Salam Sehat dan Harmonis

-----

makalah KONSEP KEIMANAN DALAM ISLAM


KONSEP KEIMANAN DALAM ISLAM
 












Disusun Oleh:
Juang NurAni Pangastuti ( 2010 166 3012)


PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011




ivannet@ymail.com
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan Puji dan sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yangtelah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapatmenyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam berhubungan denganKonsep Iman.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi kesulitan danhambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari rekan-rekan oleh karena itupenulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulissehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya danpara pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masihbanyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang penulismiliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi makalahini sangat penulis harapkan.Ciamis, Oktober 2009Penulis
http://htmlimg3.scribdassets.com/7uasct5beotrkyc/images/2-4426e56492.jpg

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………          
1.1. Latar belakang……………………………………
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan  
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………
2.1. Pengertian Iman
2.2. Wujud Iman
2.3. Proses terbentuknya Iman
2.4. Sifat- sifat dan tanda-tanda Orang Yang Beriman
2.5. Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan Aktualisasi Nilai Keimanan
BAB III. PENUTUP…………………………………………………
      3.1. Kesimpulan …………………………………………….
      3.2. Saran……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….
 



















BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti  apa makna dari iman itu, serta tingka laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman. Kami mengambil materi pembahasan “ Konsep Iman “, selain sebagai tugas mata kuliah Al Islam 3 adalah untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan Iman dan memperbaiki konsep iman yang belum sempurna serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah Pengertian Iman?
1.2.2. Bagaimanakah Wujud Iman?
1.2.3. Bagaimanakah Proses terbentuknya Iman?
1.2.4. Apa sajakah Sifat- sifat dan tanda-tanda Orang Yang Beriman?
1.2.5. Apakah Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan Aktualisasi Nilai Keimanan?   

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Iman.
1.3.2. Untuk Mengetahui Bagaimana Wujud Iman.
1.3.3. Menjelaskan Bagaimana terbentuknya Iman.
1.3.4. Mengetahui Apa Saja Sifat-Sifat dan Tanda-Tanda Orang Beriman.
1.3.5. Mengetahui Manfaat Iman Dan Aktualisasinya dalam Masyarakat.














BAB II
 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Secara etimologis, iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang. Sedangkan secara umum iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya yang menunjukan sikap yang terdapat di dalam hati. Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut di dalam rukum iman, walaupun dalam sikap keseharian tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan orang yang beriman. Hal ini disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui urusan hatinya hanya Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting bagi mereka, mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi Islam.
Di dalam surat Al – Baqoroh : 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah SWT beserta ajaran – Nya. Oleh karena itu, orang yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang sangat amat rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam Al – Quran dan sunnah Rosul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal perbuatan (Al – iimaanu ’aqdun bil qalbi waiqraarun bilisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan, dan tingkah laku atau perbuatan seseorang.
2.2 wujud Iman
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan, dan perbuatan. Dalam artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya Allah SWT, diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, dan dilakukan dengan perbuatan maksudnya menjalankan seluruh perintah – Nya dan menjauhi seluruh larangan – Nya.
Pengertian Iman adalah ; ikrar dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi, Iman itu mencakup tiga hal :
1.  Ikrar dengan hati.
2.  Pengucapan dengan lisan.
3.  Pengamalan dengan anggota badan
Jika keadaannya demikian, maka iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja berkurang. Lagi pula nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau pernyataan karena memperoleh satu berita, tidak sama dengan jika langsung melihat persoalan dengan kepala mata sendiri. Pernyataan karena memperoleh berita dari satu orang tentu berbeda dari pernyataan dengan memperoleh berita dari dua orang. Demikian seterusnya. Oleh karena itu, Ibrahim ‘Alaihis Sallam pernah berkata seperti yang dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي
“Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang mati. Allah berfirman : ‘Apakah kamu belum percaya’. Ibrahim menjawab : ‘Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”. (Al-Baqarah : 260)
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
2.3.Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll. Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci.
Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
2.4 Sifat-sifat dan tanda-tanda Orang yang Beriman
2.4.1. Sifat-Sifat Orang ynag Beriman
a.   Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah karena cobaan.
b.  Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.
c.   Senang mencari dan menambah ilmu.
d.  Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang dikerjakannyabelum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyaisemangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
 
2.4.2. Tanda-Tanda Orang Beriman
Dalam Al – Quran, orang – orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Jika disebut nama Allah SWT (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan Al – Quran maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya (Al – Anfal : 2). Yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman 594 itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah 595 gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah yang diiringi dengan doa.
c. Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al – Anfal : 3 dan Al – Mu’minun : 2). Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3) yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. 23:2)
d. Menafkahkan rizki yang diterima (Al – Anfal : 3 dan Al – Mu’minun :4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi.Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3)  dan orang-orang yang menunaikan zakat, (QS. 23:4)
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al – Mu’minun : 3,5). Yanng artinya: dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (QS. 23:5) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (QS. 23:3)
f. Memelihara amanah dan menepati janji (Al – Mu’minun : 6). Yang artinya: kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki 995; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS. 23:6)
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al – anfal : 74).
2.5. Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan Aktualisasi Nilai Keimanan
2.5.1. Manfaat Iman Bagi Kehidupan
·      Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama dan akan meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.
·      Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.
·      Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan yang baik, adil dan makmur.
·       Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi.
·      Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.
·      Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.
2.5.2. Aktualisasi Nilai Keimanan
Surat Al Araf ayat 96 yang erat kaitannyadengan kondisi yang saat ini terjadi di tengahtengah masyarakat kita. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepadamereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa merekadisebabkan perbuatannya." (QS. 7:96).
Allah akan selalu menepati janji-Nya bahwa ketikaseseorang bermaksiat maka akan ditimpakan kepadanya azab dan bala sebagai akibat dari kelalaian mereka.
Sesungguhnya keimanan kepada Allah adalah masalah aqidah yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikuatkandalam kehidupan seorang muslim, kemudian keimanan itu harus dibarengi dengan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Keimanan seperti inilah yang akan mendatangkan keberkahan hidup bagi seorang muslim. Iman kepada Allahmembebaskan seseorang untuk menyembah kepada hawa nafsunya, iman kepada Allah juga akan membebaskanseseorang untuk menyembah dan menuhankan manusia, sedangkan ketaqwaan merupakan benteng yang senantiasamelindungi dan menjaga diri seorang muslim dari sifat ghurur dan cinta dunia, bahkan ketaqwaan merupakan penawardari segala macam penyakit yang akan menjerumuskan manusia kepada perbuatan maksiat dan jauh dari Allah Swt.
Allah memberikan sesuatu secara proporsional, yang ada hanya dua Ketaatan dan kemaksiatan, yang taatakan mendapatkan keberkahan dan yang berbuat maksiat akan mendapatkan azab dari Allah.
Semua itu sudahmerupakan Sunnatullah yang harus kita yakini dalam kehidupan kita, Allah sudah banyak memberikan kisah-kisah umatterdahulu di dalam Al Quran untuk kita jadikan `ibrah dalam kehidupan kita.
Keberkahan yang di janjikan Allah adalah keberkahan yang sangat banyak yaitu Allah akan membukakan pintu berkahdari langit dan bumi, sebagian besar ahli tafsir menyebutkan bahwa keberkahan dari langit itu adalah berupa hujan yang menyuburkan tanaman dan keberkahan di dunia adalah segala macam jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi,sebagian mufassirin juga menafsirkan bahwa keberkahan dari langit itu adalah dikabulkannya doa seorang hamba ketikamemohon kepada Allah, sedangkan keberkahan di dunia adalah ketenangan hidupnya di dunia.
Sebagian manusia ada yang beranggapan bahwa dia mengatakan dirinya adalah seorang muslim, akan tetapi rezekinyatetap sempit dan senantiasa mendapatkan kesusahan, sedangkan sekelompok orang yang mereka tidak muslim akantetapi mereka hidup senang, jadi di manakah kedudukan sunnatullah yang tidak akan berubah tersebut?
Jawabannyaadalah bahwa mereka yang mengatakan diri mereka muslim tersebut bukanlah seorang mukmin ataupun seorang yangmuttaqin, dikatakan begitu karena mereka belum sepenuhnya ikhlas beribadah kepada Allah Swt, dan tidak mewujudkanmakna dalam kehidupannya sehari-hari. Semua itu baru mereka lakukan hanyasebatas pemenuhan kewajiban dan bahkan menganggap ibadah itu sebagai suatu kebiasaan dan ritual yang harusdilaksanakan.Begitu juga dengan pengucapan kalimat Syahadat baru hanya sebatas ucapan di lidah saja tanpa adaaplikasi dari sikap dan tingkah lakunya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yangdilarang Allah Swt.Karena itulah mereka belum bisa merasakan manisnya iman.
Sedangkan orang yang tidak beriman dan bertaqwa mereka diberi rezki yang banyak, bukan berarti itu memberikankeberkahan kepada mereka, bisa jadi rezki yang banyak itu juga merupakan ujian bagi mereka. Karena ujian dengankenikmatan dan kemewahan lebihberbahaya dan lebih sulit dibandingkan dengan ujian kesusahan dan kemelaratan,banyak orang yang bisa sabar ketika di uji dengan kekurangan dan kemelaratan, tetapi ketika di uji dengan kesenangandan kemewahan mereka tidak bisa sabar untuk senantiasa taat kepada Allah Swt. Jadi, keberkahan tidak dapat di ukurdengan banyak atau sedikit nikmat yang kita peroleh, keberkahan bisa kita dapatkan dengan nikmat yang sedikit, ketikanikmat yang diberikan itu bisa bermanfaat bagi kita dan juga bagi orang lain, ketika nikmat itu bisa memberikanketenangan, ketentraman dan melahirkan keridhoan dan keikhlasan maka itu bisa kita katakan nikmat itu berkah bagidirinya.
Berapa banyak kita lihat ketika seseorang hidup dengan kemewahan dan harta yang berlimpah ruah, akan tetapikehidupannya tidak melahirkan ketenangan jiwa dan banyak yang frustasi, menimbulkan stress karena mengurus hartakekayaannya, bahkan terkadang bisa menghancurkan hidupnya, menimbulkan perselisihan kepada generasi setelahnyayang sibuk bersaing untuk mendapatkan harta warisan. Nauzubillah min dzalik..,semua itu merupakan perhiasan yangtidak memberikan berkah kepada pemiliknya, bahkan menjadikan azab dan bencana kepadanya.
Sesungguhnya keberkahan itu hanya dapat diwujudkan dengan iman dan taqwa, keberkahan yang didapat dariketaqwaan dan keimanan akan memberikan berkah dalam semua sisi kehidupan, berkah kepada dirinya, berkah kepadakeluarganya, berkah kepada masyarakat dimana dia tinggal bahkan berkah bagi semua makhluk yang ada di dunia.
Keberkahan akan memuliakan dan meninggikan seseorang dihadapan manusia dan Allah Swt.Mungkin kita perlu merenung kembali dengan sekian banyak ujian dan cobaan yang menimpa kita saat ini, bisa jadikarena kita sudah jauh dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt yang menciptakan dan mengatur alam semesta,ketika itu terjadi maka Allah akan memberikan balasan terhadap kelalaian kita dalam beribadah dan mengingat AllahSwt, ketika sebagian melakukan kemaksiatan kepada Allah Swt, maka siksa Allah akan menimpa tidak hanya kepadaorang yang zalim saja, akan tetapi bisa juga menimpa orang yang sekitarnya, sebagaimana firman Allah dalam Surat AlAnfal ayat 25;Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalimsaja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. 8:25).
 Allah senantiasamenyuruh kita untuk mengajak kepada yang ma`ruf dan mencegah kepada yang mungkar agar masing-masing kitamemiliki pribadi-pribadi muslim yang nantinyaakan melahirkan masyarakat yang senantiasa beriman dan bertaqwakepada Allah Swt, ketika itu lah akan lahir pribadi, keluarga dan masyarakat muslim yang di ridhoi Allah, sehingga alamdi mana kita tinggal memberikan keberkahan kepada kita.
Semoga dengan tadabbur singkat ini bisa mengingatkan kepada kita bahwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allahakan bisa memberikan keberkahan dalam kehidupan kita, sehingga bisa menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.
 









BAB III
 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian iman dari bahasa Arabyang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
 Seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
3.2. Saran
Layaknya sifat seorang muslim yang beriman, adalah ia yang mudah menerima nasehat dan senang mencari serta menambah ilmu. Dapatlah makalah ini dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kehidupan kita sehari-hari karena didalamnya ada ilmu serta nasehat-nasehat yang insyaallah dapat berguna di.Amiin…















Daftar Pustaka

http://alhijrah.cidensw.net Powered by Joomla! Dibuat pada: 9 October, 2011, 14:54


Previous
Next Post »

Translate