkan bagian atas
vial dengan alkohol dan biarkan hingga kering.
5.
Buka tutup pelindung jarum.
Jangan menggerakkan pendorong, dan jangan menyuntikkan udara ke dalam vial,
karena akan membuat alat suntik berfungsi (disable).
6.
Ambil dan balikkan vial,
masukkan jarum ke dalam vial.
7.
Jaga agar ujung jarum tetap
dalam cairan, jangan memasukkan udata ke dalam alat suntik. Hal tersebut dapat
mengakibatkan dosis yang tidak tepat. Tarik pendorong seara perlahan untuk
mengisi, alat suntik pendorong akan terhenti secara otomatis bila telah
mencapai tanda batas (0,5 ml atau 1 ml) dan akan terdengar suara “klik”.
8.
Untuk mengeluarkan gelembung
udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik dengan posisi tegak, dan
ketuk tabung alat suntik. Kemudian secara perlahan tekan pendorong ke tanda
batas dosis (0,5 ml atau 1
ml).
9.
Lepas / cabut jarum dari vial.
10.
Berikan suntikan sesuai
petunjuk klinis.
11.
Tekan pendorong hingga dosis
habis, pendorong akan terkunci secara otomatis untuk mencegah agar alat suntik
tidak dapat dipakai ulang.
12.
Segera singkirkan / buang alat
suntik tersebut ke dalam wadah pembuangan jarum dan alat suntik. Jangan
memasang tutup jarum kembali.
Jarum atau tabung yang dipakai lebih dari sekali
Lakukan dekontaminasi dengan merendamnya dalam cairan
klorin 0,5 % sehingga jarum dan tabung aman dipakai ulang (cairan klorin
mematikan kuman hepatitis dan HIV). Setelah dekontaminasi, pisahkan jarum dan
tabung. Bersihkan, cuci dan sterilisasi dengan cara penguapan atau pemanasan
kering atau desinfeksi tingkat tinggi sesuai proses yang telah dijelaskan.
Otoklaf atau DTT dengan cara rebus. Bila menggunakan tabung kaca, pemanasan
kering dapat dilakukan.
(Dinkes, 2003)
2.2 Konsep Dasar Manajemen
Asuhan
kebidanan adalah bantuan yang dilakukan oleh bidan kepada individu atau klien
yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui suatu
proses yang disebut Manajemen Kebidanan. (DepKes RI, 1995 : 3)
Adapun
penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan
melalui suatu proses manajemen kebidanan yang terdiri atas beberapa model alur
pikiran yaitu 9 langkah, model Varney 7 langkah, model Kompetensi Bidan Indonesia
5 langkah.
2.2.1
Pengkajian
Pengkajian
merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan yaitu pengumpulan data, mengelola
dan menganalisis data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif obyektif dan
data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien. (DepKes
RI, 1996)
2.2.1.1
Data Subyektif
1.
Biodata
-
Nama yang jelas dan lengkap,
bila perlu nama panggilan sehari-hari.
-
Umur dicatat dalam tahun,
sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien.
-
Alamat perlu dicatat, untuk
mengetahui ibu sejauh mana pengaruh kesehatan klien dan juga berkaitan dengan
pembiayaan.
-
Perlu dicatat, karena hal ini
sangat berpengaruh di dalam kehidupan termasuk kesehatan.
-
Pendidikan klien ditanyakan
untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
-
Status perkawinan ditanyakan
pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap
masalah kesehatan.
2.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan oleh klien seperti ibu
yang ingin mengikuti KB suntik 1 bulan.
3.
Riwayat kebidanan
1)
Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat
menstruasi antara lain : menarche umur berapa, siklus menstruasi, lama
menstruasi, banyaknya darah yang keluar, warna dan bau darah, dysmenorrhoe.
2)
Riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu
Hal yang perlu ditanyakan yaitu :
-
Kehamilan ke berapa dan dari
perkawinan ke berapa.
-
Ikhtisar kehamilan.
-
Riwayat persalinan, anak hidup
atau mati dan sebab kematian, jenis kelamin, tempat melahirkan / penolong
persalinan, cara melahirkan, spontan belakang atau dengan tindakan.
-
Masalah / gangguan yang timbul
saat masa nifas dan laktasinya.
4.
Riwayat kesehatan sekarang
Yang perlu dikaji apakah klien mempunyai riwayat
penyakit keturunan ataupin penyakit menular.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Data itu diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga, orang tua klien, apakah menderita penyakit
keturunan dan penyakit menular.
6.
Riwayat keluarga berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah KB.
7.
Pola kebiasaan sehari-hari
-
Nutrisi
Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama ini
sudah sesuai kebutuhan.
-
Pola eliminasi
Bagaimana pola BABnya, konstipasi atau tidak, merupakan
salah satunya masalah yang berhubungan dengan pencernaan dan pola BAK.
-
Pola istirahat
Waktu istirahat + 8 jam.
-
Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang
perlu diperhatikan dalam hygiene.
-
Aktifitas
Bagi ibu yang mengerjakan
aktifitas rumah tangga membutuhkan waktu yang tidak
sedikit dan juga membutuhkan energi yang banyak.
8.
Latar belakang sosial budaya
Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan keluarga
dalam kehidupan sehari-hari.
9.
Psikologi dan spiritual
Bagaimana hubungan dengan
keluarga, keadaan ibu yang menderita sakit lebih
sensitif, kehidupan yang harmonis serta menyenangkan sangat dibutuhkan.
2.2.1.2
Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan umum
b.
Tanda-tanda vital
-
Tekanan darah : Normal adalah antara 90/60 mmHg hingga 130/60 mmHg.
-
Nadi : Normal + 80-100 x/menit, bila lebih
dari 120 x/ menit, hal ini menunjukkan adanya kelainan.
-
Pernafasan : Normal
16-24 x/menit, bila lebih dari
24 x/menit menandakan adanya tachipneu.
(Robert P., 1996)
-
Suhu : Normalnya 900
F-99,60 F (36,10 C – 37,60 C).
Doenges, 2001)
c.
Tinggi badan, berat badan,
postur tubuh
d.
Kepala
-
Rambut : Bersih atau kotor,
pertumbuhan, warna mudah rontok / tidak, rambut yang mudah dicabut menandakan
kurang gizi.
-
Mata : Apakah bentuknya
simetris, conjungtiva anemis / tidak, sklera mata ikterus / tidak, adakah
conjungtivitis.
(DepKes RI ,
2000)
-
Hidung : Simetris, ada polip atau
tidak, bagaimana kebersihannya.
-
Mulut : Adakah sariawan,
bagaimana kebersihannya.
-
Leher : Apakah ada benjolan,
pembesaran kelenjar lymfe, apakah ada pembesaran kelenjar tyroid.
-
Abdomen : Genetalia, ekstremitas.
2.2.2
Identifikasi Diagnosa / Masalah
Diagnosa kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan
masalah yang diputuskan oleh seorang bidan sesuai dengan teori dan
masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu dengan KB suntik 1 bulan.
DS : - Ibu mengatakan akan mengikuti KB suntik 1
bulan.
DO : - Keadaan umum baik.
- Tensi
: 100/60 mmHg, nadi : 84 x/menit.
- Payudara
: Simetris, tidak ada kelainan.
- Vulva
: Kebersihan cukup, tidak ada kelainan.
2.2.3
Identifikasi Masalah Potensial
Sehubungan dengan KB suntik 1 bulan tidak ditemukan
adanya masalah.
2.2.4
Identifikasi Kebutuhan dan
Tindakan Segera
Pada tahap ini pada pasien yang dilakukan sesuatu, hanya
bentuk informasi saja.
2.2.5
Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa.
Diagnosa : P10001
akseptor baru KB suntik.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Tanggal : 7-11-2008
Jam : 09.00 WIB
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama pasien : Ny. “S”
Umur :
23 tahun
Agama :
Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
Jl. Wonokromo no. 7
Nama suami : Tn.
“M”
Umur :
28 tahun
Agama :
Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Jl. Wonokromo no. 7
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengikuti KB suntik 1 bulan
(cyclofiem).
3.
Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit menular seperti hepatitis, TBC dan penyakit keturunan seperti asthma,
jantung, kencing manis, ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah
menjalani operasi.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
|
5.
Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus :
Teratur 28 hari
Lama :
6-7 hari
Dismenorrhoe : Tidak ada
Warna :
Merah tua
Jumlah :
Cukup
Bau :
Amis
HPHT :
2-10-2008
Fluor albus : Tidak ada
6.
Riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu
Perka
winan No
|
Keha
|
Persalinan
|
♂ / ♀
|
BBL
/ PBL
|
Mati
Sebab
|
Nifas
|
ASI
|
KB
|
|||
Usia
Hamil
|
Penolong
|
Cara
Bersalin
|
Tempat
|
||||||||
I
|
I
|
9
bulan
|
Bidan
|
|
BPS
|
♀
|
2.900
gr
49 cm
|
–
|
–
|
6
bulan
|
Suntik
|
7.
Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun dan ibu ingin ikut KB suntik.
8.
Riwayat psikologis, sosial dan
spiritual
a.
Psikologis
Ibu mengatakan sudah membicarakan
dengan suami setujui sehingga ibu sudah benar-benar mantap mengikuti KB suntik.
b.
Sosial
-
Hubungan dengan suami dan
keluarga baik.
-
Dalam keluarga tidak ada
larangan untuk ikut KB apapun.
c.
Spiritual
Ibu menganut agama Islam rajin
menjalankan sholat 5 waktu.
9.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
|
Sebelum
Ikut KB
|
Sesudah
Ikut KB
|
Nutrisi
|
Ibu mengatakan makan 3 x/ hari dengan nasi, lauk pauk dan sayur,
porsi cukup (+ 1 piring), minum air putih + 6-7 gelas/hari.
|
Ibu mengatakan makan 3 x/hari dengan nasi, lauk pauk dan kadang
sayur, minum air putih + 7-8 gelas/hari.
|
Pola
|
Sebelum
Ikut KB
|
Sesudah
Ikut KB
|
Istirahat
Kebersihan
diri
Eliminasi
Aktifitas
Seksual
|
-
Tidur siang 12.00-13.00 WIB
-
Tidur malam 21.00-05.00 WIB.
Ibu mandi 2
kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari, dan ganti pakaian 1 kali/hari,
keramas 2-3 kali seminggu.
Ibu mengatakan
:
BAK : +
3-4 x/hari.
BAB : +
1 x/hari.
Ibu mengatakan
mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri.
Ibu mengatakan
melakukan hubungan sexual 2 x/minggu.
|
Ibu mengatakan
tidak ada perubahan.
Ibu mengatakan
tidak ada perubahan.
Ibu mengatakan
:
BAK : +
4-5 x/hari.
BAB : +
1 x/hari.
Ibu mengatakan
mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri kadang dibantu suami.
Ibu mengatakan
tidak ada perubahan.
|
B.
Data Objektif
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 45 kg
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu :
365 0C
Nadi :
84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
2.
Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut
hitam, kebersihan cukup, pertumbuhan rambut merata.
Muka : Tidak
pucat, tidak oedema.
Mata : Sklera
mata tidak ikterus, selaput lendir mata tidak pucat, tidak ada bintik bitot.
Hidung : Tidak
ada cairan dari hidung, bersih, tidak ada polip.
Mulut : Bibir
tidak pucat, tidak kering.
Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar limfe dan thyroid, pembesaran vena jugularis tidak ada.
Payudara : Simetris,
tidak ada benjolan pada mammae, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan / tumor.
Perut : Tidak
ada pembesaran, fundus uteri tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan lien.
Pelipatan paha : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tanda hernia inguinalis tidak ada.
Kaki : Simetris,
tibia baik, tidak ada varices.
Punggung : Baik,
tidak ada.
Vulva : Tidak
dikaji.
Anus : Tidak dikaji.
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
Tanggal
|
Diagnosa
|
Data
Dasar
|
7-11-2008
Jam :
09.00 WIB
|
Ibu dengan
kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem)
|
DS :
-
Ibu mengatakan ingin ikut KB
suntik.
-
Ibu sudah membicarakan dengan
suami.
-
Umur anak 6 bulan.
-
Ibu mengatakan haid terakhir
tanggal 30-10-2008.
-
Ibu tidak menyusui.
DO :
-
Keadaan umum : Baik
-
Kesadaran : Composmentis
-
BB : 45kg
-
TB : 150
-
Tanda-tanda vital :
TD :
110/70 mmHg
Suhu :
365 0C
Nadi :
84 x/menit
RR :
20 x/menit
-
Tidak ada kelainan yang
menyertai ibu.
|
3.3 Antisipasi Masalah
Potensial
–
3.4 Identifikasi Kebutuhan
Segera
–
BAB 4
PEMBAHASAN
Alat kontrasepsi
hormonal (suntik) yang mengandung hormon progesteron 150 mg/1 ml, menurut Dep.Kes RI
(2003) mampu mencegah kehamilan dengan cara :
-
Menghalangi terjadinya ovulasi.
-
Menipiskan endometrium sehingga
nidasi tidak mungkin terjadi.
-
Memekatkan leher servik,
sehingga menghambat perjalanan spermatozoa melalui kanalis servikalis.
Menurut Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2003, teknik
menyuntikan dengan benar adalah :
-
Mengocok obat yang akan
diberikan.
-
Menentukan daerah penyuntikan :
bokong kanan bagian antara SIAS dan proinortarium.
-
Desinfeksi dengan kapas alkohol
70 %.
-
Suntikan cyclofem secara secara
IM.
-
Setelah jarum dicabut,
desinfeksi kembali dengan kapas alkohol 70 %.
Dalam melakukan
asuhan kebidanan pada Ny. “S” akseptor KB suntik cyclofem berjalan baik dan
sesuai prosedur. Dimana klien tampak sangat mematuhi semua saran dan anjuran
dari petugas serta terjalin hubungan yang baik antara petugas dan klien,
petugas sudah menerapkan prosedur pemberian alat kontrasepsi suntik, yang
berdasarkan atas teori sehingga tidak terjadi komplikasi.
Pada klien KB
suntik ini, setelah dilakukan asuhan kebidanan tidak ditemukan masalah atau
efek samping, dimana menurut DepKes
RI (2003) efek samping yang
mungkin terjadi yaitu :
-
Gangguan haid berupa
dismenorrhoe, monorrhagia, metrorrhagia, dan spotting.
-
Gangguan berupa bukan haid
berupa pusing, sakit kepala, mual, muntah, jerawat, kenaikan berat badan dan
lain-lain.
Untuk penatalaksanaan dan perawatan terutama intervensi dan
implementasi sudah mengacu dan sesuai dengan prosedur dan teori yang ada,
sehingga didapatkan evaluasi bahwa klien sudah mendapatkan suntik KB cyclofem.
|
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Selama
melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” dengan kontrasepsi suntik 1 bulan
(cyclofem) penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Pada pengkajian
Dalam melakukan pengkajian dapat menyimpulkan secara
menyeluruh dan benar karena adanya kerjasama antara pasien dengan petugas.
- Pada identifikasi diagnosa / masalah
Pada askeb yang dibuat oleh penulis berdasarkan anamnesa
baik data subyek maupun obyektif tidak adanya didapatkan suatu kesenjangan
antara teori dan praktek dalam kasus ini ditemukan diagnosa yang akseptor KB 1
bulan (cyclofem).
- Pada antisipasi masalah potensial
Pada askeb yang dibuat oleh penulis tidak ditemukan
antisipasi masalah potensial.
- Pada identifikasi kebutuhan segera
Pada asuhan kebidanan tidak diberikan pemenuhan
kebutuhan segera.
- Pada rencana atau intervensi
Dari diagnosa yang didapatkan maka dapat dilakukan
rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosa yaitu :
a.
Lakukan pendekatan therapeutik.
b.
Lakukan observasi TTV dan
pemeriksaan fisik.
c.
Memberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
d.
Lakukan persiapan alat.
e.
Memberikan suntikan KB secara
tepat.
f.
Menganjurkan pada ibu untuk
datang 1 bulan lagi.
- Pada implementasi / pelaksanaan
|
a.
Melakukan pendekatan pada ibu
dengan komunikasi therapeutik.
b.
Melakukan observasi TTV.
c.
Menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan.
d.
Lakukan persiapan alat dan
klien.
e.
Memberikan suntikan KB secara
tepat.
f.
Menganjurkan pada ibu untuk
kontrol 1 bulan lagi.
- Evaluasi
Pada evaluasi tidak ditemuka kesenjangan antara teori
dan praktek.
Asuhan kebidanan yang telah diberikan berhasil
dilaksanakan karena adanya beberapa faktor yaitu :
a.
Adanya kerjasama yang baik
antara klien dengan petugas kesehatan.
b.
Sikap yang sopan dan ramah dari
petugas sehingga klien lebih kooperatif dengan tindakan dari petugas kesehatan.
c.
Adanya peran suami dan
keluarga.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi petugas
- Dapat lebih meningkatkan kerjasama diantara petugas kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
- Diharapkan bagian administrasi dapat datang tepat waktu sehingga pelayanan kontrasepsi dapat segera dilaksanakan tanpa menunggu lama.
5.2.2
Bagi Klien
- Diharapkan bila ada keluhan segera memeriksakan diri.
- Kontrol sesuai jadwal dan datang kembali untuk penyuntikan berikutnya.
5.2.3
Bagi Puskesmas
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat memberikan rasa
kepuasan terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA
DinKes, 1993. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. DinKes, Jakarta .
