LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN
ARDS (ADULT RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME)
a. Definisi
Gangguan paru yang progresif dan
tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang
menyebar dikedua belah paru.
ARDS adalah cidera terhadap
membrane pertukaran gas, baik dari sisi alveoli ( inhalasi uap atau asap
beracun , aspirasi ) maupun sisi kapiler ( sepsis, embolisme lemak ).
(Cherniack, 1997)
b. Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat
kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara
langsung maupun tidak langsung. Peningkatan permeabilitas memungkinkan
perembesan dari cairan kaya protein ke dalam interstisium dan ruang alveolar.
ARDS merupakan manifestasi dari cidera organ multiple, terutama jika disebabkan
oleh sepsis atau trauma. (Cherniack, 1997)
Penyebab
lain dari ARDS adalah :
- Sindroma sepsis
- Aspirasi isi lambung
- Kelebihan dosis obat yang menimbulkan depresi kesadaran dan memerlukan pemantauan di unit perawatan intensif
- Hampir tenggelam
- Kontusi paru – paru
- Fraktur multiple yang berat
- Tranfusi darurat multibel
- Cidera kepala
Jika di temukan dua atau lebih
factor resiko kemungkinan ARDS diperkirakan berganda. Pasien dengan kegagalan
organ multiple seringkali demam, katabolic,dan asidemik. Demikian pula
mengalami gangguan nyata mekanisme inflamasi dan koagulasi. (Cherniack, 1997)
c. Manifestasi Klinik
a.
Peningkatan jumlah pernapasan
b.
Klien mengeluh sulit bernapas,
retraksi dan sianosis
c.
Pada Auskultasi mungkin
terdapat suara napas tambahan
d.
Penurunan elastisitas paru –
paru
e.
Penurunan volume paru – paru
f.
Hipoksemia yang refrakter
terhadap suplemen oksigen
d. Patofisiologi
Masalah fisiologis utama yang ditimbulkan oleh ARDS adalah
hipoksemia arteri, gangguan pengeluaran CO2 dan gangguan kardiovaskuler.
Kegagalan pernafasan diduga sebagai suatu masalah pada satu atau lebih langkah
yang diperlukan untuk mempertahankan produksi pada tingkat mitokondria. Setiap
kategori mekanistik atama hipoksemia menyebabkan pada terjadinya desaturasi
arterial ARDS : hipoventilasi, gangguan difusi oksigen alveolar,
ketidaksesuaian ventilasi perfusi (V/Q), dan shuntdarah vena desaturasi yang
abnormal ke sirkuit arteri sistemik. Kkerusakan terhadap saluran pernafasan
kecil dan membrana kapiler alveoli mengganggu secara serius keseimbangan
ventilasi dengan perfusi dengan meningkatkan jarak antara ruang udara dan
darah. Banyak unit paru tertutup atau kolaps, karena itu menimbulkan shunt yang
sebenarnya. Asidosis asam laktat dan penurunan saturasi oksigen pada campuran darah
vena merupakan hal yang khas pada kegagalan transport oksigen. Kegagalan
ambilan O2 berarti ketidakmampuan jaringan untuk mengekstraksi dan
menggunakan oksigen untuk metabolisme.
Restriksi cairan, tekanan positif akhir ekspirasi, dan cidera
parenkim meningkatkan ketidaksesuian ventilasi-perfisidan pembentukan ruang
mati (dead space). Barotraumas berhubungan dengan ventilator memperbesar rongga
udara yang terventilasi dengan mengorbankan perfusi, yang membantu terjadinya
kegagalan untuk mengeliminasi CO2.
Karena mekanisme pengiriman
oksigen tergantung erat pada keadekuatan perfusi, tiap kerusakan fungsi
kardiovaskuler yang ditampilkan dengan ARDS memperbesar krisis oksigenasi
jaringan.
|
Lanjutan
Timbul
serang
Trauma endotelium paru
Kerusakan Jaringan Paru
Trauma type II
dan
epitelium alveolar Pneumocytes
Peningkatan
permeabilitas Penurunan
surfactan
Edema pulmonal Penurunan pengembangan Atelektasis
paru
Alveoli
terendam Hipoksemia
Abnormalitas
ventilasi-perfusi
Proses penyembuhan Fibrosis
Sembuh
? Kematian
f. Penata Laksanaan Medis
Tujuan Terapi :
1.
Support pernapasan
2.
Mengobati penyebab jika mungkin
3.
Mencegah komplikasi.
Terapi :
1.
Intubasi untuk pemasangan ETT
2.
Pemasangan Ventilator mekanik
(Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2
darah.
3.
Sedasi untuk mengurangi
kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
4.
Pengobatan tergantung klien dan
proses penyakitnya :
Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung &
tekanan darah.
Antibiotik untuk mengatasi infeksi
Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon
inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru.
- Kirimkan jumlah oksigen yang adekuat ke jaringan vital, tetapi tekankanlah resiko kerusakan iatrogenic pada paru-paru.
- Pemeriksaan ulang yang sering mengenal kebutuhan akan PEEP, tingkat kebutuhan ventilatorterakhir, FiO2 adlah penting
- Jagalah pasien dengan observasi ketat di sepanjang waktu dan pantau dengan cermat adanya perkembangan yang merugikan.
- Ingatlah kegagalan oksigenasi seringkali merupakan penyakit multisistem. Pembatasan cairan yang berat dapat menurunkan cairan paru – paru dan meningkatkan pertukaran oksigen tetapi secara bersama – sama mengganggu perfusi keginjal dan usus. (Cherniack, 1997)
g. tinjauan keperawatan
Pengkajian
Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi paru relatif
masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10
hari setelah terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai
tahapan kegagalan pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi,
tergantung daripada pada tahapan mana diagnosis dibuat.
Aktivitas
& Istirahat
Subyektif : Menurunnya
tenaga/kelelahan
Insomnia
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat pembedahan jantung/bypass
cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif :
Tekanan darah bisa normal atau meningkat
(terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
Heart rate :
takikardi biasa terjadi
Bunyi
jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
Disritmia dapat
terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit
dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium
lanjut)
Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan
kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan
Hilang/melemahnya
bowel sounds
Neurosensori
Suby./Oby. : Gejala truma kepala
Kelambanan mental,
disfungsi motorik
Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas,
infeksi pulmolal diffuse
Kesulitan
bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif :
Respirasi : rapid, swallow,
grunting
Peningkatan
kerja nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan seperti retraksi intercostal
atau substernal, nasal flaring, meskipun kadar oksigen tinggi.
Suara
nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan suara nafas
bronkhial
Perkusi
dada : Dull diatas area konsolidasi
Penurunan
dan tidak seimbangnya ekpansi dada
Peningkatan
fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara palpasi.
Sputum
encer, berbusa
Pallor
atau cyanosis
Penurunan
kesadaran, confusion
Rasa aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur,
sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
Seksualitas
Suby./Oby. : Riwayat
kehamilan dengan komplikasi eklampsia
Kebutuhan
belajar
Subyektif : Riwayat
ingesti obat/overdosis
Discharge Plan : Ketergantungan
sebagai efek dari kerusakan pulmonal, mungkin membutuhkan asisten saat
bepergian, shopping, self-care.
Study
Diagnostik
-
Chest X-Ray
-
ABGs/Analisa gas darah
-
Pulmonary Function Test
-
Shunt Measurement (Qs/Qt)
-
Alveolar-Arterial Gradient (A-a
gradient)
-
Lactic Acid Level
Prioritas Keperawatan
1.
Memperbaiki/mempertahankan
fungsi respirasi optimal dan oksigenasi
2.
Meminimalkan/mencegah
komplikasi
3.
Mempertahankan nutrisi adekuat
untuk penyembuhan/membantu fungsi pernafasan
4.
Memberikan support emosi kepada
pasien dan keluarga
5.
Memberikan informasi tentang
proses penyakit, prognose, dan kebutuhan pengobatan
Tujuan Keperawatan
1.
Bernafas spontan dengan tidal
volume adekuat
2.
Suara nafas bersih/membaik
3.
Bebas sari terjadinya
komplikasi
4.
Memandang secara realistis
terhadap situasi
5.
Proses penyakit, prognosis dan
therapi dapat dimengerti
Diagnosa Keperawatan
1.
Tidak efektifnya jalan nafas
berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal,
peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola
nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan
alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a
Gradient.
3.
Resiko tinggi defisit volume
cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
4.
Resiko tinggi kelebihan volome
cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.
5.
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah
jantung,edema,hipotensi.
6.
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,pening katan sekresi,penurunan
kemampuan untuk oksigenasi dengan adekuat atau kelelahan.
7.
Cemas/takut berhubungan dengan
krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor
fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang
dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
8.
Defisit pengetahuan , mengenai
kondisi , terafi yang dibutuhkan
berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang
ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
PERENCANAAN
Dx 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya
fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot
pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
-
Pasien dapat mempertahankan
jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
-
Pasien bebas dari dispneu
-
Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan
-
Memperlihatkan tingkah laku
mempertahankan jalan nafas
Intervensi :
Independen
1.
Catat perubahan dalam bernafas
dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher
dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
2.
Observasi dari penurunan
pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ Pengembangan dada dapat menjadi batas dari
akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
3.
Catat karakteristik dari suara
nafas
R/ Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara
melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau
sumbatan lain dari saluran nafas
4.
Catat karakteristik dari batuk
R/ Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan
pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah
yang banyak, tebal dan purulent
5.
Pertahankan posisi tubuh/posisi
kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
6.
Kaji kemampuan batuk, latihan
nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
R/ Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan
predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
7.
Peningkatan oral intake jika
memungkinkan
R/ Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan
sputum
Kolaboratif
1.
Berikan oksigen, cairan IV ;
tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
R/ Mengeluarkan sekret dan
meningkatkan transport oksigen
2.
Berikan therapi aerosol,
ultrasonik nabulasasi
R/ Dapat berfungsi sebagai
bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
3.
Berikan fisiotherapi dada
misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
R/ Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan
efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
4.
Berikan bronchodilator misalnya
: aminofilin, albuteal dan mukolitik
R/ Diberikan untuk mengurangi bronchospasme,
menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
Dx 2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di
permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan :
takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan
A-a Gradient.
Tujuan :
-
Pasien dapat memperlihatkan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
-
Bebas dari gejala distress
pernafasan
Intervensi :
Independen
1.
Kaji status pernafasan, catat
peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk
hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
2.
Catat ada tidaknya suara nafas
dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing
R/ Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada
ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing
terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
3.
Kaji adanya cyanosis
R/ Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5
gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut,
bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada
kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
4.
Observasi adanya somnolen,
confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari
miokardium
5.
Berikan istirahat yang cukup
dan nyaman
R/ Menyimpan tenaga pasien,
mengurangi penggunaan oksigen
Kolaboratif
1.
Berikan humidifier oksigen
dengan masker CPAP jika ada indikasi
R/ Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus
menerus dengan tekanan yang sesuai
2.
Berikan pencegahan IPPB
R/ Peningkatan ekspansi
paru meningkatkan oksigenasi
3.
Review X-ray dada
R/ Memperlihatkan kongesti
paru yang progresif
4.
Berikan obat-obat jika ada
indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant
R/ Untuk mencegah ARDS
Dx 3 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, keluaran cairan
kompartemental
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan
normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Intervensi :
Independen
1.
Monitor vital signs seperti
tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume)
R/ Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat
meningkatkan heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi
menurun.
2.
Amati perubahan kesadaran,
turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum
R/ Penurunan cardiac output mempengaruhi
perfusi/fungsi cerebral. Deficit cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering, sekret kental.
3.
Hitung intake, output dan
balance cairan. Amati “insesible loss”
R/ Memberikan informasi tentang status cairan.
Keseimbangan cairan negatif merupakan indikasi terjadinya deficit cairan.
4.
Timbang berat badan setiap hari
R/ Perubahan yang drastis
merupakan tanda penurunan total body water
Kolaboratif
1.
Berikan cairan IV dengan
observasi ketat
R/ Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan
tekanan osmotik. Meskipun cairan mengalami deficit, pemberian cairan IV dapat
meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak fungsi respirasi
2.
Monitor/berikan penggantian
elektrolit sesuai indikasi
R/ Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat
berkurang sebagai efek therapi deuritik.
Dx 4. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan ,
perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia)
ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan
merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan
perasaan cemasnya secara verbal
-
Mengakui dan mau mendiskusikan
ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
-
Mampu menanggulangi, mampu menggunakan
sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Intervensi :
Independen:
1.
Observasi peningkatan
pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
2.
Pertahankan lingkungan yang
tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak
menggaggu waktu istirahat.
R/ Cemas berkurang oleh
meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
3.
Bantu dengan teknik relaksasi,
meditasi.
R/ Memberi kesempatan untuk
pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari
pengontrolannya.
4.
Identifikasi persepsi pasien
dari pengobatan yang dilakukan
R/ Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
5.
Dorong pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya.
R/ Langkah awal dalam
mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
6.
Membantu menerima situsi dan
hal tersebut harus ditanggulanginya.
R Menerima stress yang
sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
7.
Sediakan informasi tentang
keadaan yang sedang dialaminya.
R/ Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi
kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu
tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari
permasalahan itu.
8.
Identifikasi tehnik pasien yang
digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
R/ Kemampuan yang dimiliki
pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
Kolaboratif
1.
Memberikan sedative sesuai
indikasi dan monitor efek yang merugikan.
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol
kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti
depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
Dx 5. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang
dibutuhkan berhubungan dengan kurang
informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan
pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Tujuan :
-
Pasien dapat menerangkan
hubungan antara proses penyakit dan terafi
-
Menjelaskan secara verbal diet,
pengobatan dan cara beraktivitas
-
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang
membutuhkan perhatian medis
-
Memformulasikan rencana untuk
follow –up
Intervensi :
Independen
1.
Berikan pembelajaran dari apa
yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan jelas dan dimengerti. Kaji
potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah. Meliputi hal yang
dianjurkan.
R/ Penyembuhan dari gagal
nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan energi untuk menerima
informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang akan menjadi berat
atau yang sedang mengalami penyembuhan.
2.
Sediakan informasi masalah
penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
R/ ARDS adalah sebuah
komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa primer. Pasien sering
bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi sebelumnya.
3.
Instruksikan tindakan
pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara menghindari overexertion dan
perlunya mempertahankan pola istirahat yang periodik. Hindari lingkungan yang
dingin dan orang-orang terinfeksi.
R/ Pencegahan perlu
dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor yang disebabkan oleh
lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi yang mungkin terjadi
untuk mencegah komplikasi berikutnya.
4.
Sediakan informasi baik secara
verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya: tujuan, efek samping, cara
pemberian , dosis dan kapan diberikan
R/ Merupakan instruksi bagi
pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara pengobatan dapat diikutinya.
5.
Kaji kembali konseling tentang
nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori
R/ Pasien dengan masalah
respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan anoreksia sehingga
kebutuhan nutrisi meningkat untuk penyembuhan.
6.
Bimbing dalam melakukan
aktivitas.
R/ Pasien harus menghindari
kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan aktivitas dengan tujuan
meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen yang banyak
7.
Demonstrasikan teknik adaptasi
pernafasan dan cara untuk menghemat energi
selama aktivitas.
R/ Kondisi yang lemah
mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas yang sederhana.
8.
Diskusikan follow-up care
misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan dan tanda/gejala yang
membutuhkan evaluasi/intervensi.
R/ Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care
sebaik dengan apa yang merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi
pasien dalam hal medis dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
9.
Kaji rencana untuk mengunjungi
pasien seperti kunjungan perawat
R/ Mendukung selama periode
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Cherniack. 1997. Terapi
Mutakhir Penyakit Saluran Pernafasan. Dr. Lyndon Saputra (Ed). EGC :
Jakarata
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Hudak, Gallo.
1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan
Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon