Tetap Bergairah Memasuki Usia
Menopause:
Sebuah Tinjauan Psikologis
Pengantar
Kehidupan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan yang
kontinyu atau serangkaian perkembangan yang kontinyu dari lahir sampai mati.
Jadi perkembangan akan dialami oleh setiap individu. Setiap perkembangan
mengandung pengertian adanya suatu proses menuju pada suatu kemasakan dan
kematangan yang meliputi aspek jasmaniah, rohaniah dan sosialnya. Bila seorang
individu telah mencapai periode kemasakan, baik aspek fisik, psikis maupun sosial, yang umumnya dapat dicapai pada usia remaja - dewasa, maka
periode berikutnya adalah tahap kemantapan dan untuk selanjutnya adalah peiode
penurunan.
Menjadi tua adalah suatu proses yang
merupakan bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi
dalam kandungan yang berlangsung terus sepanjang kehidupan. Usia lanjut
mengandung pengertian adanya perubahan yang progresif pada organisme yang telah
mencapai kemasakan, perubahan ini bersifat umum dan irreversible (tidak
dapat kembali).
Sudah merupakan hukum alam (sunnatullah) , bahwa dalam
kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri peristiwa-peristiwa kehidupan
yang menekan atau yang dikenal dengan stressor - crises. Krisis yang
dialami manusia secara garis besar, dibedakan menjadi macro stressor dan krisis perkembangan (development crises). Macro
stressor adalah peristiwa-peristiwa “besar dan berat”, yang dialami
seseorang dan berdampak sangat menekan, seperti kematian orang yang dicintai,
mengalami bencana alam, kehilangan pekerjaan dlsb. Krisis perkembangan adalah
peristiwa “menekan” yang pada dasarnya akan dialami oleh semua manusia, sebagai
resiko dari perkembangan manusia, seperti krisis identitas pada remaja, menstruasi,
pensiun dan menopause pada wanita.
== Disampaikan pada
Seminar Ilmiah Populer Dengan Tema “tetap Bergairah Dimasa Menopause” dalam
Rangka Milad ke 78 RSU PKU Muhammadiyah Yogayakarta, tg 24 Februari 2001
Menopause merupakan suatu gejala
dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi.
Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause
seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat
berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai
diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak
menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen.
Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang,
terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk salah satu organ
reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium menyebabkan
berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa
penurunan atau gangguan pada aspek
fisik-biologis – seksual. Pada sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan
fisik sebagai akibat dari berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan
berpengaruh pada kondisi psikologis, dan sosialnya.
Penurunan kadar estrogen,
menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan
petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode
menopause, yaitu:
1.
Klimakterium, yaitu merupakan
masa peralihaan anatara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini
disebut jga dengan pramenopause.
2.
Menopause, adalah saat haid
terakhir, dan bila sesudah manopause disebut pasca menopause.
3.
Senium, adalah periode sesudah
pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan
kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik
Yang jadi pertanyaan apakah semua wanita pada masa menopause
akan mengalami gangguan fisik, seksual,
sosial dan gangguan psikologis ?.
Bagaimanakah gejala- gejala yang muncul ?.Apakah ada wanita yang mengalami
menopause tanpa mengalami berbagai keluhan baik fisik, psikologis dan sosial ?
Bagaimana caranya agar wanita dapat melalui menopause dengan alamiah, relaks, penuh penerimaan,
pasrah, dan tawakal. Bagaiman cara
mempersiapkan dan mengatasinya sehingga menopause dapat dilalui dengan
penuh semangat dan bergairah.
Berikut ini akan dibahas menganai beberapa aspek dari
menopase, sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai periode menopause secara
obyektif.
Aspek fisiologis menopause
Bersamaan dengan bertambahnya usia,
maka wanita mengalami perubahan atau
penurunan berfungsinya aspek fisiologis yang meliputi sistem-sistem panca
indera, lokomosi, pembuluh darah, pernafasan, urogenitalitas, pencernakan,
pertahanan tubuh dan sistem syaraf. Perubahan-perubahan ini dialami manusia
secara bertahap.
Masa menopause ditandai dengan masa transisi kira-kira lima tahun dari
berhentinya fungsi reproduksi, tetapi secara biologis menopause berarti
berhentinya menstruasi. Pada umumnya
wanita akan mengalami menopause antara usia 40 –55 tahun, walaupun ada
beberapa perkecualian. Periode ini disebut sebagai periode klimakterium yang menggambarkan hilangnya kemampuan untuk
reproduksi (menurunkan). Dengan berhentinya menstruasi berarti proses ovulasi
atau pembuahan sel telur juga berhenti. Periode ini dianggap sebagai masa transisi
atau peralihan ke masa tua, yaitu masa yang ditandai dengan berkurang dan
menurunnya vitalitas manusia.
Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami
wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan
progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau
perimenapouse. Disebut menopause jika seseorang tidak lagi menstruasi selama
satu tahun. Umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Sebagaimana awal haid, akhir
haid juga bervariasi antara perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya.
Mackenzie, menyatakan bahwa setiap bayi wanita yang baru
lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum matang didalam rahim, dan
telur ini akan masak beberapa saat setelah haid pertama, demikian seterusnya
sampai satu atau dua tahun sebelum menopause. Menjelang menopause persediaan
telur akan habis dan ini akan merupakan salah satu faktor pencetus menopause.
Matangnya telur-telur sejak masa pubertas sampai menopause diatur oleh suatu
jaringan pengendali hormon yang disebut hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus
sering dianggap sebagai otak emosional atau sebagai otak konduktor sistem
endoktrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem hormon jika tiba-tiba
seseorang mengalami stres atau mengalami kejutan, seperti misalnya suatu
kecelakaan atau kematian keluarga terdekat, hipotalamus dapat memerintah hormon
untuk berhenti sementara waktu. Hal inilah yang menyebabkan bila seseorang
sedang mengalami stres siklus haidnya mundur. Sedangkan hipofisis adalah suatu
kelenjar yang memang hanya memproduksi hormon, perantara kimiawi yang
berkeliling dari suatu tempat ketempat lainnya dalam tubuh memberitahukan
bagian-bagian lain untuk menjalankan semacam tugas. Hipofisis ini memproduksi sejumlah
besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi
tumbuh dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur
atau ovarium. Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga
memproduksi dua hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa
folikel sel telur yang berada di indung telur akan menghilang, kejadian ini
tidak akan sama pada setiap wanita dan akan terjadi diantara usia 45 – 55 tahun
itupun tidak terjadi secara mendadak tetapi akan berlangsung secara bertahap
yaitu dari masa aktif menjadi tidak aktif lagi ketika wanita mulai memasuki
usia menopause. Rangkaian peristiwa dalam tahap perubahan ini diawali dengan
berkurangnya kepekaan folikel sel telur terhadap rangsangan hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofise.
Mengenai terjadinya menopause ini Sheldon, menyebutkan bahwa
mula-mula estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan telur tetapi menstruasi masih tetap berlangsung,
namun makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti. Meskipun
demikian, dengan berhentinya haid bukan berarti sudah tidak ada estrogen sama
sekali, walaupun haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi
estrogen. Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu sendiri
sehingga kurang bereaksi terhadap hormon estrogen.
Dalam kehidupan wanita, hormon estrogen berpengaruh pada perkembangan seksual tubuh
wanita, atau yang memberikan ciri khas pada wanita, antara lain: mempersiapkan
rahim menerima janin, pertumbuhan payudara; penimbunan jaringan lemak di bawah
kulit seperti di pinggul, paha, dan pantat,
memperhalus kulit, melebutkan suara dan menghambat tumbuhnya kumis dan
rambut di sekitar wajah. Juga menjaga perkembangan alat kelamin. Jadi menurun
bahkan berhentinya estrogen akan mengakibatkan dinding liang rahim menjadi
kering dan kaku, payudara menjadi lembik, kulit berkeriput dan rambut menjadi
kering dan berkeriput, timbul kantung dibawah mata, dan perasaan kewanitaannya
juga berubah. Ada
sebagian wanita, yang mengeluh setelah
menopause gairah seksual menurun. Salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah
bertanggung jawab atas sebagian besar karateristik wanita, sehingga menurunnya
hormon estrogen mengakibatkan hilangnya jaringan di vagina yang berarti terjadi
pengerutan. Keadaan ini menyebabkan hubungan kelamin menjadi sakit. Namun bukan
berarti wanita yang mengalami menopause harus menghindari hubungan seksual. Elastisitas jaringan genital dapat dikembalikan dengan
memberikan hormon pengganti estrogen.
Disamping itu, penurunan drastis
kadar hormon estrogen dan progresteron
akan diikuti berbagai perubahan fisik seperti kulit mengendur, inkontinensia
(gangguan kontrol berkemih) pada waktu beraktivitas, jantung berdebar-debar, hot
flushes (peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala, mudah
lupa, sulit tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan
otot Dalam jangka panjang rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause
menimbulkan ancaman osteoporosis (pengeroposan tulang) yang membuat udah patah
tulang serta peningkatan resiko gangguan kardiovaskuler.
Semua
gejala tersebut sebenarnya tergantung pada kadar hormon estrogen yang ada pada
diri seseorang, sehingga bisa berlangsung sebentar dan bisa pula menetap pada
seseorang.
Aspek psikologis menopause
Pada wanita yang
menghadapi periode menopause, munculnya simtom-simtom psikologis sangat
dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat
dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause seperti
halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen), remaja
ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada perempuan yang
mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan antara
lain: merasa cemas, takut,
lekas marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak
berguna - tidak berharga, stres dan
bahkan ada yang mengalami depresi.
Tetapi apakah semua wanita akan
mengalami gangguan psikologis dalam menghadapi menopause ?. Kenyataannya tidak semua wanita tengah baya
mengalami kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi
ada juga wanita yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Mengapa
demikian. ?. Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan
mengatasi menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap
menopause. Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif
(su’udzon) ada yang positif (khusnudzon)
Bagi wanita yang menilai atau menganggap
menopause itu sebagai peristiwa yang menakutkan (stressor) dan berusaha
untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat
menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini
dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai
suatu ketentuan Allah (Sunnatullah)
yang akan dihadapi semua wanita, maka ia tidak akan mengalami stres.
Atau, kemungkinan stres yang
dialami tidak seberat dibanding wanita
yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat”.
Dalam Islam, dipahami bahwa kehidupan
manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua,
sehingga menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Didalam Al
Qur’an, Allah SWT telah berfirman:
“Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan
diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya
diketahuinya.” (QS.Al Hajj: 5).
“Allah-lah yang mencipatkan kamu dari
keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah
kua,t lemah lagi dan beruban.” (QS.ArRuum: 54)
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu
psikologi, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stres) yang dialami
manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu menilai, menginterpretasi,
atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya. Jadi, bagaimana individu
mempersepsikan atau menilai menopause
akan berpengaruh pada kondisi
emosi-psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal yang
“mengerikan” maka iapun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan,
ketakutan, stres bahkan depresi.
MITOS-MITOS TENTANG MENOPAUSE
Pada umumnya, pandangan dan
penilaian wanita tentang menopause banyak dipengaruhi mitos atau keyakinan yang belum tentu benar,
pada individu – masyarakat tentang menopause. Kebanyakan mitos atau kepercayaan
yang berkembang dalam masyarakat
tentang menopause, begitu diyakini
sehingga menggiring wanita untuk
mengalami perasaan-perasaan negatif saat mengalami menopause. Perasaan negatif
yang sering menyertai adalah tidak cantik lagi, tidak berharga, tidak
dibutuhkan, dlsb. Mitos atau keyakinan yang tidak rasional tentang menopause
tersebut antara lain bahwa:
1. Wanita yang mengalami menopause
otomatis berpredikat “menjadi tua” atau
“waktunya sudah lewat”. Dengan berhentinya menstruasi, berarti wanita tidak
lagi mampu melahirkan anak, berarti tidak lagi mampu mengemban tugas/peran sebagai penerus generasi. Disamping itu
dengan menurun bahkan berhentinya hormon
estrogen akan berpengaruh pada
hilangnya tanda-tanda kecantikan yang selama ini merupakan ciri khas
wanita yang dibanggakan. Bagi wanita yang sangat mengagung-agungkan kecantikan,
yang meyakini bahwa penampilan atau kecantikan adalah hal yang sangat penting
untuk kesuksesan pergaulan di masyarakat ataupun di dunia pekerjaan, maka
hilangnya tanda-tanda kecantikan merupakan sesuatu yang sangat ditakutkan. Mereka sangat
cemas, takut membayangkan munculnya
keriput-keriput pada kulitnya dan tanda-tanda lainnya. Keyakinan ini
membuat wanita merasa dirinya sudah
tidak menarik lagi dan sudah tidak keibuan lagi. Kecemasan wanita masa
menopause menjadi bertambah karena dia khawatir kalau suaminya mencari pasangan
lagi yang lebih muda dan menggairahkan.