Hartanto, Hanafi, 2001. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam,
1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2.
Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan.
Jakarta :
YBP-SP.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny. “S” DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK
1 BULAN (CYCLOFEM)
DI PUSKESMAS JAGIR KECAMATAN WONOKROMO
Disusun Oleh :
FRANSISKA YULIASTUTIK
NIM : 06.9.625
AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk disyahkan sebagai
Laporan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” dengan Kontrasepsi Suntik 1 Bulan
(Cyclofem) di Puskesmas Jagir Surabaya .
Pada hari
: tanggal :
Mahasiswa
Akademi Kebidanan
Griya Husada
Fransisca Yuliastutik
NIM. 06.9.625
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Akademi Kebidanan Griya Husada
(Erni Kurniawati, AMd. Keb)
|
Pembimbing Praktek
Puskesmas Jagir
(Lailatul Lutfiah, AMd. Keb)
|
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun Asuhan Kebidanan
pada Ny. “S” dengan Kontrasepsi KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) di Puskesmas Jagir
Surabaya .
Dalam membuat
Asuhan Kebidanan ini penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1.
dr. Sri Peni Tjadjati, selaku
Kepala Puskesmas Jagir Surabaya.
2.
Hermina Humune, S.Kp, selaku
Direktur Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
3.
Lailatul Lutfiah, AMd. Keb,
selaku pembimbing praktek Puskesmas Jagir Surabaya.
4.
Erni Kurniawati, AMd. Keb,
selaku pembimbing Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
5.
Rekan-rekan sekalian yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan Laporan ini.
Akhirnya demi
kesempurnaan penulisan ini, penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya
mendukung dan membangun. Kiranya Laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca umumnya.
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB 1 ..... PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1
Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
1.3
Batasan Masalah ....................................................................... 2
1.4
Metode Penulisan ...................................................................... 2
1.5
Sistematika Penulisan ................................................................ 3
BAB 2 ..... LANDASAN
TEORI ...................................................................... 5
2.1
Konsep Dasar KB Suntikan 1
Bulan / Kombinasi .................... 5
2.1.1
Pengertian ..................................................................... 5
2.1.2
Cara Kerja Suntikan 1 Bulan ........................................ 5
2.1.3
Keuntungan Kontrasepsi ............................................... 5
2.1.4
Keuntungan Non Kontrasepsi ....................................... 5
2.1.5
Kerugian dari Suntik 1 Bulan ....................................... 6
2.1.6
Yang Boleh Menggunakan Suntikan
............................ 6
2.1.7
Yang tidak Boleh Menggunakan
Suntikan Kombinasi . 7
2.1.8
Waktu Mulai Menggunakan
Suntikan Kombinasi ........ 7
2.1.9
Cara Penggunaan .......................................................... 8
2.1.10
Keadaan yang Memerlukan
Perhatian Khusus ............. 9
2.1.11
Tanda-tanda yang Harus
Diwaspadai pada Penggunaan Suntikan Kombinasi ..................................................................................... 9
2.1.12
Pelaksanaan Pelayanan .................................................. 9
2.1.13
Penanganan Efek Samping yang
Sering Terjadi ........... 10
2.1.14
Instruksi untuk Klien .................................................... 11
2.1.15
Persiapan Klien ............................................................. 11
2.1.16
|
2.1.17
Persiapan
Daerah Penyuntikan ...................................... 12
2.1.18
Peralatan ........................................................................ 12
2.1.19
Tehnik Penyuntikan ...................................................... 12
2.1.20
Setelah Tindakan Penyuntikan ...................................... 12
2.1.21
Petunjuk Pertanyaan Alat Suntik
“AUTODIABLE” ... 13
2.2
Konsep Dasar Manajemen
Kebidanan pada Ibu dengan KB
1 Bulan 14
BAB 3...... TINJAUAN
KASUS ....................................................................... 19
3.1
Pengkajian ................................................................................. 19
3.2
Identifikasi Diagnosa / Masalah
................................................ 22
3.3
Antisipasi Diagnosa dan Masalah
Potensial .............................. 23
3.4
Identifikasi Kebutuhan Segera ................................................. 23
3.5
Pengembangan Rencana ........................................................... 24
BAB 4...... PEMBAHASAN .............................................................................. 26
BAB 5...... PENUTUP ........................................................................................ 27
5.1
Simpulan ..................................................................................... 27
5.2
Saran ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
|
||
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon