BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua
merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun psikologi
akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang berbeda
dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan dari
orang di sekitarnya.
Lansia
mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu
diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai
hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang
dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada tempat tersebut dapat
diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui status kesehatannya juga
kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Dalam
posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari
kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus
dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
RW 04
Kelurahan Polowijen Blimbing Malang memiliki satu wadah posyandu lansia dengan
Jumlah keseluruhan lansia berjumlah 157 orang yang terbagi dalam beberapa
golongan menurut tingkat usia yaitu midle age(45-59 tahun), elderly age(60-70
tahun), old age(70-90 tahun), dan very old age(> 90 tahun). Lansia yang
beresiko tinggi adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun Pada sebagian besar
lansia banyak yang mengalami perubahan berbagai fungsi tubuh baik secara fisiologis,
psikologis dan perubahan psikososial. dari perubahan-perubahan tersebut
sehingga timbulah suatu keluhan-keluhan pada tubuhnya tetapi belum mengetahui
penyakitnya secara pasti.Dengan ditunjang oleh pola perilaku yang kurang tepat,
seperti makan makanan yang tinggi garam, tinggi lemak, merokok, minum kopi, dan
lain-lain semakin menambah kompleksitas masalah lansia di RW 04 Kelurahan
polowijen Blimbing malang
Berdasarkan
hal tersebut di atas, kami tertarik untuk melakukan suatu kegiatan asuhan
keperawatan pada kelompok khusus lansia yang ada di wilayah wewenang Puskesmas
Pandanwangi yaitu Khususnya di posyandu lansia kokrosono yang berada di RW 04
Kelurahan Polowijen Blimbing Malang.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Setelah melakukan
asuhan keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang sudah
didapat kedalam asuhan keperawatan pada kelompok khusus lansia secara nyata
sesuai dengan masalah yang muncul, dikelompok khusus lansia yang berada di RW
04 Kelurahan Polowijen Blimbing Malang.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada
kelompok khusus lansia di RW 04 Kelurahan Polowijen Blimbing Malang Diharapkan
mahasiswa mampu :
a.
Mengkaji dan mendapatkan data
khusus yang berkaitan dengan derajat kesehatan lansia ( data demografi,status
derajat kesehatan lansia saat ini,data pola prilaku lansia dan data lingkungan
sekitar lansia tinggal )
b.
Menganalisa data dengan cara
pengelompokan data fokus hasil pengkajian kedalam tabel distribusi frekwensi
sekaligus menginterprestasikan sesuai data yang ada
c.
Mengetahui masalah dan status
kesehatan yang ada pada lansia.
d.
Mengetahui altrnatif pemecahan
masalah yang ada pada saat pelaksanaan MMRW dengan cara membuat rencana asuhan
keperawatan pada kelompok khusus lansia
e.
Melaksanaan upaya peningkatkan
kesehatan lansia Hasil MMRW bersama sama dengan masyarakat RW 04 Kelurahan
Polowijen Blimbing Malang
f.
Menyusun laporan hasil praktek
keperawatan kelompok khusus lansia di RW 04 Kelurahan Polowijen Blimbing
Malang.
C. Batasan masalah
Penulis membatasi masalah pembahasan asuhan keperawatan pada
kelompok khusus lansia hanya pada kelompok lansia di RW 04 Kelurahan Polowijen
Blimbing Malang yang aktif dan jarang keposyandu lansia Kokrosono
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. UPAYA KESEHATAN USIA
LANJUT DI PUSKESMAS
A. PENGERTIAN
Upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah upaya kesehatan
paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat
puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi
dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya.
Upaya tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan
dengan dukungan peran serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar
gedung puskesmas.
Yang termasuk pasien geriatric adalah:
1.
Pasien dengan usia 55-70 tahun
yang mengalami lebih dari satu kondisi patologik.
2.
Pasien dengan usia lebih dari
70 tahun walaupun dengan hanya satu kondisi patologik.
B. TUJUAN DAN SASARAN
1 Tujuan
a.Tujuan Umum
Meningkatnya
derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya
guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.
b.Tujuan Khusus
§Meningkatkan kesadaran pada lansia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya.
§Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut
secaraoptimal.
§Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.
§Meningkatkan jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
2.Sasaran
§ Sasaran Langsung
Ø Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa
ferilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat lua dengan paket pembinaan yang
meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri
menghadapi masa tua.
Ø Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam
keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan
paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan
kondisi kesehatannya dan tetap produktif.
Ø Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (> 65 tahun) dan usia
lanjut denga resiko tinggi (> 70 tahun), hidup sendiri, terpencil, menderita
penyakit berat, cacat dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE
dan pelayanan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.
§ Sasaran Tidak Langsung
Ø Keluarga dimana usia lanjut berada
Ø Organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut
Ø Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan
dengan
pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
Ø Masyarakat luas
C. KEGIATAN KESEHATAN USIA LANJUT
Pelayanan Kesehatan
Usia Lanjut
1. Upaya peningkatan
Yaitu upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar
mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga
maupun masyarakat.
Upaya peningkatan dapat berupa
kegiatan penyuluhan tentang:
a.
Kesehatan dan pemeliharaan
kebersihan diri
b.
Makanan dengan menu yang
mengandung gizi seimbang
c.
Kesegaran jasmani yang
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kemampuan usia lanjut agar tetap
merasa sehat dan segar
d.
Pembinaan mental dalam
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
e.
Membina ketrampilan agar dapat
mengembangkan kegemaran sesuai dengan kemampuan
f.
Meningkatkan kegiatan sosial di
masyarakat
1.
Upaya pencegahan
Yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun kumpulan penyakit yang disebabkan oleh proses
ketuaan.
Upaya pencegahan dapat berupa
kegiatan antara lain:
§ Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menentukan
secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
§ Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar
§ Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat Bantu, misalkan:
kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna
§ Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
pada usia lanjut
§ Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
2.Upaya pengobatan
Yaitu upaya pengobatan bagi usia lanjut.
Upaya pengobatan dapat berupa kegiatan sebagai berikut:
a.
Pelayanan kesehatan dasar
b.Pelayanan kesehatan specialistik melalui sistem rujukan
3.
Upaya Pemulihan
Yaitu upaya pemulihan fungsi organ
yang telah menurun.
Upaya pemulihan dapat berupa kegiatan
antara lain:
a.
Memberikan informasi,
pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat Bantu misalnya:
kacamata, alat Bantu dengar dan alin-lain agar usia lanjut dapat memberikan
karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b.
Mengembalikan kepercayaan diri
sendiri dan memperkuat mental penderita
c.
Pembinaan usia lanjut dalam hal
pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas di dalam maupun di luar rumah
d.Nasihat dan cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita
e.
Perawatan fisioterapi
D. Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat
Dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya kesehatan usia
lanjut, dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat.
E. Pengembangan Upaya
Kesehatan Usia Lanjut
Pengembangan upaya kesehatan lanjut di puskesmas adalah salah satu
upaya dalam menggunakan data yang diperoleh dari survey, study, SP2TP untuk
mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan di bidang upaya kesehatan
usia lanjut. Pengembangan ini dilaksanakan melalui forum mini loka karya, mikro
planning dan stratifikasi puskesmas dalam rangka mencapai derajat kesehatan
usia lanjut secara optimal.
F. Pencatatan dan Pelaporan
Diintegrasikan ke dalam sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas.
II. MENUA
A. PENGERTIAN
§ Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.(Contantinides 1994).
§ usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang tidak
lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos RI 1997).
B. BATASAN USIA LANJUT
Menurut WHO:
1.
Middle age (usia pertengahan) 45-59 tahun
2.
Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun
3.
Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun
4.
Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN
1.
Hereditas: keturunan/ genetik
2.
Nutrisi/ makanan
3.
Status kesehatan
4.
Lingkungan
5.
Stress
D. TEORI MENUA
1. TEORI BIOLOGI
a. Hayfliek Limit Theory
Teori ini disebut juga teori “Biological Clock”,
“Genetical Theory” atau “Cellular Aging”. Menurut teori ini tiap
species di dalam inti selnya mempunyai suatu macam genetik yang telah diputar
menurut replikasi. Dimana jam ini menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi. Jadi menurut konsep ini kita akan meninggal meskipun tidak disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit.
b. The Error Theory
Menua disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan beruntun dalam waktu yang lama, terjadi kesalahan dalam
proses transkripsi (DNA ® RNA),
maupun dalam proses translasi (RNA ® protein/
enzim) yang disebut sebagai “Error Catastrope” walaupun dalam batas
tertentu kesalahan dapat diperbaiki, namun kemampuan untuk memperbaiki sifatnya
terbatas pada kesalahan dalam proses transkripsi (pembentukan RNA) yang
tertentu menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim, yang dapat
menghasilkan zat berbahaya.
c. Wear dan Tear Theory
Menurut teori ini meninggal adalah suatu hasil penggunaan jaringan
yang berlebihan karena mereka tidak dapat meremajakan ke dalam cara yang tidak
ada habis-habisnya. Menua dapat dipandang sebagai suatu proses fisiologi yang
ditentukan oleh jumlah pemakaian dan kerusakan yang seorang telah gunakan.
d. Free Radical Theory
Menurut teori ini di dalam tubuh manusia akan dihasilkan suatu
radikal bebas seperti superoksida, peroksida hydrogen, radikal hidroksi yang
bersifat sangat merusak karena sangat rekaktif sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, asam lemak tak jenuh seperti dalam membran sel radikal bebas ini
dihasilkan sebagai zat antara oleh proses respirasi mengubah bahan bakar
menjadi ATP yang melibatkan oksigen walaupun ada penangkal sebagian masih tetap
lolos dan makin lanjut usia bertambah banyak sehingga proses perusakan terus
terjadi, kerusakan makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati.
e. Immunity Theory
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (self recognition). Mutasi menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan sebagai sel asing dan menghancurkannya.
Di pihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap sel-sel kanker menjadi menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah.
f. Cross Linkage Theory
Pada lanjut usia, terjadi penurunan efisiensi sistem immune
pertahanan tubuh untuk mengangkat agen rantai silang. Agen rantai silang ini
misalnya terpapar radiasi, alumunium, Zn, Magnesium dan lain-lain. Setelah agen
menyerang seharusnya mitosis terjadi tetapi dalam ini tidak sehingga
menyebabkan rantai silang. Rantai silang menjelaskan penyebab utama
aterosklerosis, penurunan sistem immune dan penurunan elastisitas kulit pada
usia lanjut.
- TEORI SOSIOLOGI
a. Disengagement Theory
Menurut teori ini bertambahnya usia, maka seseorang akan terjadi
kehilangan ganda (Triple Loss) yaitu:
1.
Kehilangan peran (Loss of
Role)
2.
Hambatan kontak sosial (Restraction
of Contacts and
Relationship)
3.
Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment
to Social Mores
and Valves)
b. Activity
Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pola hidup dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
c. Continuity Theory
Teori ini juga membicarakan bagaimana seseorang terus menerus hidup,
bagaimana terus hidup pada sisi hidupnya. Lanjut usia tidak dipandang suatu
bagian akhir yang dipisahkan dari sisi hidupnya. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilikinya.
d. Person Environment Fit Theory
Teori ini menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara
kemampuan suatu kelompok dalam masyarakat dan lingkungan sosial mereka. Pada
lanjut usia mengalami penurunan kemampuan seseorang yang mempengaruhi
kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan. Demikian juga jika menderita
penyakit maka kemampuannyaakan terbatas.
3. TEORI PSIKOLOGI
a. Maslow’s Hierarchy of Human Needs Theory
menurut
teori ini setiap individu mempunyai hierarki kebutuhan dan semua individu
berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan individu mempunyai prioritas yang
berbeda, ketika seseorang telah memenuhi kebutuhan dasar maka akan mencapai
kebutuhan yang lebih tinggi.
b. Jung’s Theory Individualism
Kepribadian seseorang digambarkan tidak hanya
berorientasi pada dunia luar (extroverted) tetapi juga pengalaman
pribadi (introved). Keseimbangan antara keduanya merupakan faktor yang
penting untuk kesehatan mental. Perjalanan proses menua, perubahan kepribadian
sering dimulai dari luar difokuskan dan diperhatikan kemandirian dirinya di
masyarakat ke yang lebih dalam seperti individu mencari jawaban dari dalam
diri. Menua dikatakan sukses bila seseorang melihat ke dalam dan nilai dirinya
lebih dari kehilangan atau pembatasan fisiknya. Individu dapat menerima
prestasi dan keterbatasannya.
c. Course of Human Life Theory
Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan pencapaian tujuan
kehidupan seseorang menurut ilmu fase perkembangan. Kunci dari perkembangan
kesehatan adalah pemenuhan kebutuhan diri. Fase perkembangan tersebut meliputi
masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda, dewasa tua, fase terakhir (usia
lanjut). Fase usia lanjut merupakan waktu menghentikan mencapai cita-cita
tujuan hidup.
d. Development Task Theory
Setiap individu harus belajar tugas perkembangan yang khusus pada
berbagai tingkatan kehidupan, pencapaian tugas perkembangan memberi kontribusi
kebahagiaan dan perasaan sukses individu. Menurut teori ini tugas perkembangan
lansia meliputi:
·
Pengaturan penurunan kekuatan
fisik dan kesehatan.
·
pengaturan dari pengunduran
diri dan penurunan penghasilan.
·
Pengaturan meninggalnya suami/
istri.
·
Mendirikan perkumpulan kelompok
umur, adaptasi tugas
masyarakat.
·
Membuat perencanaan kehidupan
fisik yang memuaskan.
E. PERUBAHAN YANG TERJADI
PADA LANJUT USIA
1. Perubahan Fisik
a.Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme
perbaikan sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati.
b. Sistem persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan
persarafan menurun.
c. Sistem pendengaran
Presbiakusis/ gangguan pendengaran, hilang kemampuan
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan ceruman
dapat mengeras.
e.Sistem
penglihatan
Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap
sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya
daya akomodasi, menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala,
menurunnya lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun ± 1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, TD
meningkat.
f. Sistem
pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan
reflek menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot.
g. Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari
silia-silia paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar,
menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.
h. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan
dan kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi
penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltic usus dan pertambahan
waktu pengosongan lambung.
i. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi
menurun, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel
vrinaria susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
j. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,
menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron, menurunnya sekresi
hormon kelamin.
k. Sistem integumen
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan
bersisik, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat,
kuku menjadi keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang.
l. Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi
lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi
sclerosis, atrofi serabut otot.
2. Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami
penurunan, adapun perubahan psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock
1980 adalah:
a.Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan
sekelilingnya.
b.Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal
yang lama disbanding dengan hal yang baru.
c. Berpikir dan argumentasi
Terjadi penurunan dalam
pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
d. Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk
dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang baru.
e.
Perubahan sosial
Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan
sosial atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas, yaitu: kehilangan peran, kontak
sosial dan berkurangnya komitmen karena merasa sudah tidak mampu (Hurlock,
1990).
f.
Perubahan spiritual
Hubungan horizontal, antar
pribadi berupaya menyerasikan hubungan dengan dunia.
F. PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANJUT USIA
1.
Kardiovaskuler
2.
Moskulosketal
3.
Td paru, bronchitis, asma dan
penyakit paru lain
4.
Gigi, mulut dan saluran
pencernaan
5.
Kelainan sistem saraf
6.
Infeksi kulit
7.
Malaria
8.
Infeksi jaringan
III. KEPERAWATAN KELOMPOK
LANJUT USIA DI MASYARAKAT
A. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
1.Pendekatan fisik Perawatan fisik
secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian, yaitu:
§ Klien lanjut usia yang aktif, mereka yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sehingga kebutuhan sehari-harinya
dapat dilaksanakan sendiri.
§ Klien lanjut usia yang pasif, mereka yang keadaan fisiknya
memerlukan banyak pertolongan orang lain.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
mempertahankan dan membantu para klien untuk bernafas lancar makan, minum,
eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh dalam berjalan, merubah posisi tidur,
istirahat, keberhasilan tubuh, memekai dan menukar pakaian, melindungi kulit
dari trauma dan kecelakaan.
2. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan
penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawatan
dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat akrab. Dengan
selalu berpegang pada 3 prinsip (3S) yaitu sabar, simpatik, service.
3. Pendekatan sosisl
Perawatan dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan
lanjut usia lain, maupun lanjut usia dan perawatan sendiri dengan mengadakan
diskusi, tukar pikiran ataupun bercerita.
4. Pendekatan spiritual
Perawatan harus bisa memberikan
ketenangan dan kepuasan baik dalam hubungannya dengan Tuhan atau Agama,
terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
B. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
1.
Peningkatan kesehatan (health
promotion)
2.
Penyegaran penyakit (preventif)
3.
Mengoptimalkan fungsi mental
4.
Mengatasi gangguan kesehatan
yang umum
C. TUJUAN ASUHAN
KEPERAWATAN LANJUT USIA
1.
Agar lanjut usia dapat
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan.
2.
Mempertahankan kesehatan serta
kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut usia dengan jalan perawatan dan
pencegahan.
3.
Membantu mempertahankan serta
membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia.
4.
Menolong dan merawat hidup
klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu
(kronis atau akut).
5.
Merangsang para petugas
kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini,
bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
6.
Mencari upaya semaksimal
mungkin, agar para klien lanjut usia menderita suatu penyakit/ gangguan masih
dapat mempertahankan kebebasan yang semaksimal mungkin tanpa perlu suatu
pertolongan.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Fisik/ Biologi
a.
Gangguan nutrisi kurang/ lebih
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
b.
Gangguan persepsi sensoru
berhubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
c.
Kurang perawatan diri
berhubungan dengan penurunan minat perawatan diri.
d.
Potensial cidera fisik
berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
e.
Gangguan pola tibur berhubungan
dengan kecemasan/ nyeri.
f.
Perubahan pola eliminasi
berhubungan dengan penyempitan jalan nafas/ secret jalan nafas.
g.
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekuatan sendi menurun.
2. Psikososial
a.
Isolasi sosial berhubungan
dengan perasaan curiga.
b.
Menarik diri dari lingkungan
berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
c.
Depresi berhubungan dengan
isolasi sosial.
d.
Harga diri rendah berhubungan
dengan perwKn ditolak
e.
Koping individu inadekuat
berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan dengan tepat.
f.
Cemas berhubungan dengan sumber
keuangan yang terbatas.
E. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi:
1.
Melibatkan klien dan koleganya
dalam perencanaan.
2.
Bekerjasama dengan profesi
kesehatan lainnya.
3.
Tentukan prioritas: klien
mungkin puas dengan situasi demikian/ rasa aman adalah utama yang merupakan
kebutuhan.
4.
Cegah timbulnya masalah.
5.
Sediakan klien cukup waktu
untuk mendapat input atau pemasukan.
6.
Tulis semua rencana jadwal.
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain:
1.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2.
Peningkatan keamanan dan
keselamatan.
3.
Memelihara kebersihan diri.
4.
Memelihara keseimbangan
istirahat/ tidur.
5.
Meningkatkan hubungan
interpersonal melalui komunikasi efektif.
Diagnosa Keperawatan 1: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1.
Berikan makanan porsi kecil
tapis erring.
2.
Banyak minum dan kurangi
makanan yang terlalu asin.
3.
Berikan makanan yang mengandung
serat.
4.
Batasi pemberian makanan yang
tinggi kalori.
5.
Batasi minum kopi dan teh.
Diagnos Keperawatan 2: Peningkatan Keamanan dan Keselamatan
a. Klien/ lansia
1.
Berikan lansia menggunakan alat
bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2.
Latih lansia untuk pindah dari
tempat tidur ke kursi.
3.
Bairkan penggunaan pengamanan
tempat tidur jika tidur.
4.
Bila mengalami masalah fisik
missal: rematik, letih klien untuk menggunakan alat bantu berjalan.
5.
Bantu klien ke kamar mandi,
terutama pada klien yang menggunakan obat penenang dan diuretic.
6.
Menggunakan kacamata bila
berjalan.
7.
Usahakan ada yang menemani jika
bepergian.
b. Lingkungan
1.
Tempatkan klen khusus di dekat
kantor sehingga mudah diawasi bila lansia tersebut dirawat.
2.
Letakkan bel di bawah bantal
dan ajarkan cara menggunakannya.
3.
Gunakan tempat yang tidak
terlalu tinggi.
4.
Letakkan meja kecil di dekat
tempat tidur.
5.
Upayakan lantai bersih, rata,
tidak licin, tidak basah.
6.
Pasang pegangan di kamar mandi.
7.
Hindari lampu yang redup dan
menyilaukan sebaiknya 70-100 watt.
8.
Gunakan sandal/ sepatu yang
beralas karet.
Diagnosa Keperawatan 3: Memelihara Kebersihan Diri
1.
Meningkatkan/ membantu lansia
untuk melakukan upaya kebersihan diri.
2.
Mengantarkan lansia menggunakan
sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan skin lotion.
3.
Meningkatkan lansia untuk
memelihara lubang telinga, mata, memotong kuku.
Diagnosa Keperawatan 4: Memelihara Keseimbangan Istirahat/
Tidur
1.
Menyediakan tempat/ waktu tidur
yang nyaman.
2.
Mengatur lingkungan yang cukup
ventilasi bebas dari bau-bauan.
3.
Melatih lansia untuk latihan
fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot.
4.
Beri minuman hangat sebelum
tidur, misalnya: susu hangat.
Diagnosa Keperawatan 5:
Meningkatkan Hubungan Interpersonal
Melalui Komunikasi Efektif
1.
Berkomunikasi dengan lansia
melalui kontak mata.
2.
Memberi stimulus/ meningkatkan
lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Menyediakan waktu untuk
berbincang-bincang dengan lansia.
4.
Memberikan kesempatan lansai
untuk mengekspresikan/ tanggap terhadap respin terhadap non verbal.
5.
Melibatkan lansia untuk
keperluan tertentu sesuai kemampuan.
6.
Menghargai pendapat lansia.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis menyusun tinjauan teori dan praktek
keperawatan komunitas khususnya kelompok lansia di RW IV kelurahan polowijwn
blimbing malang,maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagaiberikut :
1.
Menua atau menjadi tua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.(Contantinides 1994).
2.
usia lanjut merupakan seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik fisiknya masih berkemampuan (potensial)
maupun karena permasalahan yang tidak lagi mampu berperan secara konstruktif
dalam pembangunan. (Depsos RI 1997).
3. batasan usia lanjutenurut WHO:
Ø Middle age (usia pertengahan) 45-59
tahun
Ø Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun
Ø Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun
Ø Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun
4. faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
Ø Hereditas: keturunan/ genetik
Ø Nutrisi/ makanan
Ø Status kesehatan
Ø Lingkungan
Ø Stress
5.
Lansia banyak mengalami
penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan
usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai
hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang
dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia
6.
Pada posyandu lansia dapat
memperoleh manfaat antara lain, mengetahui status kesehatannya juga kegiatan
lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia.Disamping itu pada
posyandu lansia terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari
kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus
dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
B. SARAN
1.
Dalam pelaksanan kegiatan
posyandu diperlukan peran serta masyarakat,kerja sama dari berbagai pihak oleh
karena itu dukungan dan partisipasi keluarga lansia dalam ikut serta memelihara
kesehatan lansia sangat diperlukan dismping tokoh dan perangkat desa setempat
yang nantinya diharapkan secara mandiri para lansia dapat berperan aktif dalam
posyandu lansia dan bahkan tidak menutup kemungkinan dilaksanakan dari dan
untuk kelompok lansia itu sendiri
2.
Untuk mengatasi masalah kesehatan di rw 4 kelurahan polowijen diperlukan
kesadaran waga sendiri oleh karena itu perhatian dan rasa kebersamaan
lingkungan setempat sangat diperlukan dalam mengenal masalah
3.
Puskesmas sebagai tempat
rujukan yang utama bagikesehatan diharapkan lebihefektif terjun kemasyarakat
terutama untuk membimbing potensi yang ada di masyarakat terutama di bidang
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.1999.Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Pratek. Jakarta: PT Rineka
cipta
Carpenito,L.J.2000.Buku Diagnosa Keperawatan.Editor
Monika Ester.Jakarta: EGC
Efendi,N.1998.Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat.Jakarta: EGC
Gunawan,lany.2004.Hipertensi Dan Tekanan Darah
Tinggi.Yogykarat: Penerbit Konisius
Leueckenote,AA1998.Pengkajian Gerontologi.Jakarta:
EGC
Notoadmojo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta;EGC
YIDKR.1985.Perawatan Kesehatan Masyarakat Suatu
Proses Dan Praktek Untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat
ConversionConversion EmoticonEmoticon