2. Menopause dikaitkan dengan
“lengsernya” peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Sebagian
besar wanita mengalami menopause, hampir bersamaan waktunya dengan pencapaian karir puncak suaminya dalam pekerjaannya. Dalam kondisi ini,
kebanyakan suami disibukkan dengan urusan pekerjaan sehingga waktu untuk istri
berkurang. Sebagian besar
anak-anaknyapun sudah menginjak usia
remaja-dewasa awal. Mereka sibuk dengan kegiatannya, sehingga tidak lagi “merusuhi” ibunya bahkan ada kesan anak tidak
lagi “membutuhkan” ibunya. Bagi wanita yang selama ini mengabdikan total pada
keluarga berkurangnya kerepotan mengurus suami dan anak, akan menimbulkan
perasaan bahwa dirinya sudah tidak berharga dan tidak dibutuhkan lagi. Perasaan
bahwa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi, ini akan menurunkan
bahkan menghentikannya keinginannya untuk melakukan aktivitas. Iapun akan makin mengisolir dan menyingkir dari aktivitas
sosial dan kemasyarakatan.
3. Wanita yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik
seksualnya dan menurun aktivitas seksualnya. Ada beberapa wanita yang
beranggapan sesudah menopause, tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya.
Iapun tidak dapat menikmati hubungan intim dengan suaminya, karena jaringan
genitalnya berkurang elasitisitasnya. Bahkan ada anggapan wanita yang sudah
menopause seyogyanya tidak melakukan hubungan seksual karena akan mengakibatkan
munculnya penyakit. Keyakinan ini menggiring wanita untuk mengurangi atau
menghindari aktivitas seksual, yang akan berpengaruh pada berkurangnya
keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi ini
akan memicu munculnya problem suami-istri yang lebih komplek.
4. Mitos lainnya yaitu bahwa periode
menopause sama dengan periode goncangan jiwa, yaitu munculnya gejala rasa
takut, tegang, sedih , lekas marah, mudah tersinggung, gugup, stres dan depresi. Seperti yang telah dikemukakan
diatas bahwa semua emosi negatif yang muncul itu sangat dipengaruhi oleh
penilaian negatif atas menopause.
Dari apa yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa ada wanita yang
mengalami gangguan emosi – psikologi
saat menghadapi dan mengalami menopause. Tetapi tidak berarti semua
wanita pada masa mengalami gangguan emosi, karena sebenarnya bagaimana individu
menanggapi suatu peristiwa itu sangat ditentukan oleh faktor kepribadiannya
khususnya bagaimana ia mengintrepetasi atau menilai peristiwa tersebut. Bila
menopause dipandang sebagai hal yang alamiah/sunnatullah bahkan disyukuri atas
kenikmatan yang diberikan Allah, maka iapun akan menghadapinya dengan penuh
penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya
tidak berdampak pada gangguan psikologis.
Disamping itu wanita yang sangat mencemaskan
menopause besar kemungkinannya karena ia kurang mempunyai informasi yang benar
mengenai seluk beluk menopause. Oleh
karena sosialisasi mengenai apa, bagaimana pencegahan dan pengatasan menopause sangat diperlukan masyarakat. Mengingat
menurut data dari WHO tahun 2030 nanti diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang
berusia di atas 50 tahun dan sebagian besar mereka tinggal di negara
berkembang.
Bagaimana
cara mengatasinya ?
¨
Berbagai keluhan fisik pada wanita
yang mengalami menopause, dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat
mengganti hormon estrogen. Pemberian obat
ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Disamping itu
juga bisa menngkonsumsi vitamin yang fungsinya memperlambat proses penuaan. Untuk
pengatasan ini perlu konsultasi dengan dokter yang berwewenang.
¨
Olah raga yang sesuai dengan usia tengah baya,
dengan olah raga produksi endorphine dalam otak meningkat,
kondisi ini dapat memelihara
keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen ke otakpun meningkat, sehingga
ketegangan otot dan berbagai gangguan fisik pun sirna. Olahraga teratur akan menyehatkan
jantung dan tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki
suasana hati. Jarang berolahraga menyebabkan peredaran darah kurang lancar,
otot lemah, napas pendek, masa tulang cepat berkurang. Hal ini menyebabkan
rentan terhadap gangguan kardiovaskuler, darah tinggi, kegemukan, diabetes,
nyeri tulang, osteoporosis dan depresi.
¨
Makanan yang baik. Makanlah makanan yang rendah lemak. Banyak
makan sayuran, buah, biji-bijian. Vitamin, mineral dan serat dalam makanan itu
akan membantu pencernaan dan metabolisme tubuh.
¨
Melakukan hobi. Hidup tanpa sesuatu yang
menyenangkan rasanya hambar, maka terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi
dapat mengusir kebosanan dan mengatasi ketegangan-ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada menopause.
¨
Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan
manfaat bagi orang lain, datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai
penderitaan. Banyak peluang atau usaha yang dapat dijalani, yang dapat memberi
pekerjaan bagi orang lain. Upaya ini dapat meningkatkan perasaan bahwa diri
kita masih mampu memberi manfaat bagi orang lain
¨
Berpikirlah bahwa menopause itu
sesuatu yang wajar. Jutaan wanita telah mengalami, dan mereka tidak merasa
terganggu. Bahkan sampai sekarang perempuan di desa tidak pernah merasa ada
gangguan saat menopause. Disamping itu berpikirlah secara positif, apapun peristiwa yang dialami
(termasuk menopause) bila dilihat dengan “kaca mata” positif (khusnudzon)
maka tidak akan berdampak negatif bagi kehidupan.
¨
Terlibat dalam
aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial, dengan memberikan apa yang di miliki baik
itu pengetahuan atau ketrampilan pada orang lain, akan dapat mengurangi
perasaan-perasaan negatif yang mungkin muncul. Keterlibatan dalam berbagai
aktivitas juga dapat mempertebal kepercayaan diri dan meningkatkan citra diri
yang mulai menurun.
¨
Disamping itu bersilaturahmi atau
bertemu dengan teman yang mungkin
mempunyai masalah yang sama, dapat berfungsi sebagai obat. Pertemuan yang
memungkinkan untuk saling “berbagi rasa berbagi duka” sehingga beban itu tidak
hanya dirasakan sendiri.
¨
Komunikasikan masalah dengan
suami, berbagai perubahan maupun gangguan fisik-psikis-sosial yang dirasakan
perlu diketahui suami. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat
besar artinya bagi wanita yang mengalami menopause, sehingga ketegangan yang
munul dapat di cegah. Lebih baik bila keterbukaan ini juga ditumbuhkan dalam
keluarga secara keseluruhan, artinya anak-anak juga memberikan dukungan.
¨
Dan yang paling penting adalah tingkatkan
ibadah, dekatkan diri pada Allah SWT,
yang akan memperkaya kehidupan ruhani dan menyadari sepenuhnya bila
tujuan hidup ini untuk mengabdi pada Allah SWT. Yakinlah bahwa semua proses
kehidupan manusia sejak dalam kandungan, lahir, tumbuh dan meninggal, itu semua
sudah merupakan merupakan perwujutan
dari ketentuan Allah yang harus dijalani dalam kehidupan dunia, sebelum
memasuki kehidupan akhirat yang kekal dan tidak berakhir. Pandanglah bahwa
semua yang dialami sebagai kenikmatan dari Allah SWT. Menopause bukan akhir
dari suatu kehidupan, bahkan merupakan saat yang tepat untuk lebih mendekatkan
diri pada Allah SWT
Penutup
Kita semua menyadari bahwa hidup merupakan suatu proses, yang pada
dasarnya berbagai krisis perkembangan tidak dpat dihindari. Menopause sebagai
bagian dari proses kehidupan memang tidak dapat dihindari. Sebagai konsekuensi
dari proses penuaan, maka menurunnya fungsi organ bahkan berhentinya pruduksi hormon
estrogen harus dihadapi dengan penuh Tawakal, keikhlasan, dan sikap positif.
Kemungkinan terjadi gejolak-gejolah psikologis itu merupakan suatu hal wajar.
Maka sangat perlu wanita yang mengalami menopause mencari informasi yang
obyektif mengenai segala sesuatu yang menyangkut menopause. Khususnya bagi
wanita yang belum mengalami menopause hal ini sangat penting Yang tidak kalah
pentingnya adalah membina komunikasi terbuka dengan suami dan anak-anak, agar
semuanya mengerti dan dapat memahami kondisi istri dan ibunya. Dukungan dari
seluruh anggota keluarga sangat besar artinya bagi kondisi kesehatan mental
wanita yang mengalami menopause. Dan yang paling penting, peningkatan kehidupan
agama, sehingga dapat lebih dapat menerima ketentuan Allah SWT dengan penuh
tawakal dan ikhlas.
BACAAN
Peter. B, 1989. Menopause (alih bahasa). Jakarata. Penerbit Arcan.
Hammasa, S.N. 2004. Menopause.
Kiat wanita lansia sehat menuju khusnul khatimah. Ma’sum Press. Solo
Hawari, 1996. Al Qur’an: Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta. PT.Dana Bhakti Prima Yasa.
---------- Menopause,
Menakutkan atau Menyenangkan ? Kompas 1
Oktober 2001
Pernahkah
terpikir dan muncul pertanyaan mengapa ada beberapa orang yang tampak tenang,
bahagia dalam menghadapi situasi yang makin sulit ini ?. Apa resepnya ?.
Bagaimana mengelola stres agar efektif bagi diri kita ?.
Beberapa
ahli psikologi mengajukan beberapa cara untuk menurunkan stres agar tidak
berdampak fatal bagi kesehatan fisik-jiwa manusia, antara lain.
Ø
Mengenal diri,
yaitu upaya untuk memahami dan menerima keterbatasan-kelebihan diri
kita. Tanpa mengenal diri, sering tuntutan terhadap diri terlalu berlebihan
sehingga konflik, frustrasi dan strespun tidak dapat dihindari.
Ø
Relaksasi,
antara lain relaksasi otot, pernafasan dan imaginasi. Relaksasi fisik
dapat menumbuhkan rasa kebugaran, yang dapat melenyapkan ketegangan otot. Dalam
relaksasi yang penting adalah menemukan otot bagian mana yang tegang dan belajar untuk mengendurkannya. Bila sudah menguasai
maka ini akan menjadi kebiasaan yang sangat positif.
Ø
Pemijatan, dapat memperlanjar peredaran darah
dan ketegangan ototpun hilang.
Ø
Makan-istirahat yang cukup tidak berlebihan.
Pada usia tertentu perlu berhati- hati dengan jenis makan tertentu.
Ø
Sempatkanlah untuk rekreasi terutama bersama
keluarga, “lari” sejenak dari rutinitas
dan kebosanan. Kesegaran yang dibawa pulang sangat besar pengaruhnya terhadap
kesegaran dalam kehidupan.
Temuilah profesi yang dipercaya
seandainya memang ada masalah yang menjadi beban. Jangan biarkan beban masalah
makin berat dan makin ruwet sehingga sulit diatasi.
Tetapi. Sehubungan denga
Ada beberapa mitos atau
keyakinan-keyakinan tentang menopause
yang sering muncul Menganai
Kondisi ini akan mendukung munculnya sikap positifcara
berpikirnya yang dapat berupa keyakinan-keyakinannya, sikap mental atau
persepsinya. Bagimana persepsi, anggapan atau keyakinan mengenai periode
klimakterium dalam masyarakat sangat mempengaruhi emosi atau perasaannya, misal
keyakinan bahwa wanita yang tengah menjalani periode ini sudah tidak pantas
lagii bersolek, atau warna bajunya harus hitam dan lain sebagainya. Akibat dari
perasaan-perasaan tersebut muncullah gangguan tidak dapat tidur, mudah
tersinggung, tidak bersemangat, gelisah, merasa kurang berharga, atau tidak
berarti sama sekali.
Perubahan pada kondisi
fisik pada usia ini tentu akan mempengaruhi kondisi psikisnya terutama
perasaannya. Bagi wanita peran tugas sebagai ibu sangat menentukan “harga
dirinya” maka berarti berhentinya haid berarti dirinya merasa tidak
berharga atau tidak lagi menjadi wanita
sejati. Tentunya perasaan ini timbul pada wanita yang hanya merasa berharga
dengan fungsinya sebagai alat untuk melahirkan anak.
antara lain mengeringnya dinding liang rahim, payudara
menjadi lembik, kulit menjadi kendur dan berkeriput, timbul kantung dibawah
mata, tulang-tulang kehilangan kalsium.
Juga muncul berbagai keluhan fisik, antara lain jantung
berdebar-debar, berkeringat diwaktu malam, rasa panas pada wajah (hot-flashes),
sakit kepala, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot.
Disamping itu, pada sebagaian wanita yang menopause juga menunjukkan perubahan
pada aktivitas seksual dan sosialnya. Karena merasa dirinya sudah “tua” maka
ada anggapan bahwa aktivitas seksual
sebaiknya tidak dilakukan, bahkan ada anggapan sebaiknya aktivitas-aktivitas sosial juga
dibatasi.
Kondisi Psikologis Menopause
Ketidak mampuan wanita untuk menerima kenyataan atas
proses ketuaan yang dialaminya, akan berpengaruh kondisi psikologisnya.
Kompas, 1oktb 2001
Menopause
menjadi soal karena hormon estrogen dan progesteron dari indung telur
mempengaruhi kondisi seluruh jaringan tubuh, termasuk payudara, vagina, tulang,
pembuluh darah, saluran gastro-intestinal (lambung dan usus), saluran kemih,
dan kulit.
Menurut para ahli, penurunan gairah terkait dengan
masalah interpersonal, faktor psikologis dan budaya, misalnya merasa tua dan
tak pantas memikirkan seks lagi atau gairah menurun karena memang jarang
melakukan. Di sisi lain, sebagian wanita justru merasa bebas setelah menopause
dan gairah seksualnya meningkat karena tidak perlu lagi khawatir hamil atau
berurusan dengan alat kontrasepsi.
Republika, 21 Oktober 2001
Menilik data
dari WHO (World Health Organization), tampaknya ledakan menopause pada
tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung. WHO memperkirakan ditahun 2030
nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia diatas 50 tahun. Sebagian besar dari
mereka (sekitar 80%)tinggal di negara berkembang. Dan setiap tahunnya populasi
wanita menopause meningkat sekitar tiga persen.
Salah satu cara untuk menghadapi menopause adalah dengan
melakukan terapi sulih hormon (hormone replacement theraphy). Terapi ini
dilakukan dengan cara memasukan hormon estrogen kepada wanita yang mengalami
menopause. Dengan suplai hormon yang memadai diharapkan, diharapkan wanita
menopause tidak akan terganggu oleh keluhan-keluhan pasca menopause.
Hanya saja, terapi ini disebut-sebut memiliki efek samping
yang tidak ringan. Sebut saja, misalnya kanker payudara dan kanker leher rahim.
Tapi menurut Agoestina, resiko kanker dalam terapi sulih hormon masih jadi
perdebatan. Selain itu, terapi tersebut juga memerlukan biaya yang besar. “Jadi
kebiasaan hidup sehat menjadi pilihan yang terbaik untuk menghadapi menopause”,
katanya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon