DENGUE HEMORHAGIC FEVER
PENGERTIAN
DHF adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang
pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi
perdarahan dan dapat menimbulkan syok (DSS) dan kematian.
Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang
membawa virus dengue (anthropad borne viruses) atau disebut arbo virus. DHF
dapat menyerang semua umur tetapi terbanyak pada anak-anak.
Dalam dekade terakhir, terdapat kecenderungan kenaikan proporsi
penderita DHF pada orang dewasa.
TANDA DAN GEJALA
1.
Demam : demam tinggi timbul
mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat.
2.
Perdarahan : perdarahan disini
terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta gangguan fungsi
dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi
di semua organ yang berupa:
·
Uji torniquet positif
·
Ptekie, purpura, echymosis dan
perdarahan konjungtiva
·
Epistaksis dan perdarahan gusi
·
Hematemesis, melena
·
Hematuri
3.
Hepatomegali :
·
Biasanya dijumpai pada awal
penyakit
·
Pembesaran hati tidak sejajar
dengan beratnya penyakit
·
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
·
Tanpa diikuti dengan ikterus
·
Pembesaran ini diduga berkaitan
dengan strain serotipe virus dengue
4.
Syok : Yang dikenal dengan DSS ,
disebabkan oleh karena : Perdarahan dan
kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak.
Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
·
Kulit dingin, lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki
·
Gelisah dan Sianosis disekitar
mulut
·
Nadi cepat, lemah , kecil sampai
tidak teraba
·
Tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
·
Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg
atau kurang)
5.
Trombositopeni: Jumlah trombosit
dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
6.
Hemokonsentrasi : Meningkatnya
nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan terjadinya syok.
7.
Gejala-gejala lain :
·
Anoreksi , mual muntah, sakit
perut, diare atau konstipasi serta kejang.
·
Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI DHF
Yang menentukan beratnya penyakit adalah : Tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
Menurunnya volume plasma darah, Adanya hypotensi, Trombositopeni, Diatesis hemoragic\
Pada autopsi penderita DHF yang meninggal, didapatkan adanya
kerusakan sistim vaskuler dengan adanya peninggian permeabilitas diding
pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa, di bawah
peritonial, pleural dan perikardial.
Pada
kasus berat, pengurangan volume plasma sampai 30 % atau lebih. Menghilangnya
plasma melalui endotelium ditandai oleh peningkatan oleh peningkatan nilai
hematokrit yang mengakibatkan keadaan hipopolemik dan shock, yang dapat
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik bahkan menyebabkan kematian.
Kerusakan dinding pembuluh darah bersifat sementara, dengan
pemberian cairan yang cukup shock dapat diatasi dan efusi pleura biasanya
menghilang setelah beberapa kali perawatan.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat pada
saluran cerna, yang timbul setelah shock berlangsung lama dan tidak teratasi.
Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni serta gangguan fungsi trobosit
disamping defisiensi ringan/sedang dari faktor I, II, V, VII, IX, X dan faktor
kapiler.
Pada pemeriksaan sel-sel pagosit didapatkan peningkatan daya
pagositosis dan proliferasi sistim retikolo enditetial yang berakibat
penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis seluler
sehingga nampak adanya trombositopeni.
Aktifasi sistim komplemen juga memegang peranan penting dalam
patogenesis DHF , komplek imun biasanya ditemukan pada hari ke 5 sampai ke 7
saat terserang shock terjadi. Produksi aktivitas komplemen ini bersifat
anafilaktoksin yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler sehingga
permeabilitas diding pembuluh darah meningkat.
Derajad DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
Derajat 1 :
Demam
disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
Tourniquet positif
Derajat 2
:
Derajat
1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat 3 :
Ditemukannya
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah
Derajat 4 :
Renjatan
berat dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a.
Data Subyektif
§
Panas
§
Lemah
§
Nyeri ulu hati
§
Mual dan tidak nafsu makan
§
Sakit menelan
§
Pegal seluruh tubuh
§
Nyeri otot, persendian, punggung
dan kepala
§
Haus
b. Data Obyektif
·
Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
·
Kulit terasa panas
·
Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan
·
Nadi cepat
·
Selaput mukosa mulut kering
·
Ruam dikulit lengan dan kaki
·
Hiperemia tenggorokan
·
Epistaksis
·
Pembesaran hati dan nyeri tekan
·
Pembesaran limfe
·
Nyeri tekan pada epigastrik
·
Hematomesis
·
Melena
·
Gusi berdarah
·
Hipotensi
c. Data Penunjang
·
Hematokrit meningkat
·
Trombositopenia
·
Masa perdarahan dan protombin
memanjang
Diagnosa Keperawatan yang mungkin
timbul :
1.
Potensial terjadin syok hipopolemik
sehubungan dengan perdarahan yang berlebuhan.
2.
Potensial terjadinya injuri/luka
perdarahan yang berlebihan sehubungan dengan penurunan pembentukan, fungsi dan
peningkatan destruktif platelet.
3.
Peningkatan suhu tubuh
(Hiperthermi) sehubungan dengan
Kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi.
4.
Potensial gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan sehubungan dengan :
·
perubahan kemampuan penye-rapan zat
maka-nan (Gangguan neoro-muskuler).
·
Kekakuan otot untuk mengunyah atau
menelan.
·
Hipermetabolik.
·
Intake yang inadekuat
5.
Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan
belajar) , kondisi kese-hatan, pengobatan, kurang informasi.
6.
Mekanisme koping yang tidak efektif
sehubungan dengan cemas.
Pelaksanaaan
Prioritas masalah Keperawatan :
1.
Mencegah terjadinya hipopolemik
syok
2.
Intake nutrisi yang adekuat.
3.
Mencegah komplikasi, perdarahan dan
infeksi.
4.
Imformasi tentang proses penyakit
5.
Cemas
Penatalakasanaan
perawatan pada pasien dengan DHF ditujukan pada upaya untuk mencegah terjadinya
ke adaan syok akibat perdarahan. Pergantian cairan disesuaikan dengan drajat dehidrasi atau
sesuai dengan indikasi.
Pada Pasien dengan perdarahan
diupayakan seminimal mungkin untuk dapat mencegah terjadinya perdarahan.
Diagnosa Keperawatan
Potensial
terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
Hasil yang diharapkan:
·
Tanda vital stabil dalam batas
normal.
·
Kesadaran compos mentis
·
Pasien dapat berkomunikasi dengan
baik.
·
Hematokrit dalam batas normal : 37
- 43 %
Analisa data
Data subyektif
: Pasien gelisah , mual, tak nafsu makan, sakit menelan, lemah.
Data obyektif : Perdarahan bawah kulit di lengan dan kaki,
epistaxis, perdarahan gusi,
muntah darah.
Laboratorium : Trombositopeni : kurang dari 100.000/m 3
Hematokrit meningkat.
Rencana tindakan :
·
Observasi tanda-tanda vital:
Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi dan kedalaman
nadi, suhu.
·
Kolaborasi dalam pemberian :
·
Terapi cairan RL atau pengganti
plasma
·
Kalau perlu transfusi darah
(trombosit)
·
Monitor intake-output
·
Cek Hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit.
·
Observasi perkembangan
bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin, kulit lembab dan
dingin.
·
Ukur dan catat perdarahan yang
keluar
Evaluasi :
·
Keseimbangan cairan dan elektrolit
terpenuhi.\
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Rencana tindakan :
- Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
- Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi\
- Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.\
- Sajikan menu yang menarik
- Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat penambah nafsu makan.
- Lakukan cek BB tiap 3 hari
Diagnosa
Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) s.d kerusakan kontrol suhu
sekunder terhadap infeksi
Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam
waktu 4 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1
Klien mengungkapkan badanynya tidak terasa panas.
2
Suhu tubuh turun 36 – 37.5 )
3
Klien tidak gelisah
4
RR 16x/menit, nadi 80-88 x/menit.
Rencana
tindakan :
- Beri penjelasan pada klien penyebab panas
R/ Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau
berpartisipasi dalam perawatan.
- Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali
R/ memantau
perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya.
- Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh
R/ Mempercepat
vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat
- Berikan minum banyak -+ 2 liter perhari
R/ Dapat mengimbangi
akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
- Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit dan antipiretik 3 x 500 mg
R/ Mempercepat proses
penurunan panas
Referensi :
1.
Soedarmo, SP, Demam Berdarah
Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
2.
RS. Sint. Carolus, Asuhan
Keperawatan pada klien dengan DHF.
3.
Nancy and Beckle, NCP fornPediatric
Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis, Washington, Toronto, 1987, p.
230-233.
Masalah keperawatan
Diagnosa
I Gangguan penurunan cardiac out put
sehubungan dengan penurunan Stroke
volume
Independen
|
Rasional
|
Monitor tanda-tanda vital
CVP (bila dipasang CVP). Catat adanya
perubahan tekanan darah, observasi peningkatan suhu.
|
Takikardi menunjukkan
variasi hipotensi, tergantung pada tingkat keurangan cairan. CVP digunakan
untuk mengukur derajat kekurangan cairan dan respon dari pemulihan
|
Palpasi puls perifer,
catat warna kulit, suhu, kaji kondisi mental
|
Kondisi ini merupakan
cairan ekstrasel yang dapat berakibat perfusi organ yang adekuat pada daerah
tersebut, yang mungkin disebabkan sirkulasi pembuluh darah kolaps
|
Timbang BB setiap hari
(bila memungkinkan)
dan bandingkan dengan
balans cairan 24 jam . Lihat adanya udem misalnya pada abdomen dan tungkai
|
Perubahan BB tidak bisa
merefleksikan secara akurat volume cairan intravaskuler
|
Ketahui dengan pasti
kondisi pasien dan jadwalkan selama 24 jam intake cairannya. Anjurkan
makan makanan yang mengandung cairan
yang tinggi
|
Mengurangi haus dan rasa
tidak nyaman dari membran mukosa mulut, tambahkan masukkan parenteral (bila
perlu)
|
Berikan pengaman bila
perlu, seperti pengaman disisi tempat tidur, posisi tempat tidur.
Direncanakan observasi yang sering, pengikat yang lembut (bila perlu)
|
Penurunan perfusi cerebral
sering berakibat perubahan kesadaran atau mental sehingga pasien perlu dijaga
dari trauma atau kecelakaan (terjatuh).
|
Laporka segera bila ada
nyeri dada , dyspnoe,
sianosis, penurunan
kesadaran, lemah. Monitor
sewaktu-waktu peningkatan tekanan darah, batuk basah, dyspnoe, ronchi, sputum
berbusa
|
Hemokonsentrasi dan
peningkatan kekentalan darah dapat mengakibatkan adanya emboli sistemik.
Kondisi ini dapat mempercepat kekurangan cairan yang mengganggu sistim
kardiovaskuler
|
Kolaborasi:
Bantu dengan mengidentifikasi
atau mengobati penyebabnya. Monitor pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
seperti elektrolit , glukosa, pH, atau peningkatan tekanan CO2, serta
koagulasi
|
Merujuk pada aturan atau
standart yang ada. Tergantung dari hilangnya cairan , sehingga ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit akan terlihat pada hasil laboratorium
tersebut. Mengukur derajat kekurangan cairan dan respon dari pemulihan .
Demam merupakan metabolisme dan reabsorbsi dari kehilangan cairan
|
Diagnosa 2 : Hiponatremia
sehubungan dengan pengeluaran natrium yang berlebihan melalui muntah,
diare, dan perdarahan.
Independent
|
Rasional
|
Monitor intake dan output,
hitung keseimbangan cairan, dan BB setiap hari.
|
Indikator keseimbangan
cairan adalah penting. Kehilangan ataupun kekurangan cairan dapat trjadi pada
hiponatremi.
|
Kaji tingkat kesadaran dan
respon neuromuskuler
|
Kekurangan / defisit
natrium dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesadaran, adanya kelemahan
otot secara umum/kejang.
|
Catat frekuensi dan
kedalama pernapasan.
|
Kekurangan natrium dapat
menimbulkan pernapasan yang lambat sebagai kompensasi tubuh terhadap
metabolisme alkalosis.
|
Anjurkan klien untuk minum
dan makan makanan yang banyak mengandung natrium seperti susu, telur, daging,
dan sebagainya.
|
Meskipun kekurangan natrium
menyebabkan gejala yang serius yang perlu pemberian intravenus segera, pasien
dianjurkan juga untuk mencoba intake natrium peroral dan hindari pembatasan
garam.
|
Kolaborasi :
Monitor elektrolit
urine dan serum serta osmolaritas.
Berikan obat-obatan, seperti:
Diuretika
KCl
NaCl
|
Untuk mengevaluasi
kebutuhan terapi dan keefektifannya
Efektif dalam menurangi
kelebihan cairan untuk mengoreksi kesimbangan
Untuk mengoreksi
kekurangan kalium, khususnya pada penggunaan diuretika.
.
Berguna untuk memperbaiki
kekurangan atau mencegah adanya kehilangan cairan lebih lanjut..
|
Diagnosa 3. Hipokalemia sehubungan dengan pengeluaran
kalium yang berlebihan melalui gastrointestinal dan intake yang tidak adekuat.
Independen
|
Rasional
|
Monitor frekuensi jantung dan irama jantung
|
Takikardi dapat berkembang dan secara potensial mengancam kehidupan;
sinus takikardi, AV blok, AV dissosiation, ventrikuler takikardi.
|
Monitor fungsi pernapasan, kedalaman dan usaha napas. Anjurkan pasien
untuk latihan batuk atau napas dalam, ganti posisi sesering mungkin.
|
Kelemahan otot pernapasan dapat menyebabkan paralisis dan akhirnya
respiratory arrest.
|
Observasi tingkat kesadaran dan fungsi neuromuskuler; kekuatan,
sensasi, dan gerak.
|
Apatis, rasa ngantuk, irritabilitas, tetani, parathesias, dan coma
dapat terjadi.
|
Pertahanan cacat yang akurat tentang urine, hilangnya kalium dari
gaster/luka.
|
Pedoman untuk menghitung kebutuhan cairan/kalium yang diperlukan.
|
Monitor kecepatan pemberian infus patassium intravenus menggunakan
infus minidrop/microdrop. Cek effek sampingnya.
|
Meyakinkan pengobatan terkontrol untuk mencegah efek bolus dan
mengurangi rasa tidak nyaman.
|
Anjurkan makan/minum yang tinggi potassium seperti; nanas, jeruk,
the, tomat dan sebagainya.
|
Pemberian potassium dapat dipertahankan melalui diet jika pasien
boleh makan/minum.
|
Observasi tanda-tanda alkalosis metabolik, seperti : hipoventilasi,
takikardi, disritmia, tetani, perubahan mental.
|
Keadaan ini juga sering
mengikuti hipokalimia.
|
Observasi tanda-tanda intoksikasi digitalis jika digunakan (mengeluh
mual, muntah, pandangan kabur, peningkatan atril dysrhytmia, block jantung)
|
Kadar potassium rendah meningkatkan efek digitalis, hantaran listrik
jantung lambat. Hipokalimia dapat menyebabkan lethal dysrhytmia.
|
Kolaboratif:
Bantu mengidentifikasi/mengatasi masalah berdasarkan penyebab.
Monitor pemeriksaan laboratorium, misalnya; Serum potassium.
Analisa gas darah
Serum magnesium
Berikan potassium oral dan atau intravenus (Kcl elixir, S-lor,
Slow-K)
|
Membantu mencari faktor pencetus dan penyebabnya.
Kadarnya hendaknya sering diperiksa selama pemberian terapi,
khususnya bila ada kebocoran ginjal. Kelebihan / peningkatan yang tiba-tiba
dapat menyebabkan cardiac dysrhytmia.
Koreksi alkalosis akan meningkatkan serum potassium dan menurunkan
kebutuhan. Koreksi asidosis akan mengembalikan potassium kedalam sel
mengakibatkan penurunan kadar serum potassium dan meningkatkan kebutuhan.
Penggunaan diuretika misalnya : lasix, hidrodiuril dapat menyebabkan
penurunan kadar clorida dan potassium.
Pemberian parenteral hendaknya jangan melebihi 40 mEq/2 jam. Diet
suplemen dapat juga digunakan untuk mencapai keadaan equlibrium jika pasien
dapat makan/minum.
|
Diagnosa IV. Perubahan perfusi jaringan perifer sehubungan dengan menurunnya
aliran darah arteri.
Independen
|
Rasional
|
Ubah posisipasien tiap 2
jam
|
Mengurangi resiko
kerusakkan kulit
|
Monitor tanda vital dan
irama jantung tiap 4 jam dan laporkan dan catat perkembangan kecepatan dan
nadi yag irreguler.
|
Nadi yang cepat dan tidak
teratur dapat menyebabkan penurunan CO yang mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.
|
Kontrol nadi perifer tiap
4 jam.
|
Nadi yang teraba dan kuat
menunjukkan aliran darah arteri baik
|
Observasi warna kulit,
suhu, tekstur sedikitnya tiap 4 jam. dan catat serta laporkan adanya daerah
yang biru/hitam (cianosis).
|
Penurunan perfusi jaringan
menyebabkan perubahan warna kulit dan tekstur kuliut.
|
Jangan gunakan panas
langsung pada ekstremitas. Panas dapat digunakan pada abdomen untuk
merangsang refleks dilatasi pada arteri ekstremitas bawah.
|
Pemenasan ekstremitas
secara langsung menyebabkan metabolisme jaringan, jika arteri tidak dilatasi
secara normal, perfusi jaringan menurun dapat terjadi ischemia.
|
Ajarkan tehnik relaksasi.
|
Membantu vasodilatasi dan
mencegah vasokontriksi yang disebabkan oleh rasa cemas.
|
Ajarl\kan pasien tentang :
Perawatan diri, pentingnya
latihan, perlunya diet rendah kalori dan kolesterol, menghindari baju tebal,
menyilangkan kaki, menjaga kaki tergantung, perlunya menghindari penyebab vasokontriksi
( dingin, stres, merokok ).
|
Melibatkan pasien dan
keluarga/orang terdekat dalam perawatan pasien dan memberikan kebebasan
pasien dalam pembuatan keputusan tentang status kesehatannya.
|
Referensi :
4.
Soedarmo, SP, Demam Berdarah
Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
5.
RS. Sint. Carolus, Asuhan
Keperawatan pada klien dengan DHF.
6.
Nancy and Beckle, NCP fornPediatric
Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis, Washington, Toronto, 1987, p.
230-233.
SKEMA TERJADINYA SHOCK PADA DHF
Replikasi Virus
Anoksia |
Infeksi sekunder Heterologous Dengue
+
Virus Antibody Kompleks
Aktifasi Komplemen
Anaphylatoxin
Permeabilitas Kapiler meningkat
Plasma Menurun
Hipopolemik
Shock |
Anamnestic Antibody Respon
Komplemen meningkat
Histamin level meningkat
dalam urin 24 jam
Hemetokrit meningkat
Na Menurun
Cairan pada rongga serosa
Asidosis |
||||||
Mekanisme
Efektor
|
|
INFEKSI PRIMER
SEL FAGOSIT
Sel Kuffer
Monosit
Makrofag
Sel monosit teraktifasi
Interaksi
Sistem Humoral dan Komplemen
(C3A, C5A)
Mediator
Permiabilitas
Kapiler
&
Mengaktifasi sistem Koagulasi
|
Dehidrasi
Kebocoran Plasma
Perdarahan
Seluruh Organ
|
Hipovolemik
Syock
Oedem
Saluran cerna
HEMEL
|
||||
|
|
INFEKSI SEKUNDER
SEL FAGOSIT
Sel Kuffer
Monosit
Makrofag
Kompensasi Tubuh
Trombosit
Destruksi
trombosit
Sunsum Tulang
Megakariosit
muda
TROMBOSITOPENIA
|
TUBUH BERKOMPENSASI
LIMPOSIT T
TCD4 +
Interferon a
Merangsang Sel yang terinfeksi
Monosit lisis
Mediator
Kebocoran plasma
&
Perdarahan
Oedem
Hematomesis Melena
Dehidrasi
Syok
|
|
||||
PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
·
Panas
·
Lemah
·
Nyeri ulu hati
·
Mual dan tidak nafsu makan
·
Sakit menelan
·
Pegal seluruh tubuh
·
Nyeri otot, persendian, punggung
dan kepala
·
Haus
b. Data Obyektif
·
Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
·
Kulit terasa panas
·
Wajah tampak merah , dapat disertai tanda kesakitan
·
Nadi cepat
·
Selaput mukosa mulut kering
·
Ruam dikulit lengan dan kaki
·
Hiperemia tenggorokan
·
Epistaksis
·
Pembesaran hati dan nyeri tekan
·
Pembesaran limfe
·
Nyeri tekan pada epigastrik
·
Hematomesis
·
Melena
·
Gusi berdarah
·
Hipotensi
c. Data Penunjang
·
Hematokrit
·
Trombositopenia
·
Masa perdarahan dan protombin
memanjang
Prioritas masalah Keperawatan :
6.
Mencegah terjadinya hipopolemik
syok
7.
Intik nutrisi yang adekuat.
8.
Mencegah komplikasi, perdarahan dan
infeksi.
9.
Imformasi tentang proses penyakit
10. Cemas
Diagnosa Keperawatan yang mungkin
timbul :
7.
Potensial terjadin syok hipopolemik
sehubungan dengan perdarahan yang berlebuhan.
8.
Potensial terjadinya injuri/luka
perdarahan yang berlebihan sehubungan dengan penurunan pembentukan, fungsi dan
peningkatan destruktif platelet.
9.
Potensial gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan sehubungan dengan :
·
perubahan kemampuan penye-rapan zat
maka-nan (Gangguan neoro-muskuler).
·
Kekakuan otot untuk mengunyah atau
mene-lan.
·
Hipermetabolik.
10. Kurangnya
pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan, pengobatan, kurang
im-formasi.
11. Mekanisme
koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
Referensi :
7.
Soedarmo, SP, Demam Berdarah
Dengue, Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995.
8.
RS. Sint. Carolus, Asuhan
Keperawatan pada klien dengan DHF.
9.
Nancy and Beckle, NCP fornPediatric
Patient, The C.V. Mosby Company, St. Laouis, Washington, Toronto, 1987, p.
230-233.
PATOFISIOLIGI DBD/DSS
DENGUE
INFEKTION
Fever
Anorexia fomiting
Dehydration
|
Hemorhagic Manifestation
Dengue fever
DIC
GI Bleeding
|
Hepatomegaly
Leakge of plasma
Hypopolemia
shock
Anoxia
Death
DHF/DSS
|
Thrombocytopenia
Incraeased Vascular fermeability
Hemokonsentrasi
Hypoproteinemia Pleural efution
Ascites
Acidosis
|
Ag Ab complex + complement
Grade
I
II
III
IV
|
Catatan : Mekanisme sebenarnya tentang
patofisiologi, hemodinamika dan biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti,
karena kesukaran mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan
untuk menimbulkan gejala klinis seperti pada manusia
ConversionConversion EmoticonEmoticon