PENDAHULUAN
Dengan semakin canggihnya
alat-alat kedokteran penunjang medis yang dikembangkan
saat ini, tindakan operasi Trans Urethral Reseksi Prostat dipandang lebih
menguntungkan baik bagi pasien maupun dokter bedah. Namun tidak menutup
kemungkinan timbulnya permasalahan antara lain: perdarahan dan syock, sidroma
TUR, infeksi,gangguan drainase urine dan inkontinensia erine. Mengingat
permasalahan tersebut profesi keperawatan harus mengembangkan ilmu pengetahuan
dan ketrampilannya serta memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas
sehingga mampu mengimbangi teknologi kedokteran yang makin maju. Untuk itu
diperlukan strategi yang tapat agar dapat menjawab tantangan tersebut. Metode
yang sedang dikembangkan oleh propesi keperawatan adalah dengan pendekatan
proses keperawatan, dimana proses keperawatan merupakan pengintegrasian
keterampilan, intelektual, hubungan antar prbadi dan teknik dari seorang
perawat.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum: Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan, khususnya klien dengan BPH
2. Tujuan Khusus: Mahasiswa mampu:
a.
Melakukan pengkajian
keperawatan pada pasien dengan BPH.
b.
Merumuskan diagnosa keperawatan
pada pasien dengan BPH.
c.
Menyusun perencanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan BPH
d.
Melakukan tindakan keperawatan
pada pasien dengan BPH.
e.
Mengevaluasi tindakan
keperawatan pada pasien dengan BPH.
TINJAUAN TEORITIS
Pengukuran:
Ada 3 cara pengukuran besarnya hiperplasia prostat:
a. Rectal grading yaitu dengan rectal toucher diperkirakan beberapa cm prostat yang menonjol ke dalam rectum yang dilakukan, sebaliknya pada saat buli-buli kosongan.
Gradasi ini adalah:
0 – 1 cm :
grade 0
1 – 2 cm : grade 1
2 – 3 cm :
grade 2
3 – 4 cm :
grade 3
> 1 cm : grade 4
Pada grade 3-4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibratik teraba lebih kecil dari normal.
b. Clinica grading, dalam hal ini urine menjadi patokan pada pagi hari. Pada pagi hari setelah bangun, pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian dimasukkan kateter ke dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc :
normal
Sisa urine 0 – 50 cc :
grade 1
Sisa urine 50 - 150 cc :
grade 2
Sisa urine > 150 cc :
grade 3
Tidak bisa kencing :
grade 4
c. Intra urethral grading, dengan alat penodoscope dapat diukur/dilihat berapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra
Grade 1: Clinical
grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing tidak lampas, pancaran lemah,
nacturia
Grade 2: Bila
miksi terasa panas, sakit disuria
Grade 3:
Gejala-gejala makin berat
Grade 4: Buli-buli
penuh, disuria, overflow inkontinen. Bila overflow inkontinensia dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis
berat. Pasien menggigil, panas 40 – 41 0C, kesadaran menurun
Komplikasi:
a.
Urinary tractus infection.
b.
Retensi urine akut
c.
Obstruksi dengan dilatasi
uretra, hydronefrosis dan gangguan fungsi ginjal
d.
Bila operasi bisa
§ Impotensi, kerusakan nervus pudendik
§ Hemorargia pasien bedah
§ Ffistula
§ Strikurra pasien beda
§ Inkontinensia urine
Pemeriksaan Fisik:
a.
Urinolitis
b.
Urine culture
c.
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan:
a.
Tindakan umum:
§ Prostatectom: grade 4
§ Trans urethral resection of the prostat (TRUP): grade 1
b.
Kontra indikasi: Orang tua
§ Decomposation cordis
§ Infark jantung baru
§ Malnutrisi berat
§ Dalam keadaan koma
§ Tekanan darah sistolik 200 – 260 mmHg
Pengkajian Keperawatan:
a.
Sirkulasi: peningkatan tekanan
darah (efek lebih lanjut pada ginjal)
b.
Eliminasi:
§ Penurunan kekuatan kaliber berkemih.
§ Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih, sering berkemih
§ Nocturia, dysuria, hematuria.
§ Duduk dalam mengosongan kandung kemih.
§ Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary statis)
§ Konstipasi (penonjolan prostat ke ructum)
§ Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemorroid/akibat
peningkatan abdominal pada saat pengosongan kandung kemih
c.
Makanan/cairan:
§ Anoreksia, nausea, muntah.
§ Kehilangan BB yang mendadak
d.
Nyeri/nyaman: suprapubik,
panggul, nyeri belakang tajum, intens (pada prostatitis akut), nyeri pinggang
belakang.
e.
Rasa aman: Demam
f.
Seksualitas:
§ Perhatikan pada efek dari kondisinya/terapi kemampuan seksual.
§ Takut beser kencing selama kegiatan intim
§ Penurunan kontraksi ejakulasi
§ Pembesaran prostat
g.
Pengetahuan/pendidikan:
§ Riwayat adanya Ca dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.
§ Penggunaan obat anti hipertensi atau
anti depressant, antibiotik untuk saluran kencing, obat
alergi.
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa : ENDRA AMALIA NIM: 9901075013-72
Masalah Kesehatan : Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
Defenisi : BPH adalah
suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang menyertai kelenjar prostat
Patofisiologi :
Masalah
Keperawatan:
a.
Retensio urine
b.
Potensial infeksi
c.
Nyeri
d.
Kurang pengetahuan
e.
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan
Diagnosa
Keperawatan
a.
Retensio urine yang berhubungan
dengan pembesaran prostat
b.
Potensial
infeksi yang berhubungan dengan penggunaan kateter dan atau retensi urine.
c.
Nyeri yang berhubungan dengan
retensi urine akut
d.
Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit.
e.
Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
disfungsi ginjal.
Intervensi dan Rasional:
- Dx-1: Retensio urine yang berhubungan dengan pembesaran prostat.
Tujuan:
Retensio urine tidak
terjadi dengan kriteria:
- Berkemih dengan jumlah yang adequate
tanpa distensi kandung kemih
- Jumlah volume residu urin kurang dari
75 hingga 100 ml dengan tidak adanya tetesan atau kelebihan aliran/urine
Intervensi dan rasional:
No.
|
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Dorong pasien untuk berkemih setiap 2 - 4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
|
Memenimalkan restensi urine distensi belebihan pada kandung kemih
|
2.
|
Tanyakan pasien inkontinensia stress
|
Tekanan uretral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau dapat
menghambat perkemih sampai tekanan abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar
|
3.
|
Observasi aliran urin, perhatian ukuran dan kekuatan.
|
Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
|
4.
|
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan Penurunan
haluaran urin dan perubahan berat jenis
|
Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya defisit aliran darah ke ginjal
mengganggu kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasi substansi.
|
5.
|
Perkusi atau palpasi area supra pubik
|
Distensi kandung kemih dapat dirasakan di area
supra pubik
|
6.
|
Dorong masukan cairan sampai 3.000 ml/hari (dalam toleransi jantung bila
diindikasikan)
|
Peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan
ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
|
7.
|
Awasi tanda vital dengan ketat. Observasi hipertensi, edema perfier,
perubahan mental. Timbang berat badan tiap hari. Pertahankan pemasukan dan
pengeluaran akurat
|
Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan Penurunan eliminasi cairan dan
Akumulasi sisa toksik: dapat berlanjut ke penurunan ginjal total
|
8.
|
Berikan atau dorong kateter dan perawatan perinial
|
Menurunkan resiko infeksi asenden.
|
9.
|
Berikan rendam duduk sesuai indikasi
|
Meningkatkan relaksasi otot, Penurunan edema, dan dapat meningkatkan
upaya berkemih
|
10.
|
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi: Antispasmodik, contoh; oksibutinin klorida
(ditropan)
Kateterisasi untuk residu urine dan biarkan kateter tak menetap sesuai
indikasi
|
Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh
kateter.
Menghilangkan/mencegah retensi urine dan mengesam-pingkan adanya striktur uretral. Catatan:
Dekompresi kandung kemih harus dilakukan dengan menambah 200 ml untuk mencegah
hematuria (ruptur pembuluh darah pada mukosa kandung kemih yang terlalu
distensi) dan pingsan (stimulasi otomik berlebihan). Kateter coude diperlukan
karena ujung lengkung memudahkan pasase selang melalui uretra prostat
|
- Dx-2: Potensial infeksi yang berhubungan dengan penggunaan kateter dan atau retensi urine.
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
- Suhu dalam rentang normal
- Urin jernih, warna kuning tanpa bau
- Tidak terjadi distensi kandung kemih
Intervensi dan Rasional
No.
|
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Periksa suhu tiap 4 jam
dan laporkan jika di atas 38,50C
|
Mengetahui kenaikan suhu
dan mencegah keadaan penyakit yang lebih serius
|
2.
|
Tuliskan karakter urine,
laporkan bila keruh dan bau busuk
|
Mendeteksi kelainan lebih
lanjut
|
3.
|
Bila ada kateter uretral,
pertahankan sistem drainase gravitasi tertutup
|
Menghindari reflek bail
urine, yang dapat memasukan bakteri ke dalam kandung kemih
|
4.
|
Gunakan teknik steril
untuk kateterisasi intermiten selama perawatan di rumah sakit
|
Mencegah pemasukan bakteri
dan infeksi/sepsis lebih lanjut
|
5.
|
Pantau abdomen/kandung
kemih terhadap distensi
|
Distensi kandung kemih
akan mengakibatkan lemahnya tonus otot mosukulus detrusor sehingga terjadi
episode retensio urinaria akut
|
6.
|
Pantau dan laporkan tanda
dan gejala ISK (Infeksi Saluran Kemih), lakukan tindakan untuk mencegah ISK.
|
|
7.
|
Gunakan teknik cuci tangan
yang baik, ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan hal yang sama.
|
Menghilangkan kontak
dengan kuman penyakit, dan memandirikan klien dalam perawatan diri
|
- Dx-3: Nyeri yang berhubungan dengan retensi urine akut
Tujuan:
Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria:
- Klien tampak rileks
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan
tepat
Intervensi dan rasional:
No.
|
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) lamanya.
|
Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/keefektifan
intervensi
|
2.
|
Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen (bila traksi
tidak diperlukan)
|
Mencegah Penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis skrotal
|
3.
|
Pertahankan tirah bring bila diindikasikan
|
Tirah baring mungkin diperlukan pada awl selama fase retensi akut. Namun
ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri
kolik
|
4.
|
Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, membantu pasien melakukan posisi yang nyaman,
mendorong penggunaan relaksasi/ latihan
nafas dalam, aktivitas terapiutik
|
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
|
5.
|
Dorong menggunakan rendam duduk,sabun hangat untuk perineum
|
Meningkatkan relaksasi otot
|
6.
|
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi: Narkotik, contoh eperidin (Demerol)
Antibakterial,
contoh metenamin hipurat (hiprex)
Antispamodik dan sedatif kandung kemih contoh, flavoksat (urispas):
oksibuttinin (Dipropan)
|
Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental
dan fisik
Menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius juga yang dimasukkan
melalui sistem drainase.
Menghilangkan kpekaan kandung kemih.
|
- Dx-4: Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit
Tujuan : Klien/orang terdekat paham terhadap proses
penyakit atau prognosis, gejala yang perlu dilaporkan ke dokter dan perawatan di
rumah, dan instruksi evaluasi: mendemonstrasikan pengukuran haluaran urine dan
kateterisasi sendiri bila diperlukan.
Intervensi dan rasional:
No.
|
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Kaji ulang proses penyakit
dan pengalaman pasien
|
Memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi
|
2.
|
Dorong menyatakan rasa
takut/ perasaan dan perhatian
|
Membantu pasien mengalami
perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital
|
3.
|
Berikan informasi bahwa
kondisi tidak ditularkan secara seksual
|
Mungkin merupakan
ketakutan yang tidak dibicarakan
|
4.
|
Anjurkan menghidri makanan
berbumbu, kopi, alkohol, mengemudikan mobil yang lama, pemasukan cairan cepat
(terutama alkohol)
|
Dapat menyebabkan iritasi
prostat dengan masalah kongesti. Peningkatan tiba-tiba pada aliran urine
dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan kehilangan tonus kandung kemih,
mengakibatkan episode retensi urinaria akut
|
5.
|
Bicrakan
masalah seksual, contoh bahwa selama periode akut prostatitis, koitus dihindari
tetapi mungkin membantu dalam pengobatan kronis
|
Aktivitas seksual dapat
meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi dapat memberikan suatu masse
pada adanya penyakit kronis
|
6.
|
Berikan informasi tentang
anatomi dasar seksual. Dorong pertanyaan dan tingkatkan dialog tentang
masalah
|
Memiliki informasi tentang
anatomi membantu pasien memahami implikasi tindakan lanjut, sesuai dengan
efek penampilan seksual
|
7.
|
Kaji ulang tanda/gejala
yang memerlukan evaluasi medik, contoh urine keruh, berbau, Penurunan haluaran urine, ketidakmampuan untuk berkemih,
adanya demam/menggigil.
|
Intervensi cepat dapat
mencegah komplikasi lebih serius
|
8.
|
Diskusikan perlunya
pemberitahuan pada perawat kesehatan lain tentang diagnosa
|
Menurunkan resiko terapi
tidak tepat, contoh penggunaan dekongestan, antikolinergik, dan antidepresan
meningkatkan retensi urine dan dapat mencetuskan episode akut
|
9.
|
Beri penguatan pentingnya
evaluasi medik untuk sedikitnya 6 bulan
setahun, termasuk pemeriksaan rektal urinalisa
|
Hipertrofi berulang dan
atau infeksi (disebabkan oleh organisme yang sama atau berbeda) tidak umum
dan akan memerlukan perubahan terapi untuk mencegah komplikasi serius
|
5. Dx-5 : Resiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan disfungsi ginjal
Tujuan : Mempertahankan hidrasi adequat dengan
kriteria:
- Tanda-tanda vital stabil
- Nadi perifer teraba
- Pengisian kapiler baik
- Membran mukosa lembab
Intervensi dan rasional:
No.
|
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Awasi keluaran dengan
hati-hati, tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam
|
Diuresis cepat dapat
menyebabkan kekurangan volume total cairan, karena ketidakcukupan jumlah
natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal
|
2.
|
Dorong peningkatan
pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu
|
Pasien dibatasi pemasukan
oral dalam upaya mengontrol gejala urinaria, homeostatic pengurangan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi/ hipovolemia
|
3.
|
Awasi TD, nadi dengan
sering. Evaluasi pengisian kapilar dan membran mukosa oral
|
Memampukan deteksi
dini/intervensi hopvolemik sistemik
|
4.
|
Tingkatkan tirah baring
dengan kepala tinggi
|
Menurunkan kerja jantung,
memudahkan homeostasis sirkulasi
|
5.
|
Kolaborasi
Awasi elektrolit,
khususnya natrium
Berikan cairan IV (garam
faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
|
Bila pengumpulan cairan
terkumpul dari area ekstraselular, natrium dapat mengikuti perpindahan,
menyebabkan hiponatremia
Menggantikan kehilangan
cairan dan natrium untuk mencegah/memperbaiki hipovolemia
|
Daftar Bacaan:
Doenges, Marilyn E., et. Al. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Tucker,Susan Martin,et Al.
(1997),Standar Perawatan Pasien: Proses
Keperawatan,Diagnosis, dan Evaluasi, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat R.et. Al.(1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
PENUTUP
Sebagai akhir dari pelaporan ini, penulis mengharapkan semoga
makalah ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan juga bagi rekan-rekan
profesi keperawatan dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat. Kita menyadari bahwa saat ini profesi keperawatan sedang mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
Maka tidaklah berlebihan bila dalam memberikan pelayanan ini
menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Semoga dengan tantangan yang ada, kita mampu menghadapi
tantangan tersebut dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap
masyarakat.
Daftar Bacaan:
Doenges, Marilyn E., et. Al. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Tucker,Susan Martin,et Al.
(1997),Standar Perawatan Pasien: Proses
Keperawatan,Diagnosis, dan Evaluasi, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat R.et. Al.(1997), Buku
Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon