BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Plasenta (bahasa Jawa: ari-ari) adalah jaringan yang
terbentuk di dalam rahim selama kehamilan. Plasenta berfungsi membawa makanan
dan oksigen dari ibu ke janin dan membuang produk limbah dan karbon dioksida
dari janin ke ibu melalui tali pusat.
Plasenta
biasanya terbentuk di sepanjang bagian atas rahim. Pada plasenta previa,
plasenta melekat di dekat atau menutupi serviks (pembukaan rahim yang mengarah
ke vagina). Hal ini dapat mengganggu proses kelahiran bayi karena plasenta menutupi
jalan lahir.
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internum).
Plaseta
previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. (Mochtar,1998:269)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi
plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu yaitu :
1. Plasenta previa totalis
bila seluruh pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis
bila hanya sebagian pembukaan jalan
lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
bila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah
bila plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan jalan lahir.
2.3 Etiologi
Menurut Prof. Dr. Rustam Moctar
MPH., 1998. Jakarta, beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan kekerapan terjadi
plasenta previa, yaitu:
1.
Paritas
Makin banyak paritas ibu, makin besar kemungkinan
mengalami plasenta previa
2.
Usia ibu pada saat hamil
Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih seding dari pada umur di bawah 25 tahun
Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih seding dari pada umur di bawah 25 tahun
3.
Hipoplasia endometrium
Bila kawin dan hamil pada umur muda
Bila kawin dan hamil pada umur muda
4.
Endometrium cacat
Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan mual plasenta
Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan mual plasenta
5.
Korpus luteum bereaksi lambat
Dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepasi
Dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepasi
6.
Tumor-tumor
Seperti mioma uter, polip endometrium
Seperti mioma uter, polip endometrium
2.4 Diagnosis
Menurut
Prof. Dr. Rudstam Mochtar MPH. 1998 Jakarta.
Diagnosis
ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan:
1.
Anamnesis
a.
Gejala pertama yang membawa si
sakit ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu atau pada kehamilan lanjutan (trimester III)
b.
Sifat perdarahannya tanpa sebab
(causeless), tanpa nyeri (painless), dan perulang (recurrent), kadang-kadang
perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur
sudah di penuhi dengan dara. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang
lebih banyak dari yang sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada
plasenta dan pembuluh darah yang robek yang disebabkan oleh:
1.
Terbentuknya segmen bawah rahim
2.
Terbentuknya ostium atau oleh
malipulasi intravaginal atau raktal
2.
Inspeksi
a.
Dapat dilihat perdarahan yang
keluar pervaginam : banyak, sedikit darah beku dan sebagainya
b.
Kalau telah berdarah banyak maka
ibu kelihatan pucat / anemis.
3.
Palpasi abdomen
a.
Janin sering belum cukup bulan,
jadi fundus uteri masih rendah
b.
Sering di jumpai kesalahan
letak
c.
Bagian terbawah janin belum
turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating)
atau menggolak di atas pintu atas pinggul
d.
Bila cukup pengalaman (ahli),
dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang
kurus.
4.
Pemeriksaan inspekula
Dengan
memakai spekulum secara hati-hati dilihat dari mana asal perdarahan, apakah
dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah dan
lain-lain.
5.
Pemeriksaan radio-isotop
a.
Plasentografi jaringan lunak
Yaitu
membuat foto dengan sinar roentgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta.
b.
Sitrografi
Kosongkan
kandung kemih, lalu dimasukkan 40cc larutan NaCl 12,5 , kepala janin di tekan
kearah pintu atas panggul lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih
berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa
c.
Plasentografi indirik
Yaitu
membuat foto seri lateral dan anteroposterior, dengan cara menghitung antara
jarak kepala-simfisis dan kepala promotorium
d.
Arteriografi
Dengan
memasukkan zat kontras kedalam arteri femoralis, karena plasenta sangat akan
pembuluh darah maka ia akan banyak menyerap zat kontras.
e.
Aminografi
Dengan
memasukkan zat kontras kedalam rongga amnion, lalu di buat foto dan dilihat
dimana terdapat daerah kosong di luar janin dalam rongga rahim
f.
Radio isotop plasentografi
Dengan
menyuntikan zat radio aktif RISA (Radio Iodinateol Serum Albumin) decara intra
vena, lalu diikuti dengan detektor GMC
g.
Ultrasonografi
Cara
ini sangat terapi dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin
2.4 Patofisiologi
Perdarahan tidak dapat
dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan
itu, tidak sebagaimana serabut otot
uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan
pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan
dimulai.
Skema patofisiologi
Implantasi
plate pada bagian bawah (kauda) uterus
2.5 Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala yang nampak pada plasenta previa, antara lain :
1.
Pendarahan tanpa sakit (painless
bleeding).
2.
Warna darah merah terang.
3.
volume sedikit atau banyak, keluar
terus menerus, atau berhenti-keluar.
4.
Bagian terbawah janin tidak kunjung
masuk rongga panggul.
5.
Posisi janin melintang atau
sungsang.
6.
Kadang-kadang ukuran janin lebih
kecil dari usia kehamilan disebabkan sirkulasi darah.
2.6 Komplikasi
Menurut
Roeshadi (2004), kemugkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :
1.
Komplikasi
pada ibu :
a. Syok akibat perdarahan
b. Anemia akibat perdarahan
2.
Komplikasi
pada janin :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
2.7 Dampak Plasenta Previa dalam kehamilan
a.
Karena
terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk
PAP.Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala
mengapung.
b.
Sering
terjadi partus prematur; rangsangan koagulum
darah pada servix, jika banyak placenta yang
lepas kadar progesterone menurun dan dapat terjadi His,pemeriksaan dalam.
Dampak Placenta Previa
terhadap partus
a.
Letak janin yan tidak normal; partus
akan menjadi patologis
b.
Bila pada placenta previa lateralis; ketuban
pecah/dipecahkan dapat terjadi prolaps funkuli
c.
Sering dijumpai insersi primer
d.
Perdarahan
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar
MPH, 1998, Jakarta)
a.
Untuk menghindari perdarahan
yang banyak, maka pada plasenta previa sentralis dengan janin hidup atau
meninggal, tindakan yang paling baik adalah seksio sesarea.
b.
Persalinan perabdominal dengan
seksio sesarea.
Indikasi
seksio sesarea pada plasenta previa :
1.
Semua plasenta previa
sentralis, janin hidup atau meninggal, semua plasenta previa lateralis,
posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
2.
Semua plasenta previa lateralis
posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
3.
Semua plasenta previa dengan
tindakan tindakan-tindakan yang ada.
4.
Plasenta previa dengan panggul
sempit, letak lintang perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang
berlebihan dan tindakan dapat diatas dengan cara-cara yang ada.
2.8 Skema
penatalaksanaan Plasenta Previa
ASUHAN
KEBIDANAN ANTE NATAL CARE
Ny.
“D”
DENGAN KEHAMILAN PATOLOGIS
PLASENTA
PREVIA
DI
BPS NY. KARMILA
DATA
SUBJEKTIF
Pada tanggal 10 Oktober 2010, Pukul 14.00, Ny. D datang ke BPS Bidan Karmila untuk memeriksakan
kehamilannya. Usia Ny. D
adalah 25
tahun. Ibu mengatakan hari
pertama haid terakhir tanggal 1 Februari 2010, ibu mengatakan
ini merupakan hamil pertama.
Ibu mengatakan sejak jam
05.00 mengeluarkan
darah berwarna merah segar namun sedikit
dan ibu tidak merasakan nyeri. Akan tetapi jika ibu melakukan aktifitas darah tersebut semakin keluar banyak, Oleh karena itu ibu mengurangi
aktifitasnya. Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan
bayinya, maka ibu memeriksakan dirinya ke RS.
DATA OBYEKTIF
Jam 14.20 bidan memeriksa Ny. D dengan hasil pemeriksaan : TD
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit,suhu 36,7 oC, keadaan ibu lemas, ibu terlihat
pucat,conjungtiva pucat, sklera putih.
Abdomen
: bentuk simetris, membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada
cacat, tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi.
Leopold
I : TFU
pertengahan antara pusat dengan proxesus xympoideus, pada fundus teraba keras,
melenting yang berarti kepala
Leopold
II : Teraba
panjang dan keras seperti papan disebelah kiri yang berarti punggung kiri
(PUKI), perut sebelah kanan teraba bagian-bagian janin yang kecil berarti
extremitas.
Leopold
III : Bundar, melenting, bagian terbawah janin belum turun, kepala masih bisa digoyangkan
Leopold
IV : Tidak
dikaji
DJJ : 135x/mnt
Dan pada Genetalia terdapat pengeluaran darah segar, warna merah, tidak
ada hemoroid, tidak ada varises dan oedema,
tidak dilakukan pemeriksaan dalam dikarenakan tampak sisa perdarahan dari
kemaluan.
Pemeriksaan Laboratorium Darah: Hb = 9 gr% , Protein
urine : (-). Dilakukan USG pada tanggal 10 Oktober 2010 jam 15.00, pada USG terlihat ada bagian
yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta, Uterus: janin tunggal, intra uterin,letkep, 39 minggu 1 hari, Placenta: SBr
– OUI , Ketuban : cukup.
HPL : 01-11-2010
ASSESMENT
Diagnosa : Ny.
“D” G1P00000, UK 39 minggu, hidup, tunggal, letak kepala u, intra uteri,
kesan jalan lahir tidak normal, dengan placenta previa.
Dx Masalah Potensial : Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan adanya
perdarahan
Gangguan Aktivitas sehubungan dengan adanya
perdarahan
Tindakan kebutuhan segera:
- Tirah
baring dengan menghadap ke kiri
- Pemberian infus
- Hindari tekanan rongga
perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
- Observasi DJJ
- Cek HB
-
Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi
komplikasi yang lebih hebat
PENATALAKSANAAN
- Perbaiki
keadaan umum ibu dengan memasang infus RL dan siapkan transfusi darah
- Pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur setiap 15 menit
- Bila
terjadi syok maka posisi ibu miring kiri,pasang O2 pasang infuse RL,
,pantau DJJ,cek HB
- Bila tidak syok maka pasang infuse RL,pantau DJJ
- Segera rujuk pasien ke Rumah Sakit
- Bila belum
aterm lakukan :
·
Konservatif
·
Rawat
·
Kortikosteroid
untuk pematangan paru-paru janin
·
Bila
perdarahan ulang banyak dilakukan PDMO
· Bila
plasenta previa lateralis dan marginalis maka lakukan :
· Amniotomi
·
Berikan
oksitosin tiap setengah jam per drip
· Bila
belum berhasil lakukan SC
· Bila
plasenta previa sentralis(totalis) lakukan SC
·
Bila
plasenta letak rendah maka lakukan
· Amniotomi
· Partus
pervaginam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta adalah jaringan yang
terbentuk di dalam rahim selama kehamilan. Plasenta berfungsi membawa makanan
dan oksigen dari ibu ke janin dan membuang produk limbah dan karbon dioksida
dari janin ke ibu melalui tali pusat.
Faktor-faktor
penyebab yaitu:
·
Paritas : Makin banyak paritas ibu, makin
besar kemungkinan mengalami plasenta previa
·
Usia ibu pada saat hamil : Pada primigravida, umur diatas 35
tahun lebih seding dari pada umur di bawah 25 tahun
·
Hipoplasia endometrium : Bila kawin dan hamil pada umur muda
·
Endometrium cacat : Endometrium cacat pada
bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan mual plasenta
·
Korpus luteum bereaksi lambat : Dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepasi
·
Tumor-tumor : Seperti mioma uteri, polip endometrium
Tanda dan
gejalanya yaitu :
·
Pendarahan tanpa sakit (painless
bleeding). Warna darah merah terang.
·
Volume sedikit atau banyak, keluar
terus menerus, atau berhenti-keluar.
·
Bagian terbawah janin tidak kunjung
masuk rongga panggul.
·
Posisi janin melintang atau
sungsang.
·
Kadang-kadang ukuran janin lebih
kecil dari usia kehamilan disebabkan sirkulasi darah.
3.2 Saran
Bagi tenaga kesehatan
Dengan adanya kemungkinan
komplikasi pada plasenta, diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
segera melakukan tindakan komprehensif pada klien dengan placenta previa.
Penatalaksanaan yang cepat dan tepat akan menurunkan AKI dan AKB.
Bagi klien
Untuk segera ke sarana
kesehatan terdekat apabila ditemukan salah satu tanda-tanda placenta previa.
ConversionConversion EmoticonEmoticon